Maelo Jalur adalah satu di antara atrakasi budaya dari rangkaian acara Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Kegiatan ini merupakan sebuah tradisi menarik kayu gelondongan dari hutan ke desa. Masyarakat setempat menyebut kayu tersebut dengan sebutan “jalur”.
Zaman dahulu, jalur atau kayu gelondongan itu ditarik beramai-ramai masyarakat setempat. Mereka menggunakan rotan yang diikatkan di sebuah kayu bulat jenis kempas. Kayu yang dipilih bukan kayu sembarangan, harus dicari di tengah hutan melalui prosesi magis oleh sang pawang.
Ukuran kayu yang akan ditebang berdiameter 60-80 cm dengan panjang 30–50 meter. Tujuannya agar nantinya bisa ditumpangi 40 hingga 60 pedayung pacu jalur. Sebelum kayu jalur ditebang, masyarakat menggelar doa bersama atau syukuran. Hal ini dilakukan agar ketika pohon ditebang bisa terhindar dari roh jahat.
Baca juga: Festival Pacu Jalur, Tradisi Dayung Tradisional Riau
Sampan Mahal
Dikutip dari Infopublik.id, Prosesi olah batin yang mengandung unsur magis juga dilakukan oleh pawang atau dukun. Konon, ritual itu digunakan mulai dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan perahu, hingga acara perlombaan Pacu Jalur dimulai.
Setelah prosesi menarik jalur selesai, selanjutnya kayu bulat itu dibuat jalur (perahu atau sampan). Biasanya dilakukan oleh satu orang ahli didampingi 5 orang asisten. Proses pembuatannya bisa menghabiskan waktu 1 hingga 2 bulan. Biaya pembuatannya mencapai puluhan juta rupiah.
Selanjutnya, setelah maelo jalur dilakukan, seluruh warga kampung tadi makan bersama di lokasi yang tidak jauh dari tempat prosesi. Biasanya di bawah pohon rindang. Santapan yang dihidangkan adalah konji borayak yang dibungkus dengan daun pisang.
Dalam prosesi maelo jalur biasanya harus melakukan musyawarah desa. Ada sejumlah aturan yang harus disepakati bersama untuk menjaga kekompakan. Tradisi maelo jalur ini diikuti hampir seluruh penduduk kampung. Masyarakat bergotong royong menjalin rasa kekompakan dan kebersamaan, sehingga kayu atau jalur bisa sampai ke kampung.
Baca juga: Menyelisik Mak Yong, Kesenian Teater Tradisional Riau
Tontonan Wisatawan
Hingga saat ini, tradisi Maleo Jalur masih dipertahankan. Kegiatan menjadi tradisi masyarakat, terutama para remaja di Kuantan Singingi. Nilai penting dari tradisi budaya ini antara lain kerja keras, keuletan, dan kerja sama.
Secara etimologinya, kata pacu bermakna perlombaan, sedangkan kata jalur merujuk kepada kata perahu atau sampan. Secara sederhana, Pacu Jalur dapat diterjemahkan sebagai “perlombaan mendayung perahu” atau “Perlombaan Mendayung Sampan”.
Sedangkan Pada event Kharisma Event Nusantara (KEN) Pacu Jalur dihelat 23 hingga 27 Agustus 2023 yang dihadiri banyak masyarakat. Pacu Jalur pada 2022 lalu misalnya, disaksikan 1,3 juta orang. Mereka berasal dari kalangan pedagang luar daerah dan masyarakat Kuansing yang kembali dari perantauan, hingga wisatawan lokal dan asing.
Di setiap pergelaran Pemprov Riau menyiapkan hadiah besar. Di tahun 2023 misalnya, total hadiahnya sekitar Rp250 juta untuk para pemenang. Ada juga dari Pemda Kuansing sebesar Rp300 juta. Banyak juga masyarakat Kuansing yang juga menyiapkan hadiah, secara pribadi.