Sumatera Barat dikenal memiliki warisan budaya, seni dan tradisi bernilai tinggi yaitu kain tenun Kubang yang mengalir dari generasi ke generasi hingga saat ini. Meski harus berhadapan dengan arus modernisasi, nilai-nilai tradisi tetap dipegang teguh masyarakat Ranah Minang.
Salah satu warisan leluhur di Sumatera Barat yang masih eksis ini, salah satunya bisa ditemukan di Nagari Kubang, Kecamatan Guguak, Kabupaten 50 Kota. Nagari ini berjarak sekira 15 Kilometer dari kota Payakumbuh dan berada dekat kawasan Lembah Harau yang memukau. Di sini, masyarakat masih meneruskan tradisi tenun tradisional yang telah berlangsung lebih 100 tahun.
Sejarah mencatat, Nagari Kubang telah menjadi sentra tenun ternama di Indonesia, setidaknya sejak tahun 1930an. Saat itu, hampir semua warga Kubang menenun kain sarung yang hasil produksinya tak hanya dipasarkan di Indonesia tapi juga ke mancanegara. Masa keemasan tenun Kubang kian berkilau di tahun 70-an hingga 90-an, saat para penenun Kubang mulai memproduksi bahan-bahan pakaian, tidak semata menenun sarung dan songket.

Baca juga:Souvenir Songket Sigek Art Kenangan dari Sawahlunto
Pengusaha kain tenun ternama di Kubang H. Ridwan menyebut, usai krisis ekonomi, industri kain tenun Kubang meredup di akhir tahun 90-an. Penyebabnya antara lain akibat perubahan gaya hidup masyarakat, munculnya bahan pakaian alternatif serta harga bahan yang naik tajam. Pengusaha tenun Kubang pun banyak yang berguguran, lantas gulung tikar.
H. Ridwan dan istrinya baru berani kembali meneruskan industri warisan orangtuanya itu sekitar tahun 2007. Perjuangannya kemudian membuahkan hasil dengan terus berproduksi memakai Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) hingga saat ini serta mempekerjakan belasan pegawai.
Seperti penjaga tradisi, pasangan suami- istri itu memang terus bertekad melestarikan kain tenun Kubang. Apalagi saat ini, hanya tinggal empat pengusaha kain tenun Kubang yang masih bertahan. Sementara di sisi lain, penenun muda sangat sulit ditemukan untuk meneruskan tradisi tenun kain Kubang.
H. Ridwan yang memiliki merk kain tenun legendaris ‘H. Ridwan By’ beruntung memiliki penerus yang akan menjamin rumah tenun miliknya akan terus berproduksi. Salah satu putrinya, Yulia Rahmi, sudah mendedikasikan dirinya untuk meneruskan bisnis warisan orangtuanya.
Baca juga: Mengenal Songket Silungkang: Kain Tradisional Tertua
Yulia mengaku, rumah tenun milik orangtuanya terus berinovasi untuk menemukan motif tenun Kubang baru. “Saat ini (rumah tenun) kita sudah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk 125 motif. Tahun 2024 ini, kami sudah berencana membikin HKI untuk 50 motif lagi.” kata Yulia saat ditemui Emmanus TV di Nagari Kubang beberapa waktu lalu.
Kain tenun Kubang sendiri memiliki kekhasan tersendiri yang diambil dari bentuk alam yaitu kepala kain, pinggir kain dan kepala kain. Selain itu, Kain tenun Kubang pun memiliki motif yang bermakna filosofis antara lain:
– Motif Bada Mudiak yang melambangkan kerukunan hidup dalam rumah gadang
– Motif Buah Palo dengan filosofi melihat sesuatu jangan dari luarnya, tapi selamilah sampai ke bagian terdalam
– Motif Saik Ajik yang mengajarkan relasi baik antara penghuni rumah Gadang dengan orang kain di luarnya
– Motif Bungo Malati yang melambangkan kesucian
– Motif Kelok Paku dengan filosofi terkait besarnya tanggung jawab dalam laki-laki adat Minangkabau
Baca juga: Batik Besurek Bengkulu, Kaligrafi Dalam Kain Tradisional
Saat ini, Industri tenun Kubang diakui atau tidak sedang berada dipersimpangan jalan. Selain bergantung pada penenun perempuan berusia senja, industri ini dituntut harus tetap berdiri, karena masih banyak masyarakat yang membeli produksinya. Meski demikian, terkait kondisi ini, Yulia Rahmi optimis Industri tenun di Nagari Kubang akan segera kembali menemukan jalan terang.