Tanaman Yakon merupakan tanaman asal Peru di Amerika Selatan, yang kini mulai dikenal di Indonesia khususnya di Wonosobo, Jawa Tengah.
Yakon terkenal dengan umbinya yang kaya akan inulin, sebuah prebiotik yang bermanfaat untuk kesehatan pencernaan dan mengontrol kadar gula darah.
Sariyanto, seorang petani asal Wonosobo, menceritakan kisah perjalanan panjangnya dalam membudidayakan tanaman Yakon. Perjalanan ini dimulai tahun 2014, ketika ia menanam 40 batang tanaman Yakon di lahan kecil miliknya.
Keputusannya untuk mengembangkan budidaya Yakon bukan tanpa alasan.
Pada tahun 2015, Sariyanto bertemu dengan sekelompok mahasiswa Universitas Indonesia (UI) atau Universitas Islam Indonesia (UII) yang tertarik mengembangkan produk dari daun Yakon kering.
Mereka berharap bisa memanfaatkan manfaat kesehatan dari tanaman ini, namun terkendala masalah finansial.
“Awalnya hanya 10-15 kilogram daun yang mereka ambil. Alhamdulillah, kerja sama ini berlanjut hingga sekarang, meski mereka sudah lulus kuliah dan berkeluarga,” ujar Sariyanto, mengenang kisahnya mulai berbisnis tanaman Yakon.
Dulu, hanya puluhan kilogram yang mampu dijual. Kini, permintaan daun Yakon kering meningkat signifikan, mencapai 2,5 ton per bulan, menjadi pencapaian yang luar biasa bagi Sariyanto.
Perluasan Lahan dan Sistem Plasma
Sariyanto kini mengelola lahan seluas 6 hingga 7 hektar, bekerja sama dengan para petani plasma.
Lahan-lahan untuk budidaya Yakon ini berada di Dusun Kaliurip, Damarkasian, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo dan beberapa di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo.
Dalam sistem plasma ini, Sariyanto memberikan bibit Yakon secara pinjaman kepada petani, dengan kesepakatan bahwa apabila petani ingin beralih menanam tanaman lain, semua bibit dan tanaman Yakon akan diambil kembali olehnya.
“Sistem ini memastikan keberlangsungan budidaya yang terorganisasi dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat,” ungkapnya.
Proses Budidaya Tanaman Yakon
Proses budidaya Yakon ini tidak jauh berbeda dengan tanaman lainnya. Setelah pengolahan lahan, bibit Yakon ditanam menggunakan tunas, cara yang mirip dengan cara tumbuh pohon pisang.
Daun Yakon mulai dipanen dua bulan setelah tanam dan terus dipanen secara berkala setiap 25 hari, hingga mencapai delapan kali panen.
Umbinya, yang merupakan bagian yang paling dikenal dari tanaman Yakon, dapat dipanen setelah delapan bulan, ketika bunga mulai muncul pada tanaman.
Yang menarik, Sariyanto mengelola tanamannya dengan cara organik, tanpa menggunakan pestisida, insektisida, atau herbisida. Ia berprinsip untuk menjaga kesuburan tanah dan kesehatan tanaman dengan cara yang ramah lingkungan.
Manfaat Daun dan Umbi Yakon
Tanaman Yakon diketahui memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Umbinya yang memiliki kandungan inulin, bermanfaat menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol, dan kadar lemak darah.
Selain itu, inulin juga berfungsi sebagai prebiotik yang mendukung kesehatan pencernaan dan menjaga kesehatan jantung.
Sementara itu, daun Yakon memiliki zat aktif yang membantu memperbaiki sel beta pankreas, yang sangat bermanfaat bagi penderita diabetes dalam mengontrol kadar gula darah.
Kendala dan Solusi
Meski sukses dalam memperluas produksinya, Sariyanto menghadapi beberapa kendala, salah satunya adalah pada proses pengeringan daun Yakon, terutama saat musim hujan.
Untuk mengatasi masalah ini, Sariyanto telah menyiapkan mesin pengering yang dapat mempercepat proses pengeringan daun Yakon.
Selain itu, masalah hama tidak terlalu mengganggu, karena dengan panen rutin, gangguan dari ulat dan hama lainnya dapat diminimalkan.
Keunggulan Geografis Wonosobo
Wonosobo, dengan kondisi geografisnya yang khas, terbukti sangat mendukung budidaya Yakon.
Terletak di ketinggian 1.000 hingga 1.300 meter di atas permukaan laut, daerah ini memiliki udara yang lembab dan tanah yang subur, yang sangat ideal untuk pertumbuhan Yakon.
Namun, Sariyanto menekankan pentingnya memilih sisi barat gunung sebagai lokasi tanam, karena kelembapan di sana lebih terjaga dibandingkan sisi timur.
Prospek dan Harapan
Pemasaran hasil panen daun Yakon kini menjangkau seluruh Indonesia, berkat kerja sama dengan perusahaan kontrak. Sedangkan umbi Yakon, yang juga sangat diminati, dijual langsung ke masyarakat dengan harga sesuai permintaan pasar.
Sariyanto berharap bahwa budidaya Yakon ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi petani-petani di Wonosobo.
“Semoga budidaya Yakon ini terus berkembang, memberikan manfaat yang lebih luas, dan mendukung perekonomian masyarakat, terutama petani di Wonosobo,” harapnya.
Dengan dedikasi dan inovasi yang dimilikinya, Sariyanto membuktikan bahwa tanaman Yakon memiliki potensi besar, baik untuk kesehatan maupun perekonomian lokal.
Kini, Yakon menjadi salah satu komoditas unggulan yang bisa membawa dampak positif bagi masyarakat Wonosobo.