Kukuh Hariyawan, seorang perancang busana kebaya terkenal dari Wonosobo, Jawa Tengah. Sempat bekerja sebagai tukang cuci saat meniti karir, kini karyanya telah menembus pasar dunia, dari Malaysia, Jepang hingga Eropa.
Tanpa memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang mode, Kukuh mengasah bakatnya secara otodidak. Kariernya berawal saat ikut bekerja bersama pamannya sebagai karyawan PLTS di Jakarta. Di sana, Kukuh sering menjadi teknisi untuk tempat usaha, gedung dan tempat karaoke
Dari pekerjaan itulah Kukuh mengenal penyanyi papan atas Indonesia seperti Julia Perez (Alm), Inul Daratista, Dewi Persik. Merekalah yang pertamakali mengenal Kukuh Hariyawan mampu merancang dan mendesain kebaya.
Tahun 2009, dengan dukungan teman-teman artisnya ittu, Kukuh mulai membuat desain busana kecil-kecilan. Dia juga sempat bekerja di bawah naungan beberapa desainer.
Kembali Ke Wonosobo
Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 2016, Kukuh memutuskan kembali ke Wonosobo. Sebagai putra daerah Wonosobo, dia ingin lebih bermanfaat untuk masyarakat setempat. Kukuh kemudian mulai merencanakan brand-nya sendiri. Baru di tahun 2017, brand Kebaya Adhikari resmi diluncurkan.
“Tahun 2016 saya memutuskan untuk kembali ke Wonosobo, itu lebih kepada hati nurani. Di mana saya menginginkan, saya sebagai putra daerah Wonosobo ingin bisa bermanfaat untuk masyarakat Wonosobo” kata Kukuh saat ditemui dalam acara Festival Creative Preneur, di Kompleks Gerbang Mandala di Wonosobo, 7 Desember 2024.
Meski namanya telah dikenal luas, Kukuh tetap memilih rumahnya di Selomerto, Wonosobo sebagai basis produksinya. Dia pun memberdayakan masyarakat sekitar dalam produksi kebayanya.
Saat ini Kebaya Adhikari memiliki tim yang terdiri dari 14 tenaga payet, 2 penjahit, 3 tim media sosial dan 4 koreografer serta sejumlah tenaga marketing. Kukuh sendiri sebagai desainer kebaya.
Kukuh Hariyawan mengaku, inspirasi ketika dia mendesain kebaya adalah dari meditasi. Setelah pikirannya dikosongkan, dia mentransfer imajinasinya ke atas kertas. Proses menuangkan pikirannya ke atas kertas itulah yang terkadang susah.
Panggung Internasional
Sekitar tahun 2016-2017, Kukuh Hariyawan mengadakan Fashion Show kecil pertamanya di Bandung. Saat itu, semua dilakukan sendiri. Kemudian pada tahun 2019, Kukuh bersama 18 desainer Indonesia dipercaya mewakili fashion show skala internasional di Paris, Perancis.
Fashion Show bertajuk LA MODE Sur La Seine à Paris itu digelar di Kota Paris, Perancis, 29 September 2019. Peragaan busana ditampilkan di atas kapal pesiar Boreas yang menyusuri Sungai Seine, disaksikan 300 undangan yang terdiri dari buyer (pembeli) dan media internasional.
Sekembalinya dari Paris, Kukuh mulai mengikuti berbagai peragaan busana. Mulai dari Bali Fashion Trend, Jogja Fashion Tren, dan lainnya. Peragaan busana terakhir yang dia ikuti adalah Malang Fashion Week yang digelar November 2024.
Di Malang Fashion Week, Kukuh mengangkat tema “Napak Tilas Kalingga”. Kalingga adalah kerajaan yang eksistensinya sangat kuat di abad ke 7-8, dipimpin perempuan bernama Ratu Shima.
“Karena pemimpinnya bijaksana, berwibawa, tapi lembut. Maka dari itu, kami menggunakan warna merah dipadukan warna-warna tanah, down to earth. Jadi lemah-lembut tapi tegas, dan kami interpretasikan dengan karya seperti ini” kata Kukuh sambil memperlihatkan Kebaya Ratu Shima.
Sempat Menjadi Tukang Cuci
Selama karirnya, tentu tidak selamanya berjalan dengan mulus. Ketika dia masih merintis karirnya di tahun 2013-2015, Kukuh sempat bekerja sebagai tukang cuci untuk kontrakan di sebelah dia tinggal untuk memenuhi kebutuhannya.
“Karena saya terlalu cinta terhadap fashion, supaya tidak putus, maka saya harus punya pendapatan di luar fashion, bagaimana caranya, saya menawarkan diri menjadi tukang cuci untuk kontrakan sebelah.” ungkap Kukuh.
Meski begitu, dia tidak malu melakoni profesi itu. Menurutnya daripada dia berbuat yang tidak baik atau bekerja tidak baik, dia memutuskan tetap menjadi desainer, meski bekerja sebagai tukang cuci.
Terakhir desainer yang pernah dipercaya mendesain kostum semua artis untuk ulang tahun stasiun televisi Global TV ini mengungkapkan harapannya untuk teman-teman desainer di Wonosobo supaya tidak malu untuk menunjukkan prestasinya.
“Saya berharap ayo kita muncul semuanya, tunjukkan prestasinya, enggak usah malu. Karena buat saya yang sudah mengalami sampai di titik ini, ternyata kuncinya cuma satu, nekat dan berani. Buat teman-teman di Wonosobo, ayo kita bareng-bareng saling berkolaborasi untuk menunjukkan karya” pungkas Kukuh Hariyawan.