By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kukuh Hariyawan, Desainer Kebaya Adhikari yang Mendunia
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Kukuh Hariyawan, Desainer Kebaya Adhikari yang Mendunia
Profil

Kukuh Hariyawan, Desainer Kebaya Adhikari yang Mendunia

Anisa Kurniawati
Last updated: 12/12/2024 12:38
Anisa Kurniawati
Share
Kukuh Hariyawan bersama kebaya
Kukuh Hariyawan bersama kebaya karyanya di Festival Creative Preneur (2024) Wonosobo. Foto: Ivan Pratama
SHARE

Kukuh Hariyawan, seorang perancang busana kebaya terkenal dari Wonosobo, Jawa Tengah. Sempat bekerja sebagai tukang cuci saat meniti karir, kini karyanya telah menembus pasar dunia, dari Malaysia, Jepang hingga Eropa.

Tanpa memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang mode, Kukuh mengasah bakatnya secara otodidak. Kariernya berawal saat ikut bekerja bersama pamannya sebagai karyawan PLTS di Jakarta. Di sana, Kukuh sering menjadi teknisi untuk tempat usaha, gedung dan tempat karaoke

Dari pekerjaan itulah Kukuh mengenal penyanyi papan atas Indonesia seperti Julia Perez (Alm), Inul Daratista, Dewi Persik. Merekalah yang pertamakali mengenal Kukuh Hariyawan mampu merancang dan mendesain kebaya.

Tahun 2009, dengan dukungan teman-teman artisnya ittu, Kukuh mulai membuat desain busana kecil-kecilan. Dia juga sempat bekerja di bawah naungan beberapa desainer.

Kembali Ke Wonosobo

Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 2016, Kukuh memutuskan kembali ke Wonosobo. Sebagai putra daerah Wonosobo,  dia ingin lebih bermanfaat untuk masyarakat setempat. Kukuh kemudian mulai merencanakan brand-nya sendiri. Baru di tahun 2017, brand Kebaya Adhikari resmi diluncurkan.

“Tahun 2016 saya memutuskan untuk kembali ke Wonosobo, itu lebih kepada hati nurani. Di mana saya menginginkan, saya sebagai putra daerah Wonosobo ingin bisa bermanfaat untuk masyarakat Wonosobo” kata Kukuh saat ditemui dalam acara Festival Creative Preneur,  di Kompleks Gerbang Mandala di Wonosobo,  7 Desember 2024.

Meski namanya telah dikenal luas, Kukuh tetap memilih rumahnya di Selomerto, Wonosobo sebagai basis produksinya. Dia pun memberdayakan masyarakat sekitar dalam produksi kebayanya.

Saat ini Kebaya Adhikari memiliki tim yang terdiri dari 14 tenaga payet, 2 penjahit, 3 tim media sosial dan 4 koreografer serta sejumlah tenaga marketing. Kukuh sendiri sebagai desainer kebaya.

Kukuh Hariyawan mengaku, inspirasi ketika dia mendesain kebaya adalah dari meditasi. Setelah pikirannya dikosongkan, dia mentransfer imajinasinya ke atas kertas. Proses menuangkan pikirannya ke atas kertas itulah yang terkadang susah.

Salah satu karya kebaya Kukuh Hariyawan (Kiri), Kukuh dalam sebuah event fashion show (Kanan). Foto: Instagram Kukuh Hariyawan

Panggung Internasional

Sekitar tahun 2016-2017, Kukuh Hariyawan mengadakan Fashion Show kecil pertamanya di Bandung. Saat itu, semua dilakukan sendiri. Kemudian pada tahun 2019, Kukuh bersama 18 desainer Indonesia dipercaya mewakili fashion show skala internasional di Paris, Perancis.

Fashion Show bertajuk LA MODE Sur La Seine à Paris itu digelar di Kota Paris, Perancis,  29 September 2019. Peragaan busana ditampilkan di atas kapal pesiar Boreas yang menyusuri Sungai Seine, disaksikan 300 undangan yang terdiri dari buyer (pembeli) dan media internasional.

Sekembalinya dari Paris, Kukuh mulai mengikuti berbagai peragaan busana. Mulai dari Bali Fashion Trend,  Jogja Fashion Tren, dan lainnya. Peragaan busana terakhir yang dia ikuti adalah Malang Fashion Week yang digelar November 2024.

Di Malang Fashion Week, Kukuh mengangkat tema “Napak Tilas Kalingga”. Kalingga adalah kerajaan yang eksistensinya sangat kuat di abad ke 7-8, dipimpin perempuan bernama Ratu Shima.

“Karena pemimpinnya bijaksana, berwibawa, tapi lembut. Maka dari itu, kami menggunakan warna merah dipadukan warna-warna tanah, down to earth. Jadi lemah-lembut tapi tegas, dan kami interpretasikan dengan karya seperti ini” kata Kukuh sambil memperlihatkan Kebaya Ratu Shima.

Kukuh Hariyawan bersama salah satu karyanya untuk show tunggal Jogja Fashion Trend dengan tema “Treasure Acculturation” Foto: Ivan Pratama

Sempat Menjadi Tukang Cuci

Selama karirnya, tentu tidak selamanya berjalan dengan mulus. Ketika dia masih merintis karirnya di tahun 2013-2015, Kukuh sempat bekerja sebagai tukang cuci untuk kontrakan di sebelah dia tinggal untuk memenuhi kebutuhannya.

“Karena saya terlalu cinta terhadap fashion, supaya tidak putus, maka saya harus punya pendapatan di luar fashion, bagaimana caranya, saya menawarkan diri menjadi tukang cuci untuk kontrakan sebelah.” ungkap Kukuh.

Meski begitu, dia tidak malu melakoni profesi itu. Menurutnya daripada dia berbuat yang tidak baik atau bekerja tidak baik, dia memutuskan tetap menjadi desainer, meski bekerja sebagai tukang cuci.

Terakhir desainer yang pernah dipercaya mendesain kostum semua artis untuk ulang tahun stasiun televisi Global TV ini mengungkapkan harapannya untuk  teman-teman desainer di Wonosobo supaya tidak malu untuk menunjukkan prestasinya.

“Saya berharap ayo kita muncul semuanya, tunjukkan prestasinya, enggak usah malu. Karena buat saya yang sudah mengalami sampai di titik ini, ternyata kuncinya cuma satu, nekat dan berani. Buat teman-teman di Wonosobo, ayo kita bareng-bareng saling berkolaborasi untuk menunjukkan karya” pungkas Kukuh Hariyawan.

You Might Also Like

Jejak Musikalitas Penyanyi Atiek CB Selama 40 tahun Berkarya

Desa Wisata Mergolangu, Digadang Jadi Kawasan Lima Dieng Baru

Jejak Sejarah Ki Ageng Wonosobo di Desa Plobangan Selomerto

Rumah Makan Gratis Wonosobo Konsisten Berbagi Rezeki

Mengenang Jejak Hardi, Pelukis Fenomenal Presiden RI 2001 

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Mengenal Pekalongan, Kota Batik Dunia di Pesisir Utara Jawa
Next Article Wisata Religi Menengok Jam Matahari di Masjid Al-Manshur
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?