By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Maria Walanda Maramis, Pelopor Gerakan Pendidikan Perempuan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Maria Walanda Maramis, Pelopor Gerakan Pendidikan Perempuan
Profil

Maria Walanda Maramis, Pelopor Gerakan Pendidikan Perempuan

Achmad Aristyan
Last updated: 15/12/2024 15:01
Achmad Aristyan
Share
Pahlawan Nasional Maria Walanda Maramis (Kiri-Foto: budaya.jogjaprov.go.id), Gedung sekolah PIKAT tahun 1956 (Kanan-Foto: pikat1917.blogspot.com)
SHARE

Maria Yosephine Catherina Maramis, yang dikenal sebagai Maria Walanda Maramis, adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Maria dikenal atas dedikasinya meningkatkan pendidikan dan peran wanita Indonesia di awal abad ke-20. Dia dilahirkan tahun 1872 di Minahasa, Sulawesi Utara.

Masa Belia Sarat Tantangan  

Dilansir dari Perpustakaan Museum Pergerakan Wanita Indonesia, Maria kehilangan kedua orang tuanya pada usia enam tahun. Sejak itu, ia diasuh paman dan bibinya. 

Pada masa itu, adat di Minahasa masih membatasi pendidikan bagi anak perempuan, yang hanya diizinkan menamatkan sekolah dasar sebelum diarahkan untuk membantu pekerjaan rumah tangga atau menikah. Namun, Maria menunjukkan minat besar pada pengetahuan dan terus belajar dari lingkungan sekitarnya.

Paman Maria, Rotinsulu, adalah seorang tokoh terpandang dengan jaringan pergaulan yang luas. Hal ini memberi Maria kesempatan untuk berinteraksi dengan berbagai kalangan.

Maria pun berkesempatan menghadiri pesta-pesta yang diadakan masyarakat Belanda. Di situ, Maria tidak hanya mempelajari tata cara menerima tamu berpangkat tinggi, tetapi juga seni memasak dan mengurus rumah tangga. 

Sekolah Rumah Tangga

Pada tahun 1890, Maria menikah dengan Yoseph Frederik Calusung Walanda. Selain mendidik anak-anaknya dengan baik, Maria mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi perempuan di Minahasa. 

Keterbatasan jumlah sekolah di wilayah itu membuat banyak anak tidak dapat melanjutkan pendidikan, terutama ke Pulau Jawa yang biayanya mahal. Untuk menjawab tantangan ini, Maria mengumpulkan sejumlah perempuan dan mendirikan organisasi “Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya” (PIKAT) pada tahun 1917. 

Organisasi ini bertujuan memajukan pendidikan perempuan melalui kegiatan nyata. Salah satu pencapaian besar PIKAT adalah mendirikan sekolah rumah tangga bernama Huishoudschool PIKAT pada tahun 1918 di Manado. 

Sekolah ini menerima lulusan sekolah dasar dan mengajarkan mereka keterampilan rumah tangga, memasak, dan membuat kerajinan tangan.  

Perjuangan Melalui Media 

Maria juga memanfaatkan surat kabar sebagai media propaganda untuk menyebarkan cita-cita PIKAT. Pendanaannya diperoleh dari penjualan hasil masakan, kue, dan kerajinan para murid. 

Meskipun banyak mendapat tantangan dan kritik, Maria tidak gentar. Pada tahun 1920, kunjungan Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum ke sekolah PIKAT menjadi momen bersejarah. 

Sang istri gubernur Van Limburg Stirum sangat terkesan dan memberikan sumbangan sebesar 40.000 gulden untuk mendukung berbagai kegiatan sekolah yang didirikan Maria Maramis.  

Warisan yang Abadi  

Kesehatan Maria mulai menurun di usia senja, tetapi ia tetap aktif memperjuangkan nasib organisasi dan sekolah yang telah didirikannya. Kata-kata terakhirnya kepada Kepala Sekolah PIKAT, Nona H. Sumoleng, “Jangan lupakan PIKAT, anak-anak yang bungsu,” menjadi pesan yang sarat makna. 

Maria meninggal pada Maret 1924, dalam usia 52 tahun. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Pergerakan Nasional kepada Maria Walanda Maramis pada 20 Mei 1969. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Siti Nuhayati, Sosok di Balik Manisnya Gula Aren Desa Mergolangu

Sindudarsono Sudjojono, Pionir Seni Lukis Modern

SMP Negeri 3 Wonosobo: Lestarikan Budaya, Cetak Atlet Pencak Silat

Sutradara Guntur Soeharjanto, Dari FTV ke Layar Lebar

Jejak Karya Maestro Koreografer Tari Sunda Enoch Atmadibrata

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Imersif “Pipilaka Calling” Promosikan IP Lokal ke Pasar Global
Next Article Sapta Tirta Pablengan, Tujuh Mata Air dengan Khasiat Berbeda
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?