Konon, perairan Selat Bali yang memisahkan Pulau Bali dan Pulau Jawa menjadi saksi cerita rakyat yang hidup di masyarakat Pulau Dewata. Salah satu cerita rakyat terkenal yang menjelaskan asal-usul Selat Bali adalah legenda Manik Angkeran, putra seorang Brahmana sakti bernama Empu Sidi Mantra. Kisah ini diunggah kanal YouTube Gromore Studio Series dan situs mtsn4sda.sch.id.
Petaka Manik Angkeran
Dahulu kala, di Kerajaan Daha, Empu Sidi Mantra dikenal sebagai brahmana taat dan bijaksana. Namun, kehidupannya berubah saat ia menerima anugerah seorang anak laki-laki dari para dewa.
Bayi itu diberi nama Manik Angkeran. Meski tumbuh menjadi pemuda yang tampan, sifat Manik Angkeran sangat bertolak belakang dengan ayahnya. Ia terjerumus dalam kebiasaan buruk, yaitu berjudi sabung ayam. Kebiasaan ini ternyata membawa petaka.
Manik Angkeran terus kalah, menghabiskan seluruh hartanya, dan bahkan mencuri dari ayahnya untuk melunasi utangnya. Empu Sidi Mantra yang kecewa masih berusaha membantu anaknya dengan meminta bantuan Naga Besukih, penjaga harta di Gunung Agung.
Dengan mantra sakti dan genta, Empu Sidi Mantra memanggil Naga Besukih. Setelah menjelaskan niatnya, Naga Besukih memberinya harta dengan syarat bahwa Manik Angkeran harus berhenti berjudi dan menggunakan harta itu dengan bijak.
Namun, janji Manik Angkeran hanya sekadar ucapan. Ia kembali terjerat kebiasaan buruknya hingga nekat mencuri genta ayahnya untuk meminta harta langsung kepada Naga Besukih.
Garis Api
Manik Angkeran yang membawa genta ke Gunung Agung berhasil memanggil Naga Besukih. Namun, kebohongannya terbongkar.
Naga Besukih murka atas kelicikan Manik Angkeran dan membunuhnya seketika. Empu Sidi Mantra yang mengetahui kematian anaknya merasa hancur hati.
Dengan mantra sakti, ia memohon kepada Naga Besukih untuk menghidupkan kembali Manik Angkeran. Naga Besukih mengabulkan permintaan itu, tetapi dengan syarat bahwa hubungan antara ayah dan anak ini harus berakhir.
Empu Sidi Mantra menerima syarat itu dan membuat garis api memisahkan Bali dari Jawa, sehingga keduanya tidak dapat bertemu lagi. Garis itu menjadi Selat Bali seperti yang kita kenal sekarang.
Pesan Moral
Legenda Manik Angkeran mengajarkan tentang pentingnya kebijaksanaan dalam menjalani hidup dan konsekuensi dari tindakan yang melanggar nilai-nilai moral.
Selat Bali bukan hanya simbol pemisahan geografis, tetapi juga menjadi pengingat akan kekuatan cinta orang tua yang tak terbatas, meskipun harus dibayar dengan pengorbanan besar.