Calon Arang merupakan cerita rakyat yang berkembang di tanah Jawa dan Bali. Dalam tradisi Jawa, kisah ini tertulis dalam naskah lontar bertarikh 1540 M. Sementara dalam tradisi Bali, kisah ini hidup secara lisan dari mulut ke mulut.
Cerita rakyat ini dikisahkan kembali dalam berbagai genre, seperti novel, drama, komik, sendratari, bahkan film animasi. Versi ceritanya bermacam-macam. Calon Arang digambarkan sebagai sosok janda jahat tukang teluh.
Calon Arang dan Ratna Manggali
Diceritakan di desa bernama Girah, ada janda bernama Calon Arang. Ia mempunyai anak perempuan sangat cantik bernama Ratna Manggali. Berkat kecantikannya banyak pemuda terpikat, namun tidak berani meminang Ratna.
Hal ini dikarenakan Calon Arang dikenal sebagai janda jahat yang suka menggunakan ilmu hitam. Konon, Calon arang merupakan penyihir sakti mandraguna yang menyembah Dewi Durga dan bisa berubah menjadi Leak.
Dari anggapan warga, muncul desas-desus, Ratna Manggali sebagai perempuan yang tidak laku. Mendengar gunjingan itu, Calon Arang marah, dia pun memerintahkan semua muridnya menyebarkan penyakit ke pesisir kerajaan Kediri.
Kondisi Desa Girah kacau akibat serangan wabah yang sulit dikendalikan. Para tetua desa pun bermusyawarah untuk meminta Raja Airlangga datang ke desa guna melihat langsung keadaan masyarakat yang terkena wabah.
Pernikahan Ratna Manggali
Setelah mempertimbangkan situasi, Raja Airlangga meminta Empu Bahula menikahi Ratna Manggali, putri Calon Arang. Sang raja berharap bahwa melalui pernikahan ini, Calon Arang akan berhenti menyebarkan wabah penyakit.
Mendengar kabar ini, Calon Arang merasa sangat bahagia. Ia pun menggelar pesta selama tujuh hari tujuh malam. Ratna Manggali dan Empu Bahula pun merasa gembira dan saling mencintai.
Setelah pesta berakhir, Empu Bahula mulai melaksanakan tugasnya. Ia bertanya kepada istrinya, Ratna Manggali, tentang sumber kesaktian ibunya. Ratna Manggali menjelaskan bahwa kesaktian Calon Arang berasal dari sebuah kitab sihir.
Fungsi kitab itu dapat digunakan memanggil Betari Durga. Kitab itu sangat penting dan selalu berada di tangan Calon Arang. Mengetahui rahasia itu, Empu Bahula menyusun rencana mencuri kitab.
Hadirnya Kedamaian dan Tafsir Sendratari
Pada suatu malam, ia menyelinap ke kamar Calon Arang dan berhasil mengambil kitab itu. Setelahnya, kitab itu ia serahkan kepada gurunya, Empu Baradah. Ketika mengetahui kitab sihirnya dicuri, Calon Arang menjadi sangat marah.
Singkat cerita, Calon Arang dan Empu Baradah bertarung. Pertarungan sengit ini dimenangkan Empu Baradah. Kematian Calon Arang membawa kedamaian bagi masyarakat, yang kini terbebas dari ancaman ilmu hitam.
Kisah Calon Arang oun kemudian dihidupkan ke berbagai tafsir baru.
Misalkan seperti Sendratari Calon Arang, garapan tari kreasi yang biasa dipentaskan dengan latar budaya Bali. Dalam sendratari ini , Calon Arang merupakan simbol kekuasaan perempuan walau tanpa mahkota. (Dari berbagai sumber)