Wacana mengenai penutupan Plengkung Gading atau yang juga dikenal sebagai Plengkung Nirbaya di Yogyakarta mulai ramai diperbincangkan. Kebijakan ini baru akan diuji coba, seperti yang disampaikan Penghageng Datu Dana Suyasa, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi.
“Baru uji coba to. Baru uji coba,” jelas GKR Mangkubumi dilansir dari jogja.tribunnews.com.
Namun, ketika ditanya kapan uji coba ini akan mulai dilaksanakan, putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X ini mengaku belum mengetahui secara pasti.
“Nah, itu aku nggak tahu, dari PU (Pekerjaan Umum),” ungkapnya.
Menurut GKR Mangkubumi, kebijakan ini merupakan bagian dari upaya penataan sumbu filosofi Yogyakarta.
Sumbu filosofi ini merupakan poros imajiner yang membentang dari Tugu Pal Putih di utara hingga Panggung Krapyak di selatan, dengan Keraton Yogyakarta sebagai pusatnya.
“Itu kan bagian sumbu filosofi,” tambahnya.
Tidak Ada Pengusiran Pedagang di Alun-Alun Kidul
Ketika ditanya mengenai keberadaan pedagang yang berjualan di area Alun-Alun Kidul (Alkid), GKR Mangkubumi menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk melakukan pengusiran.
Pihak Keraton Yogyakarta saat ini masih melakukan pendataan terkait keberadaan para pedagang.
“Kita kan nggak ngusir, ditata. Nggak tahu (pedagang direlokasi), kan masih diuji coba,” jelasnya lagi.
Sekilas tentang Plengkung Gading
Sebagai salah satu gerbang utama Benteng Baluwerti yang mengelilingi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Plengkung Gading memiliki nilai sejarah dan filosofi yang tinggi.
Nama “Plengkung Gading” diambil dari lokasinya yang berada di Jalan Gading. Gerbang ini merupakan satu-satunya akses masuk ke dalam benteng dari sisi selatan.
Dari seluruh plengkung di Yogyakarta, hanya Plengkung Tarunasura di Wijilan dan Plengkung Nirbaya yang masih mempertahankan bentuk asli sebagai gerbang melengkung atau “plengkung.”
Keunikan Plengkung Gading juga terletak pada fungsinya dalam tradisi Keraton. Gerbang ini menjadi jalur yang dilewati jenazah Sultan Yogyakarta yang akan dimakamkan di Pajimatan Imogiri.
Berdasarkan kepercayaan, Sultan tidak boleh melewati gerbang ini selama masih hidup, karena Plengkung Gading memiliki nilai simbolis sebagai pintu menuju alam baka.
Penutupan Plengkung Gading yang saat ini tengah diuji coba tentu menjadi perhatian masyarakat, mengingat pentingnya peran gerbang ini dalam sejarah, tradisi, dan penataan kawasan Yogyakarta.
Kebijakan ini juga diharapkan selaras dengan pelestarian budaya sekaligus mendukung tata ruang yang lebih teratur.