Salah satu cerita rakyat Kalimatan Timur yang populer adalah Legenda Pesut Mahakam. Konon, pesut mahakam adalah jelmaan anak manusia. Hewan Pesut Mahakam ini bahkan dijadikan sebagai maskot provinsi Kalimantan Timur. Meski begitu, kini keberadaan Pesut Mahakam terancam punah.
Dilansir dari laman indonesiakaya.com, Alkisah di sebuah desa di sekitar Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, hidup sepasang suami istri. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki dan perempuan. Mereka hidup harmonis hingga sang Ibu terkena penyakit dan akhirnya meninggal dunia.
Kepergian Ibu menjadi pukulan besar bagi keluarga, terutama Ayah. Akibatnya, rumah dan anak-anaknya tidak terurus. Suatu hari ketika musim panen, penduduk desa mengadakan pesta syukuran hasil bumi. Teman-teman Ayah berusaha menghibur dan mengajaknya ke pertunjukan kesenian.
Disana sang ayah kemudian melihat seorang penari. Parasnya yang cantik dan keindahan tariannya membuatnya terus menonton pertunjukan Sang Penari setiap malam. Tak butuh waktu lama, Ayah pun jatuh hati kepada Sang Penari.Ulah
Ulah Ibu Tiri
Tak lama kemudian, Ayah dan Sang Penari menikah. Setelah menikah, Ayah kembali bersemangat dan rajin bekerja. Ternyata, sang ibu tiri menunjukkan sikap yang sangat berbeda setelah menikah. Setiap Ayah pergi ke hutan atau ladang, Ibu memberi tugas rumah yang berat pada anak-anak.
Akan tetapi sekembalinya Ayah pulang, Ibu tiri berkata bahwa sepanjang hari anak-anak hanya bermalas-malasan dan tak mau membantunya. Karena sangat mencintai istri barunya, Ayah pun percaya. Bahkan, Ayah setuju saat Ibu tiri ingin menghukum anak-anak.
Semakin lama, tugas yang diberikan Ibu tiri semakin berat. Tak hanya diberikan makanan sisa, mereka diminta mencari kayu bakar ke hutan. Bahkan mereka diminta pergi tanpa makan terlebih dahulu, dan tak diizinkan pulang sebelum mendapatkan kayu.
Seperti biasa Ibu tiri yang kejam itu meminta anak-anak mencari kayu bakar. Menjelang malam mereka baru berhasil mengumpulkan satu keranjang kayu bakar. Tahu akan dimarahi, anak-anak memutuskan untuk bermalam di hutan dengan perut kelaparan.
Pesut Mahakam
Di pagi hari, anak-anak melanjutkan mencari kayu bakar. Setelah cukup lama hingga kelaparan, anak-anak terus menyelesaikan tugas mencari kayu bakar lalu segera pulang. Sesampainya di rumah, anak-anak terkejut melihat rumah yang kosong. Ternyata selama mencari kayu, Ayah dan Ibu mereka pindah dari rumah itu.
Mereka kemudian hanya bisa menangis. Setelah lebih tenang, anak-anak memutuskan untuk menjual semua kayu untuk bekal mencari orang tuanya. Setelah dua hari perjalanan, sampailah anak-anak di tepian Sungai Mahakam.
Mereka meliha sebuah rumah kecil dengan jemuran baju yang terlihat seperti milik Ayah. Keduanya segera memasuki rumah, tetapi kosong. Di dalam rumah tercium aroma masakan lezat. Karena lapar mereka mengikuti aroma tersebut dan ternyata terdapat kuali berisi bubur di dapur.
Tanpa pikir panjang, anak-anak memakan bubur panas tersebut hingga habis. Setelah makan, suhu tubuh mereka menjadi panas seperti terbakar api. Panik, mereka menggunakan semua air di dapur untuk minum dan menyiram tubuh, namun tetap nihil. Akhiranya, mereka semua menuju ke sungai, kemudian langsung melompat ke dalam air.
Tak lama kemudian, Ayah dan Ibu tiri sampai ke rumah. Saat masuk ke dapur, Ayah melihat barang anak-anak di samping kuali kosong. Ayah lalu menyadari bahwa mereka tidak kabur seperti kata ibu tiri, namun mencarinya. Kemudian sang Ayah mencari anak-anaknya hingga ke tepi sungai.
Di dalam sungai, dia hanya melihat ada dua ikan yang wajahnya mirip manusia. Dia kemudian berlari ke rumah untuk meminta tolong pada Ibu tiri. Namun, sang ibu tiba-tiba menghilang. Sang Ayah akhirnya kembali ke sungai, meratapi anak-anaknya yang telah berubah menjadi ikan. Warga sekitar yang mengetahui tentang kisah ini kemudian menamainya dengan sebutan Pesut Mahakam.