Masjid Jogokariyan, yang berada di Jalan Jogokariyan, Mantrijeron, Yogyakarta, merupakan salah satu masjid yang kaya akan nilai sejarah dan semangat dakwah Islam.
Nama “Jogokariyan” diambil dari nama kampung tempat masjid ini berada. Pemilihan nama ini sesuai dengan tradisi Rasulullah SAW, yang menamai masjid sesuai dengan lokasi keberadaannya, seperti Masjid Kuba di Madinah.
Berdiri sejak 1966, masjid ini awalnya dibangun pengurus Muhammadiyah Ranting Karangkajen untuk menanamkan nilai keislaman di tengah masyarakat Kampung Jogokariyan yang saat itu diwarnai berbagai dinamika sosial dan politik.
Lokasinya yang strategis, dekat dengan Pondok Pesantren Krapyak, menambah daya tarik masjid ini sebagai salah satu pusat keagamaan di wilayah ini.
Sejarah Berdirinya Masjid Jogokariyan
Dilansir dari Wikipedia, pembangunan Masjid Jogokariyan tidak dapat dipisahkan dari sejarah relokasi prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pada era Sultan Hamengkubuwono VII, para prajurit di Keraton dipindahkan ke Kampung Jogokariyan akibat perubahan kebutuhan dan peran mereka. Kampung ini lalu menjadi tempat tinggal mereka, yang diberi lahan keraton.
Namun, tekanan ekonomi menyebabkan banyak mantan prajurit menjual tanah mereka kepada pengusaha batik dan tenun, mengubah wajah Kampung Jogokariyan menjadi pusat industri tekstil.
Di tengah kemiskinan dan gejolak sosial yang melanda, muncul Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menjadikan kampung ini sebagai basis pergerakannya.
Kondisi ini menginspirasi para tokoh masyarakat mendirikan Masjid Jogokariyan sebagai upaya memperkuat nilai-nilai Islam. Sebelum masjid berdiri, kegiatan keagamaan dilakukan di langgar kecil yang tidak memadai menampung warga.
Proses Pembangunan Masjid
Pembangunan masjid dimulai dengan pembelian tanah wakaf seluas 600 meter persegi yang dilakukan kelompok Koperasi Batik “Karang Tunggal” dan Koperasi Tenun “Tri Jaya” pada tahun 1966.
Para tokoh masyarakat, seperti H. Jazuri dan Bapak Zarkoni, berperan besar dalam menginisiasi pembangunan masjid. Setelah melalui kesepakatan, peletakan batu pertama September 1965, dan masjid ini resmi digunakan Agustus 1967.
Seiring waktu, masjid ini mengalami berbagai renovasi untuk menampung jamaah yang terus bertambah. Salah satunya pembangunan aula dan serambi tambahan di sisi selatan dan utara masjid.
Tahun 2009, tanah di depan masjid dibeli untuk mendirikan Islamic Center Jogokariyan, yang kini memiliki fasilitas penginapan dan ruang pertemuan.
Masjid Mandiri Secara Finansial
Salah satu keunikan Masjid Jogokariyan adalah kemandirian finansialnya. Berkat pengelolaan yang profesional, masjid ini berhasil memanfaatkan Islamic Center sebagai sumber pendapatan.
Dengan fasilitas lengkap dan program-program dakwah yang terorganisir, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat.
Masjid ini sekarang menjadi ikon dakwah dan sejarah di Yogyakarta. Dengan berbagai program keagamaan, sosial, dan pendidikan, masjid ini terus berupaya memperkuat nilai keislaman dan merekatkan tali silaturahmi antarwarga.
Semangat pembangunannya menjadi inspirasi bagi banyak pihak dalam menghadirkan solusi atas persoalan sosial melalui pendekatan agama. (Dari berbagai sumber)