Tradisi Punggahan jelang Ramadan, begitu lekat bagi masyarakat Jawa. Beberapa daerah di Jawa memiliki caranya tersendiri dalam tradisi Punggahan. Namun, tujuannya tetap sama yaitu untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Dilansir dari laman batangkab.go.id, di Batang, Jawa Tengah Tradisi Punggahan digelar dan dipraktikkan salah satunya oleh ribuan pelajar SMKN Kandeman. Tujuannya agar khusyuk dalam menjalankan serangkaian ibadah selama 30 hari.
Gunungan Party
Tradisi Punggahan biasanya menghadirkan puluhan gunungan berisi lauk pauk atau hasil bumi.
Namun, tradisi yang dipraktikkan ribuan pelajar SMKN Kandeman terdiri 37 gunungan berbalut makanan ringan. Gunungan diarak di jalan desa sejauh 5 kilometer, lalu isinya dibagikan ke warga.
Namun ada sisi unik yang dalam tradisi yang dipraktikkan ribuan pelajar SMKN Kandeman. Salah satu gunungan unik yang menyita pandangan banyak mata, adalah Gunungan Party.
Tema gunungan ini bertepatan dengan menjelang bulan suci Ramadan.
“Setan sama hantu itu dipenjara, makanya Katil atau keranda mayat itu sebagai simbol pengingat sebentar lagi kita akan memasuki bulan puasa, jadi harus bisa jaga sikap, menjauhi hal dan perilaku yang bisa membatalkan puasa,” kata Tegar, siswa SMKN 1 Kandeman, Kabupaten Batang.
Baca juga: Kolaborasi Musik, Tari dan Religi dalam Rampak Bedug Banten
Berbagi Ke Sesama
Tradisi punggahan selain untuk meningkatkan kualitas ibadah juga dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
Di sisi lain, tradisi ini juga mengajarkan mengenai kepedulian sosial, dengan cara berbagi kepada sesama. Tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi. Masyarakat pun dapat saling bercengkerama dan saling memaafkan.
Tradisi religi ini pun tidak hanya untuk menyambut bulan suci Ramadhan saja. Namun terkati erat dengan hidup berdampingan bersama adat budaya dan menjaga kearifan lokal agar tetap terjaga.