Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggelar sejumlah program untuk memperkuat literasi, sastra, dan revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, hadir langsung dalam kegiatan tersebut di Balai Bahasa Jawa Tengah. Ia menyapa para pemenang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) serta berdialog dengan komunitas literasi dan sastra dari berbagai wilayah.
Media Sebagai Sarana Pelestarian Bahasa
Dalam kesempatan itu, Fajar menyoroti pentingnya pemanfaatan media digital sebagai sarana pelestarian bahasa daerah. Ia menyatakan bahwa generasi muda saat ini lebih akrab dengan bahasa gaul dan kurang menggunakan bahasa daerah karena pengaruh lingkungan keluarga yang beragam.
“Ini tantangan sekaligus peluang. Gunakan media sosial untuk mengangkat bahasa daerah dalam bentuk yang menarik dan relevan dengan dunia anak muda,” ujar Fajar, dilansir dari infopublik.id, Rabu (14/5/2025).
Fajar juga menekankan bahwa penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran di kelas awal terbukti dapat meningkatkan pemahaman peserta didik secara signifikan. “Bahasa ibu membentuk dasar berpikir anak. Pemanfaatannya dalam pendidikan adalah investasi jangka panjang,” tegasnya.
Sebanyak 28 pelajar yang menjadi pemenang FTBI Provinsi Jawa Tengah turut menampilkan kemampuannya dalam kegiatan tersebut. Penampilan mereka akan menjadi bagian dari kampanye menuju Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) yang akan digelar di Jakarta pada akhir Mei 2025.
Fajar berharap para pemenang FTBI tidak hanya menjadi simbol pelestarian bahasa, tetapi juga tumbuh menjadi sosok yang menginspirasi dalam menjaga keberlangsungan bahasa daerah. “Pemerintah, sekolah, keluarga, dan komunitas harus bersinergi menjaga warisan budaya ini,” ucapnya.
Baca juga: Indonesia dan Jeju Korea Selatan Bahas Kerja Sama Sekolah Ramah Lingkungan
Program Banpem Komunitas Literasi dan Sastra
Dalam acara itu, Kemendikdasmen juga memperkenalkan program Bantuan Pemerintah (Banpem) tahun 2025 untuk komunitas literasi dan sastra. Bantuan ini bertujuan memperkuat kapasitas komunitas, memperluas jangkauan kegiatan, serta memberikan apresiasi bagi mereka yang telah berdampak.
Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, menyebut literasi dan sastra sebagai instrumen strategis dalam membentuk karakter bangsa. “Sastra membentuk nalar dan nilai. Komunitas literasi adalah ujung tombak dalam mencerdaskan generasi emas Indonesia,” katanya.
Adapun rincian bantuan tahun ini mencakup:
- Rp50 juta untuk 100 komunitas literasi,
- Maksimal Rp100 juta untuk komunitas sastra,
- Rp25 juta bagi sastrawan yang telah mengabdi minimal 40 tahun,
- Rp40 juta bagi sastrawan dengan pengabdian minimal 50 tahun.
Koordinator FTBM Purbalingga, Parimim, menyambut baik program Banpem ini dan berharap dapat menunjang kegiatan “Menulis Desa” yang mengajak warga menuliskan kisah tentang kampung halaman. “Ini bukan sekadar menulis, tapi melestarikan identitas dan kebanggaan lokal,” jelasnya.
Baca juga: Porsche Indonesia Gabungkan Seni dan Otomotif di Classic Art Week 2025
Senada dengan itu, pegiat literasi asal Salatiga, Norman, menekankan pentingnya penguatan literasi digital. “Anak-anak akrab dengan gawai, tapi belum terbiasa dengan buku digital. Literasi digital harus digerakkan bersama,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari legislatif. Anggota Komisi D DPRD Kabupaten Semarang, Musyarofah, menyampaikan komitmennya dalam mendukung pengembangan literasi dan sastra meskipun dengan keterbatasan anggaran. “Kami dorong kegiatan kreatif yang berdampak langsung bagi masyarakat,” katanya.