By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Masjid Jogokariyan Ikon Dakwah dan Sejarah di Yogyakarta
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Masjid Jogokariyan Ikon Dakwah dan Sejarah di Yogyakarta
Warisan Budaya

Masjid Jogokariyan Ikon Dakwah dan Sejarah di Yogyakarta

Achmad Aristyan
Last updated: 28/01/2025 12:59
Achmad Aristyan
Share
Masjid Jogokariyan di Yogyakarta yang terkenal dengan kemandiriannya secara finansial. Foto: GoogleMaps/Tri Afrilla
SHARE

Masjid Jogokariyan, yang berada di Jalan Jogokariyan, Mantrijeron, Yogyakarta, merupakan salah satu masjid yang kaya akan nilai sejarah dan semangat dakwah Islam.

Nama “Jogokariyan” diambil dari nama kampung tempat masjid ini berada. Pemilihan nama ini sesuai dengan tradisi Rasulullah SAW, yang menamai masjid sesuai dengan lokasi keberadaannya, seperti Masjid Kuba di Madinah. 

Berdiri sejak 1966, masjid ini awalnya dibangun pengurus Muhammadiyah Ranting Karangkajen untuk menanamkan nilai keislaman di tengah masyarakat Kampung Jogokariyan yang saat itu diwarnai berbagai dinamika sosial dan politik. 

Lokasinya yang strategis, dekat dengan Pondok Pesantren Krapyak, menambah daya tarik masjid ini sebagai salah satu pusat keagamaan di wilayah ini.  

Sejarah Berdirinya Masjid Jogokariyan  

Dilansir dari Wikipedia, pembangunan Masjid Jogokariyan tidak dapat dipisahkan dari sejarah relokasi prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Pada era Sultan Hamengkubuwono VII, para prajurit di Keraton dipindahkan ke Kampung Jogokariyan akibat perubahan kebutuhan dan peran mereka. Kampung ini lalu menjadi tempat tinggal mereka, yang diberi lahan keraton.

Namun, tekanan ekonomi menyebabkan banyak mantan prajurit menjual tanah mereka kepada pengusaha batik dan tenun, mengubah wajah Kampung Jogokariyan menjadi pusat industri tekstil.  

Di tengah kemiskinan dan gejolak sosial yang melanda, muncul Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menjadikan kampung ini sebagai basis pergerakannya.

Kondisi ini menginspirasi para tokoh masyarakat mendirikan Masjid Jogokariyan sebagai upaya memperkuat nilai-nilai Islam. Sebelum masjid berdiri, kegiatan keagamaan dilakukan di langgar kecil yang tidak memadai menampung  warga.  

Proses Pembangunan Masjid  

Pembangunan masjid dimulai dengan pembelian tanah wakaf seluas 600 meter persegi yang dilakukan kelompok Koperasi Batik “Karang Tunggal” dan Koperasi Tenun “Tri Jaya” pada tahun 1966.

Para tokoh masyarakat, seperti H. Jazuri dan Bapak Zarkoni, berperan besar dalam menginisiasi pembangunan masjid.  Setelah melalui kesepakatan, peletakan batu pertama September 1965, dan masjid ini resmi digunakan Agustus 1967.

Seiring waktu, masjid ini mengalami berbagai renovasi untuk menampung jamaah yang terus bertambah. Salah satunya pembangunan aula dan serambi tambahan di sisi selatan dan utara masjid.

Tahun 2009, tanah di depan masjid dibeli untuk mendirikan Islamic Center Jogokariyan, yang kini memiliki fasilitas penginapan dan ruang pertemuan.  

Masjid Mandiri Secara Finansial  

Salah satu keunikan Masjid Jogokariyan adalah kemandirian finansialnya. Berkat pengelolaan yang profesional, masjid ini berhasil memanfaatkan Islamic Center sebagai sumber pendapatan. 

Dengan fasilitas lengkap dan program-program dakwah yang terorganisir, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat.  

Masjid ini sekarang menjadi ikon dakwah dan sejarah di Yogyakarta. Dengan berbagai program keagamaan, sosial, dan pendidikan, masjid ini terus berupaya memperkuat nilai keislaman dan merekatkan tali silaturahmi antarwarga.

Semangat pembangunannya menjadi inspirasi bagi banyak pihak dalam menghadirkan solusi atas persoalan sosial melalui pendekatan agama.  (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Para Biksu Ambil Air Suci di Umbul Jumprit untuk Waisak

Melihat Kejayaan Cirebon di Gedung Pusaka Keraton Kanoman

Camilan Tradisional Ampo Tuban akan Berstatus Warisan Budaya

Menggali Makna Sumbu Kosmologis Yogyakarta

Gereja Katedral Jakarta, Cagar Budaya Bernuansa Neo-Gotik

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Tari Maengket Simbolisasi Syukur dalam Budaya Minahasa
Next Article Festival Erau, Pesta Rakyat Tertua di Kalimantan Timur 
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?