By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kisah Nyi Widuri, Asal Usul Pantai yang Menyimpan Kenangan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Kisah Nyi Widuri, Asal Usul Pantai yang Menyimpan Kenangan
Cerita Rakyat

Kisah Nyi Widuri, Asal Usul Pantai yang Menyimpan Kenangan

Ridwan
Last updated: 05/02/2025 08:12
Ridwan
Share
5 Min Read
Ilustrasi Suasana Sunset di Patai Widuri, Pemalang. Foto: GoogleMaps/guna One 455
SHARE

Cerita rakyat dari Jawa Tengah mengenai asal-usul Pantai Widuri ini mungkin masih asing di telinga masyarakat luas. Sebagai ikon Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, pantai ini menyimpan sejarah dan pesan moral yang mendalam.

Pantai sering kali menjadi pilihan utama bagi wisatawan berkat keindahan air laut, pasir yang memikat, serta panorama yang mempesona. Selain itu, Pantai Widuri memiliki latar belakang cerita yang kaya dan penuh makna.

Mari kita simak kisah di balik asal usul Pantai Widuri: 

Dahulu kala, di suatu daerah pesisir utara Jawa, terdapat hutan lebat dan rawa-rawa yang sepi.

Di tengah kondisi itu, hiduplah sepasang suami istri, Ki Pedaringan dan Nyai Pedaringan, dalam sebuah gubuk kecil. Cinta di antara mereka terjalin begitu kuat, hingga membuat warga sekitar merasakan kebahagiaan yang sama.

Walaupun berbeda usia mencolok—Ki Pedaringan berusia lebih dari lima puluh tahun, sementara Nyai Pedaringan masih sangat muda—hal itu tak menghalangi mereka hidup bahagia.

Ki Pedaringan dikenal sebagai sosok yang rajin dan bekerja sebagai petani palawija serta semangka.

Suatu pagi, ketika Nyai Pedaringan sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya, Ki Pedaringan bergegas menuju ladang. Ia khawatir jika matahari semakin terik, karena jarak ladang jauh.

Tak lama setelah Ki Pedaringan pergi, seorang pemuda tampan muncul di depan gubuk mereka, meski lengannya terluka oleh keris pusaka. Nyai Pedaringan terkejut melihat sosok tersebut dan bertanya-tanya dalam hati, “Siapakah lelaki ini?”

Baca Juga: Ki Ageng Pandanaran, Legenda Nama Salatiga Bermula

Melihat kebingungan di wajah Nyai Pedaringan, pemuda itu segera memperkenalkan diri.

“Saya Pangeran Purbaya, punggawa dari Kerajaan Mataram yang sedang bertugas memberantas pemberontakan Salingsingan di Cirebon,” katanya.

Pangeran Purbaya datang untuk menggagalkan niat pasukan pemberontak yang ingin menguasai Jawa. Setelah berhasil melumpuhkan pasukan Salingsingan, Pangeran Purbaya terluka.

Dalam perjalanan kembali ke kerajaan, ia melihat gubuk Nyai Pedaringan dan memutuskan untuk mengobati lukanya di sana. “Bolehkah saya mengobati luka saya di sini?” tanyanya, dan Nyai Pedaringan dengan senang hati mempersilakannya.

Setelah membantu Pangeran, ia menerima keris pusaka Simonglang sebagai terima kasih.

“Jagalah keris ini, semoga bisa menjadi pusaka daerah ini, hanya boleh dimiliki oleh keturunan Pedaringan,” ungkap sang pangeran. Nyai Pedaringan pun berjanji akan merawatnya dengan baik.

Dalam perjalanan pulang, Pangeran Purbaya melewati sebuah sungai kecil yang ia namakan Pemalang, karena lokasinya yang dekat dengan lautan.

Sementara itu, malam menjelang, dan Ki Pedaringan akhirnya pulang ke gubuknya. Ia merasa kesal karena tidak mendapatkan bekal makan siang dan terkejut melihat keris pusaka di meja.

Baca Juga: Kyai Langgeng, Prajurit Sandi Legendaris dari Magelang

Dengan curiga, Ki Pedaringan menanyakan asal keris tersebut kepada Nyai Pedaringan.

“Dari mana keris ini? Siapa yang memberikannya?” tanyanya.

Nyai Pedaringan menjelaskan tentang Pangeran Purbaya dan bagaimana ia mendapatkan keris itu sebagai tanda terima kasih. Namun, Ki Pedaringan tidak mempercayainya.

Perdebatan sengit pun terjadi antara mereka. Untuk membuktikan kesetiaannya, Nyai Pedaringan mengambil keris pusaka dan melukai jarinya.

“Jika darah yang keluar berwarna ungu, berarti aku jujur. Namun jika merah, aku berbohong,” katanya.

Darah segar yang keluar ternyata menetes ke bunga di dekat meja, bunga tersebut adalah Bunga Widuri. Warna putih bunga berubah menjadi ungu karena darah Nyai Pedaringan.

Melihat hal itu, Ki Pedaringan menyesal karena telah meragukan kesetiaan istrinya.

“Maafkan aku karena tidak mempercayaimu,” ucapnya penuh penyesalan. Ia pun berlari mengejar Pangeran Purbaya untuk meminta maaf, namun sayangnya, Ki Pedaringan tak pernah kembali.

Nyai Pedaringan, yang kini dikenal sebagai Nyi Widuri, menunggu suaminya sendirian.

Setiap hari ia berharap Ki Pedaringan kembali, meski hal itu tak pernah terjadi. Diduga, Ki Pedaringan diserang oleh pasukan Salingsingan dan kehilangan nyawa dalam perjalanan. 

Hingga akhir hayatnya, Nyai Pedaringan tetap hidup sendirian. Dari kisah ini, nama Widuri menjadi terkenal, baik untuk desa tempat tinggalnya maupun untuk pantai yang terletak tidak jauh dari sana.

Dengan demikian, kisah asal usul Pantai Widuri bukan hanya sebuah cerita, tetapi juga mengajarkan kita tentang pentingnya kejujuran dan dampak dari kesalahpahaman. (Achmad Aristyan – Sumber: YouTube Sa Kun)

You Might Also Like

Dongeng Timun Mas, Kisah Gadis Pemberani Melawan Raksasa

Asal-Usul Danau Maninjau, Akhir Kisah Kasih Tak Sampai

Legenda Danau Toba, Ingkar Janji Pembawa Petaka

Legenda Adipati Surti dan Suryawati di Karang Bolong

Legenda Ki Pande Gelang, Asal Nama Kota Pandeglang

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Jejak Sejarah Seni Ukir Jepara Dan Cerita Pahat Prabangkara
Next Article Jejak Sitor Situmorang, Maestro Sastra Indonesia
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?