Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng), Masinton Pasaribu, menerima undangan dari Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, untuk mempresentasikan hasil temuan arkeologis dari Situs Bongal Sijago-jago dan kajian peradaban kuno di Barus.
Undangan ini menjadi bentuk perhatian pemerintah pusat terhadap pentingnya warisan sejarah Nusantara yang tersimpan di wilayah pesisir barat Sumatra Utara.
Masinton menyampaikan bahwa dirinya telah berkomunikasi langsung dengan Fadli Zon melalui sambungan telepon.
Dalam perbincangan itu, Fadli disebut sangat antusias menanggapi informasi mengenai perkembangan penelitian Situs Bongal serta sejarah peradaban awal di kawasan Barus, yang telah lama dikenal sebagai salah satu pelabuhan rempah tertua di Asia Tenggara.
Baca Juga: Fadli Zon Soroti Kesuksesan Film Jumbo di Festival Film Cannes
Pada Sabtu (24/5), Masinton bersama Wakil Bupati Tapteng, Mahmud Efendi, melakukan kunjungan lapangan ke Museum Fansuri yang berlokasi di Situs Bongal Sijago-jago.
Mereka bertemu dengan tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Sultanate Institute, yang sejak beberapa tahun terakhir melakukan ekskavasi dan penelitian intensif di sana.
“Artefak-artefak penting dari abad ke-7 Masehi tersimpan di Museum Fansuri dan menjadi bukti nyata adanya kehidupan maritim dan interaksi budaya global di wilayah ini sejak masa lampau,” ujar Masinton dalam keterangan persnya, Minggu (25/5/2025).
Berdasarkan penjelasan Heri, salah satu anggota tim peneliti dari BRIN, temuan-temuan seperti fragmen kapal kuno, artefak dari Timur Tengah, hingga koin dari era kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah menunjukkan bahwa Barus dan kawasan sekitarnya telah menjadi bagian dari jalur perdagangan global pada awal abad pertengahan.

Lebih lanjut, Masinton menyebut bahwa hasil ekskavasi yang dilakukan pada 2021 hingga 2022 berhasil mengungkap sejumlah artefak penting, antara lain keramik dari Dinasti T’ang, kaca dan tembikar berlapis glasir dari Timur Tengah, alat batu, manik-manik, fragmen kayu kapal dengan simpul tali ijuk khas, serta empengan logam bertuliskan huruf Arab.
Selain artefak, ditemukan pula ekofak seperti resin, pala, kemiri, serta biji-bijian lain, yang menjadi penanda aktivitas manusia dan perdagangan rempah pada masa silam.
Struktur batu dan kayu nibung yang tersisa juga memperkuat dugaan akan adanya permukiman dan pelabuhan aktif di lokasi itu.
Baca Juga: Fadli Zon Apresiasi Pelestarian Sastra Rusia di Museum Gogol Moskow
Masinton menilai bahwa temuan di Situs Bongal dan Barus sangat penting dalam membangun narasi sejarah Nusantara.
Ia mengingatkan bahwa Barus telah diakui secara nasional sebagai titik nol peradaban Islam Nusantara, sebagaimana ditandai peresmian Presiden Joko Widodo pada 2017 silam.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Tapteng, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim peneliti, BRIN, Sultanate Institute, dan semua pihak yang terlibat. Ini membuktikan bahwa Tapteng adalah bagian penting dari sejarah maritim dan kebudayaan dunia,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa hasil temuan ini tidak hanya bernilai akademik, tetapi juga harus didorong sebagai fondasi untuk membangun karakter bangsa melalui pelestarian sejarah.
“Peradaban dan teknologi di Nusantara sebenarnya telah berkembang sejak ratusan tahun lalu. Menjaga situs seperti Bongal dan Barus berarti menjaga jati diri bangsa,” pungkas Masinton.