By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Maelo Jalur, Tradisi Gotong Royong Menyeret Kayu dari Hutan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Maelo Jalur, Tradisi Gotong Royong Menyeret Kayu dari Hutan
Tradisi

Maelo Jalur, Tradisi Gotong Royong Menyeret Kayu dari Hutan

Anisa Kurniawati
Last updated: 27/11/2024 04:37
Anisa Kurniawati
Share
IllustrasiTtradisi Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Foto: Infopublik.id
SHARE

Maelo Jalur adalah satu di antara atrakasi budaya dari rangkaian acara Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Kegiatan ini merupakan sebuah tradisi menarik kayu gelondongan dari hutan ke desa. Masyarakat setempat menyebut kayu tersebut dengan sebutan “jalur”.

Zaman dahulu, jalur atau kayu gelondongan itu ditarik beramai-ramai masyarakat setempat. Mereka menggunakan rotan yang diikatkan di sebuah kayu bulat jenis kempas. Kayu yang dipilih bukan kayu sembarangan, harus dicari di tengah hutan melalui prosesi magis oleh sang pawang.

Ukuran kayu yang akan ditebang berdiameter 60-80 cm dengan panjang 30–50 meter. Tujuannya agar nantinya bisa ditumpangi 40 hingga 60 pedayung pacu jalur. Sebelum kayu jalur ditebang, masyarakat menggelar doa bersama atau syukuran. Hal ini dilakukan agar ketika pohon ditebang bisa terhindar dari roh jahat.

Baca juga: Festival Pacu Jalur, Tradisi Dayung Tradisional Riau

Sampan Mahal

Dikutip dari Infopublik.id, Prosesi olah batin yang mengandung unsur magis juga dilakukan oleh pawang atau dukun. Konon, ritual itu digunakan mulai dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan perahu, hingga acara perlombaan Pacu Jalur dimulai.

Setelah prosesi menarik jalur selesai, selanjutnya kayu bulat itu dibuat jalur (perahu atau sampan). Biasanya dilakukan oleh satu orang ahli didampingi 5 orang asisten. Proses pembuatannya bisa menghabiskan waktu 1 hingga 2 bulan. Biaya pembuatannya mencapai puluhan juta rupiah.

Selanjutnya, setelah maelo jalur dilakukan, seluruh warga kampung tadi makan bersama di lokasi yang tidak jauh dari tempat prosesi. Biasanya di bawah pohon rindang. Santapan yang dihidangkan adalah konji borayak yang dibungkus dengan daun pisang.

Dalam prosesi maelo jalur biasanya harus melakukan musyawarah desa. Ada sejumlah aturan yang harus disepakati bersama untuk menjaga kekompakan. Tradisi maelo jalur ini diikuti hampir seluruh penduduk kampung. Masyarakat bergotong royong menjalin rasa kekompakan dan kebersamaan, sehingga kayu atau jalur bisa sampai ke kampung.

Baca juga: Menyelisik Mak Yong, Kesenian Teater Tradisional Riau

Tontonan Wisatawan

Hingga saat ini, tradisi Maleo Jalur masih dipertahankan. Kegiatan menjadi tradisi masyarakat, terutama para remaja di Kuantan Singingi. Nilai penting dari tradisi budaya ini antara lain kerja keras, keuletan, dan kerja sama.

Secara etimologinya, kata pacu bermakna perlombaan, sedangkan kata jalur merujuk kepada kata perahu atau sampan. Secara sederhana, Pacu Jalur dapat diterjemahkan sebagai “perlombaan mendayung perahu” atau “Perlombaan Mendayung Sampan”.

Sedangkan Pada event Kharisma Event Nusantara (KEN) Pacu Jalur dihelat 23 hingga 27 Agustus 2023 yang dihadiri banyak masyarakat. Pacu Jalur pada 2022 lalu misalnya, disaksikan 1,3 juta orang.  Mereka berasal dari kalangan pedagang luar daerah dan masyarakat Kuansing yang kembali dari perantauan, hingga wisatawan lokal dan asing.

Di setiap pergelaran Pemprov Riau menyiapkan hadiah besar. Di tahun 2023 misalnya, total hadiahnya sekitar Rp250 juta untuk para pemenang. Ada juga dari Pemda Kuansing sebesar Rp300 juta. Banyak juga masyarakat Kuansing yang juga menyiapkan hadiah, secara pribadi.

You Might Also Like

Paabingkon, Upacara Kelahiran Cucu Pertama di Simalungun

Ritual Nyadran Soropadan: Hormati Leluhur dengan Cara Berbeda

Sejarah Batang dalam Tradisi Buka Pintu Makam Mbah Surgi

Manjujai: Pengasuhan Anak Berbasis Nilai Budaya Minangkabau

Upacara Bekakak, Tradis Yang Masih Lestari

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Anak Muda Indonesia Hanya Mampu Membaca Buku 8 Menit
Next Article Padang Jazz Festival Luncurkan Kalender Pariwisata 2025
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?