By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Keseruan Perang Tombak Kayu Pasola Ala Masyarakat Sumba 
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Keseruan Perang Tombak Kayu Pasola Ala Masyarakat Sumba 
Tradisi

Keseruan Perang Tombak Kayu Pasola Ala Masyarakat Sumba 

Anisa Kurniawati
Last updated: 19/01/2025 08:15
Anisa Kurniawati
Share
Para peserta saling melemparkan lembing dalam tradisi pasola. Foto: maringi-sumba.com
SHARE

Merayakan musim panen padi biasanya disertai berbagai tradisi unik seperti Pasola Di Pulau Sumba Nusa Tenggara Timur. Tradisi ini semacam permainan ketangkasan saling melempar lembing atau tombak ringan kayu dari atas kuda. 

Pasola berasal dari kata “sola” dan “hola” yang berarti lembing kayu dengan ujung tumpul. Tradisi ini melibatkan dua kelompok penunggang kuda yang saling berhadapan dan kejar-kejaran sambil melempar lembing kayu ke arah lawan.

Sejarah Pasola

Dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Sumba Barat, tradisi Pasola bermula dari sebuah kisah cinta segitiga. Cerita ini mengisahkan tiga saudara dari kampung Weiwuang—Ngongo Tau Matutu, Yagi Waikareri, dan Ubu Dulla. 

Mereka pergi berlayar ke Negeri Muhu Karera untuk mencari ikan sebagai persembahan bagi istri-istri mereka. Namun ketiganya tak kunjung kembali. Suatu saat Rabu Kabba yang setiap hari ke pantai menemukan sebuah perahu mendekat.

Akan tetapi bukan milik Ubu Dulla, melainkan milik pemuda Kodi bernama Teda Gaiparona. Karena sering bersama, Rabu Kabba dan Teda Gaiparona akhirnya jatuh cinta. Namun, karena adat setempat mereka memutuskan kawin lari.

Tidak lama setelah itu, ketiga saudara kembali. Ubu Dulla terkejut saat mengetahui bahwa istrinya telah pergi dengan pria lain. Meski pada awalnya tak terima, Ubu Dulla akhirnya merelakan istrinya. 

Dengan syarat Teda Gaiparona mengganti belis yang pernah diterimanya saat pernikahan mereka. Teda Gaiparona setuju dan memberikan sebungkus cacing nyale. Keduanya juga sepakat menggelar Pasola sebagai bentuk penghormatan.

Legenda ini menjadikan Pasola sebuah tradisi yang memperingati dan menghormati kebesaran hati Ubu Dulla, serta simbol perdamaian di antara mereka.

Prosesi Tradisi Pasola

Pasola digelar masyarakat Sumba untuk merayakan musim tanam padi. Tradisi ini bertujuan untuk menghormati leluhur (Marapu), memohon pengampunan, kemakmuran, dan hasil panen berlimpah.

Pasola biasanya berlangsung pada bulan Februari hingga Maret di berbagai kampung di Sumba, seperti Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura. Penentuan tanggal pelaksanaannya dilakukan para pemuka adat, atau rato.

Mereka menghitung berdasarkan fase bulan serta tanda-tanda alam. Salah satu prosesi penting dalam menentukan tanggal Pasola adalah tradisi nyale. Tradisi ini adalah upacara mencari cacing laut di pantai, yang dilakukan pada sore hari. 

Pasola tidak dapat dilaksanakan tanpa kehadiran nyale, karena itu dianggap sebagai pertanda buruk. Sebelum Pasola, warga juga harus mematuhi beberapa pantangan, seperti larangan mengadakan pesta atau membangun rumah.

Pasola digelar di dua tempat yakni di pantai Wanokaka setelah prosesi Madidi Nyale. Kemudian di arena utama Kamaradena dari pukul 09.00 hingga siang. Pasola melibatkan pertarungan antara dua kelompok penunggang kuda.

Kedua kelompok itu saling melempar lembing, dengan tujuan menjatuhkan lawan. Meskipun kadang menimbulkan korban luka atau bahkan kematian, sportivitas tetap dijunjung tinggi. Seusai pertandingan tidak diperbolehkan dendam. 

Setiap darah yang tumpah dalam Pasola, baik dari hewan maupun manusia, dianggap sebagai pertanda baik untuk hasil panen yang melimpah dan kemakmuran di masa depan.

You Might Also Like

Ritual Tolak Bala di Klenteng Hok Tek Tong Parakan

Makna Filosofis Galungan dan Penjor bagi Umat Hindu Bali

Horja Bius, Cara Masyarakat Batak Menyelesaikan Permasalahan

Festival Khentongan, Atraksi Wisata Dan Budaya Khas Banyumas

Tradisi Ngin-Angin, Prosesi Lamaran Bagi Calon Pengantin

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Situs Sejarah Geologi Kliripan TidakTerdampak Tol Jogja-YIA 
Next Article Jejak Elvy Sukaesih, Ratu Dangdut Legendaris Lima Dekade 
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?