Saat ini kerajinan anyaman bambu sudah mulai digeser bahan lain. Meskipun begitu, kecantikan kerajinan ini masih memiliki peminatnya sendiri. Salah satunya, di Dusun Binangun, Desa Mudal, Mojotengah, Wonosobo. Juan salah satu perajin anyaman bambu yang masih eksis.
Berdiri sejak tahun 2016, usaha kerajinan bambu milik Juan (45) ini sukses menembus pasar Nasional. Berawal dari usaha warisan orang tua, kini Juan dan istrinya, Eni bisa memberdayakan warga sekitar untuk ikut membantu usahanya.
“Kalau awal itu sebetulnya merupakan usaha turunan. Dulu orang tua saya membuat besek. Kebetulan saya tahun 2016, ikut pelatihan di Semarang. Dari situ saya mulai mengembangkan yang tadinya besek jadi kerajinan yang bermacam-macam.” jelas Juan.
Dalam menjalankan usahanya, Juan tidak hanya membuat besek. Hal ini tergantung pemesan. Jika bisa membuatnya maka dia akan menerima pesanan itu. Beberapa kerajinan yang pernah dibuatnya antara lain besek, keranjang kain batik, lampion, souvenir, kotak tisu, kotak hantaran, hingga bundengan.
Baca juga: Petos Krezz UD Hikmah, Camilan Kripik Tempe Atos Khas Wonosobo
Proses Pembuatan
Proses pembuatan produk kerajinan bambu cukup panjang. Pertama dimulai dari pemilihan bahan baku. Khusus untuk kerajinan bambu, bahan yang digunakan adalah bambu apus atau bambu tali. Bambu ini dipilih yang setengah tua. Karena bambu yang terlalu tua atau muda tidak bagus digunakan.
Setelah ditebang, biarkan dulu di rumput sekitar satu minggu. Setelah daun-daunnya rotok, baru diolah. Tujuannya supaya tidak ngelinting (menggulung). Setelah itu, bambu dipotong-potong sesuai dengan kerajinan yang akan dibuat.
Baru kemudian dibuat iratan (bambu yang sudah seperti tali). Setelah itu, di jemur sampai kering. Proses penjemuran ini harus sekali kering. Karena jika tidak warnanya menjadi biru kehitaman. Setelah kering baru iratan ini siap dianyam.

Pemasaran dari Mulut ke Mulut
Produk yang dijual Juan mulai dari harga Rp. 2.000 hingga Rp. 1.500.000 yaitu bundengan dengan ukuran standar. Dalam sehari rata-rata usaha Juan bisa membuat 80 hingga 100 produk. Jenis produk yang kebanyakan dipesan tergantung musim.
Misalkan jika musim pernikahan, maka besek menjadi salah satu produk yang banyak dipesan. Contoh lain, menjelang Idul Fitri, Imlek, kerajinan keranjang hampers sering dipesan.
Baca juga: Suparno, Perajin Dandang Tradisional di Wonosobo yang Tersisa
Meski hanya dipasarkan dari mulut ke mulut, produk ini dijual tidak hanya di Wonosobo. Namun juga daerah lain, seperti Semarang, Bandung, NTT, NTB dan Sumatera. Salah satu pesanan terbesar yang pernah dia buat adalah properti menari berupa keranjang yang tingginya dua meter dan lebarnya satu setengah. Ada tujuh, properti ini digunakan di acara Prambanan.
Sebagai perajin anyaman bambu, Juan berharap kerajinan ini dapat terus bertahan dan berkembang. Sehingga tidak kalah pamor dengan bahan-bahan plastik
“Harapan saya ke depannya itu yang jelas, saya ingin anak muda di daerah sini melirik usaha ini. Terus yang jelas, saya bisa mengurangi pengangguran di sekitar sana.” pungkas Juan.