By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mengenal Ludruk, Kesenian Guyonan Rakyat dari Jawa Timur
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Mengenal Ludruk, Kesenian Guyonan Rakyat dari Jawa Timur
Warisan Budaya

Mengenal Ludruk, Kesenian Guyonan Rakyat dari Jawa Timur

Anisa Kurniawati
Last updated: 16/01/2025 16:26
Anisa Kurniawati
Share
4 Min Read
Kesenian Ludruk identik dengan guyonan. Awalnya sering diselingi dagelan slapstick (lawak kasar fisik). Foto: wikimedia commons
SHARE

Ludruk, adalah seni teater rakyat yang berasal dari Jawa Timur. Dalam pertunjukan ludruk biasanya terdapat unsur tari remo, dagelan, selingan, dan cerita.

 Kisahnya diangkat dari kehidupan Masyarakat sehari-hari dengan bahasanya mudah dimengerti dan bahkan diselingi guyonan. Pada era 70-90 an di Jawa Timur, pertunjukan Ludruk sering dapat ditemui.

Pada masa itu, di kota Malang, yang terkenal adalah Ludruk Wijaya Kusuma dengan pelawaknya Cak Tamin, Nurbuat dan Cak Subur. Kemudian muncul Cak Kartolo dan kawan-kawannya di era 80-90 an.

Hampir seluruh masyarakat Jawa Timur mengenal kesenian ini. 

Pemain Ludruk Harus Berimpovisasi

Ludruk sendiri adalah kesenian teater rakyat Jawa Timur yang berasal dari kalangan rakyat jelata. Menurut Sunaryo H.S. dkk dalam Perkembangan Ludruk di Jawa Timur, ludruk mulai dikenal pada abad ke-12 dengan nama Ludruk Bandhan. 

Biasanya, Ludruk Bandhan ditampilkan di tanah lapang dengan diiringi musik pengiring kendang dan jidor. Kemudian Ludruk Bandhan berkembang menjadi Lerok Pak Santik selama abad ke-17 sampai 18. 

Pak Santik sendiri merupakan seorang petani dari Jombang, Jawa Timur yang memperbaharui kesenian ludruk. Biasanya pertunjukan ini ditampilkan Pak Santik dalam pesta pernikahan, sunatan, dan kelahiran di kampung-kampung. 

Seiring dalam berkembangnya, pertunjukan juga ditambahkan dengan guyonan dan bahasa tubuh. Kemudian, mulai ada unsur dialog dan cerita (lakon) dalam ludruk.

Pertunjukan semacam ini diikuti seniman lain dan berkembang di Surabaya, Malang, dan Mojokerto.

Dalam pertunjukan ludruk tidak ada pakem khusus. Semua pemain dituntut berimprovisasi dan mengembangkan jalan cerita yang sudah dibuat terlebih dahulu. 

Baca juga: Kesenian Ebeg Banyumas, Antara Peperangan Dan Kesurupan

Media Penyampai Kritik

Ludruk kemudian identik dengan guyonan. Awalnya sering diselingi dagelan slapstick (lawak kasar fisik). Pada 1920-an setelah muncul ludruk Cak Gondo Durasim, ludruk lebih cenderung ke lawak halus, dengan permainan kata-kata dan sindiran sosial-politik. 

Cak Durasim melalui kelompoknya, Ludruk Gondo adalah tokoh yang melegenda. Ia dikenal sering menyampaikan ide-ide nasionalisme dan perlawanan di pertunjukannya.

Pada masa Jepang, Cak Durasim menciptakan kidungan yang legendaris: “Pegupon omahe doro, melok Nipon tambah soro.” Artinya, “pegupon rumah burung dara, ikut Nipon tambah sengsara.”

Sebagai akibatnya, dia disiksa oleh tentara Jepang dan kemudian meninggal dunia pada 1944. Kemudian ludruk tersebut dilanjutkan oleh Wibowo atau Cak Gondo bersama Ludruk Marhaen yang terkenal pada era 1950-an hingga 1965. 

Pada masa penjajahan, ludruk dikenal sebagai media penyalur kritik sosial kepada pemerintah. Kritik sosial ini ditampilkan melalui pantun yang berisi sindiran terselubung.

Kemudian ceritanya berkembang dengan menampilkan adegan cerita yang mencerminkan situasi kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

Cerita tersebut berisi mengenai keprihatinan masyarakat yang terjajah. Di samping itu, juga mengandung unsur-unsur yang mendorong perjuangan. Kesenian ini juga sempat berfungsi menjadi penyampai kebijaksanaan pemerintah.

Baca juga:Menyelisik Mak Yong, Kesenian Teater Tradisional Riau

Sempat redup di awal Orde Baru

Kesenian ini sempat redup di awal Orde Baru. Sebelum kemudian sejumlah seniman ludruk seperti Kartolo dan kawan-kawan muncul dan mampu mengangkat pamor ludruk yang sempat redup. 

Mungkin dikarenakan generasi penerus setelah Cak Kartolo, kualitasnya berbeda. Ditambah lagi kalah dengan tayangan-tayangan dari berbagai media, seperti film-film asing dan sinetron.

Sekarang ini, boleh dikatakan bahwa kesenian Ludruk hampir punah. Meski begitu, ludruk masih kerap dipentaskan meski hanya dimainkan oleh beberapa puluh orang.

Panggung teater ludruk bisa bertahan karena cerita yang dipentaskan sangat dekat dengan kehidupan dan budaya masyarakat setempat. Selain itu, disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan disertai lawakan yang menghibur. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Ayam Kalasan, Sajian Dengan Guyuran Air Kepala

Seni Tayub Nganjuk, Tarian Pergaulan Yang Kini Mengikuti Zaman

Lenong Betawi, Seni Pertunjukan Teater Penuh Makna

Kolaborasi Seni, Spiritualitas dan Tradisi dalam Tari Bedaya

Mengintip Rumah Sejarah Rengasdengklok di Karawang

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Entas-Entas, Tradisi Kematian Umat Hindu Suku Tengger
Next Article Mencicipi Kuliner Sederhana Orem-Orem Khas Malang
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?