Kue lontar merupakan camilan khas Papua yang mirip dengan pie susu. Mulanya, bernama ronde taart atau kue bundar, tapi sulit dilafalkan sehingga masyarakat di Fakfak, Papua pun menyebutnya kue lontar. Biasanya disajikan pada saat hari besar.
Kue lontar sekilas tampak seperti pie susu. Kudapan ini memiliki bentuk seperti mangkuk, berukuran dengan diameter sekitar 20 cm dan rasanya enak, manis, gurih, dan nikmat.
Mengutip Indonesia.go.id, lantaran rasanya yang menggugah selera, kue khas ini selalu hadir sebagai sajian istimewa kepada tamu ketika menyambut perayaan hari besar keagamaan seperti Lebaran dan Natal. Kue ini juga kerap dicari umat Muslim di Papua untuk disantap saat berbuka puasa pada Ramadan karena rasanya yang manis.
Bahan dasar untuk membuat kue ini adalah terigu, margarin, vanili, dan susu. Bahan tersebut nantinya dicampur dan dicetak menggunakan piring keramik sehingga bentuknya bundar. Kue lontar punya tekstur lembut di bagian dalam dan renyah pada kulit luarnya. Unsur susu menjadi faktor utama dari lembutnya rasa kue dan menambah kelezatannya.
Meski memiliki bentuk seperti pie susu, di Papua, kue ini umumnya dibuat berukuran cukup besar dengan diameter bisa mencapai 20 sentimeter dan memerlukan sebuah cetakan kue khusus. Sehingga kue yang dihasilkan pun juga cukup besar dan dapat disantap oleh 8-10 orang bersama-sama.
Tapi ada juga kue lontar yang dibuat dengan diameter lebih kecil, misalnya 8 cm dan biasanya diproduksi sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Kue dengan ukuran lebih kecil ini dibuat untuk memudahkannya ketika akan dikemas sebagai buah tangan.
Menurut sejarah, kue khas Papua ini dibawa masuk oleh para serdadu Hindia Belanda sejak 1910 silam. Penamaan kue lontar konon berasal dari bahasa Belanda yaitu ronde taart atau kue bundar. Tetapi karena penduduk setempat kesulitan melafalkannya, maka akhirnya mereka menyebutnya sebagai kue lontar seperti yang kita kenal sekarang ini.
Para serdadu kolonial terutama yang berada di Fakfak pada mulanya mengajari penduduk setempat cara membuat kue ini. Tujuannya supaya mereka tidak kesulitan untuk mendatangkan kue lontar ini dari kampung halaman di Belanda sana. Lambat laun, kue ini dapat dipraktikkan dengan mudah oleh masyarakat setempat meski beberapa bahan utama masih didatangkan dari Belanda seperti margarin, susu, dan terigu.
Dengan cepat kue ini menyebar ke berbagai penjuru di Papua selain karena rasanya yang lezat, juga dapat dihidangkan untuk acara-acara keluarga termasuk sebagai kudapan berbuka puasa. Bahan baku pembuatannya di Papua juga sudah semakin mudah didapat. (Anisa Kurniawati-Sumber: Indonesia.go.id)