By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kota Seribu Kelenteng Singkawang: Cerminan Harmoni Budaya
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Kota Seribu Kelenteng Singkawang: Cerminan Harmoni Budaya
Warisan Budaya

Kota Seribu Kelenteng Singkawang: Cerminan Harmoni Budaya

Ridwan
Last updated: 08/02/2025 03:07
Ridwan
Share
3 Min Read
Foto: Unsplash/ Adrian Hartanto
SHARE

Kota Singkawang, yang terletak sekitar 145 km dari ibu kota Kalimantan Barat, memiliki daya tarik yang tak kalah menakjubkan.

Atmosfernya mengingatkan pada Negeri Tirai Bambu, Tiongkok, sehingga kota ini sering disebut sebagai Kota Seribu Kelenteng. Sebutan ini mencerminkan banyaknya vihara, kelenteng, dan cetiya yang ada di kawasan ini.

Berdasarkan informasi dari Antara, pada tahun 2014 tercatat sekitar 704 bangunan vihara dan cetiya di Singkawang.

Keberadaan banyaknya tempat ibadah ini terkait erat dengan mayoritas penduduk yang merupakan keturunan Tionghoa yang memeluk Buddha dan Konghucu.

Kehadiran etnis Tionghoa di Singkawang berperan penting dalam sejarah perkembangan kota.

Gelombang kedatangan mereka diperkirakan terjadi lebih dari 2,5 abad yang lalu, dipicu oleh adanya sumber daya emas di Monterado, yang terletak di sebelah timur Singkawang.

Para pekerja Tionghoa awalnya datang ke Monterado sebagai buruh tambang emas dan pedagang, namun mereka juga singgah di Singkawang dalam perjalanan mereka.

Sejak tahun 1740, orang-orang Tionghoa mulai bekerja di pertambangan emas di bawah Sultan Sambas. Singkawang tidak hanya berfungsi sebagai tempat singgah, tetapi juga sebagai titik transit bagi pengangkutan hasil tambang emas.

Dengan perkembangan yang cukup strategis, banyak penambang Tionghoa yang beralih profesi menjadi petani dan pedagang, hingga akhirnya memilih untuk menetap di kota ini.

Walaupun tidak sepadat Pontianak, lanskap Kota Singkawang sangat menarik, terutama dalam pandangan feng shui.

Kota ini dikelilingi oleh laut, gunung, dan sungai, yang menurut kepercayaan Tionghoa sangat penting untuk pertanian dan perdagangan. Ini menjadi alasan dibalik pemilihan nama “Singkawang”.

Dalam bahasa Hakka, Singkawang berasal dari istilah “San Khieu Yong” atau “San Kew Jong,” yang berarti gunung, muara, dan laut. Nama ini pertama kali dicatat oleh penjelajah Eropa dalam buku *The Eastern Seas* sebagai “Sinkawan.”

Setelah penambangan emas di Monterado mulai meredup, Singkawang berkembang menjadi pemukiman yang semakin maju. Pada tahun 1981, statusnya diubah menjadi Kota Singkawang secara administratif.

Kota Singkawang juga dikenal sebagai rumah bagi etnis Tionghoa terbesar di Indonesia dan telah dinobatkan sebagai Kota Paling Toleran di Indonesia oleh Setara Institute pada tahun 2018.

Penduduknya yang mayoritas berasal dari etnis Tionghoa, Dayak, dan Melayu hidup berdampingan dengan harmonis.

Di kota ini, berbagai tradisi tahunan khas Tionghoa seperti Cap Go Meh, Perayaan Imlek, dan Ceng Beng dirayakan dengan semarak. Kolaborasi antara budaya Tionghoa dan Dayak dapat dilihat dalam Pawai Tatung, yang diakui sebagai pawai terbesar di dunia.

Festival tahunan ini diadakan selama perayaan Cap Go Meh di Singkawang, memberikan kesempatan bagi masyarakat dan wisatawan untuk merasakan keindahan budaya yang beragam. (Achmad Aristyan- Sumber: kemenparekraf.go.id)

You Might Also Like

Tari Topeng Cirebon, Bermula Dari Keraton

Sate Srepeh, Sate Berkuah Santan Khas Rembang

Atraksi Memukau Lengger Punjen Di Workshop Emmanus TV

Mengenal Aneka Produk Kriya Khas Tasikmalaya Yang Memesona

Seni Tari Beskalan Bermula Dari Penari Jalanan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article UNESCO: Indonesia Membuat Standar Baru Penyelenggaraan Event
Next Article Wisata Air Terjun Madakaripura Tempat Bertapa Gadjah Mada
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?