Lawang Sewu, yang secara harfiah berarti “seribu pintu,” adalah salah satu destinasi wisata bersejarah yang paling terkenal di Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini menyimpan perjalanan sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Dilansir dari kemenparekraf.go.id, dalam bahasa Jawa, “lawang” berarti pintu, dan “sewu” bermakna seribu. Meski bermakna seribu pintu, namun, jumlah asli dari Lawang Sewu ini hanya 928 pintu.
Bangunan bersejarah ini terletak di Jl. Pemuda, Semarang. Dulunya, Lawang Sewu merupakan kantor administrasi kereta api Belanda bernama Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).
Pembangunan kantor NIS ini beriringan dengan sejarah perkeretaapian Indonesia. Pembangunan jalur kereta api Semarang-Tanggung pertama dimulai 1864. Jalur ini menghubungkan Surakarta dan Yogyakarta. Keberhasilan NIS, lantas mendorong pembangunan rel di daerah lainnya.
Baca juga: Lumpia Semarang, Perpaduan Kuliner Jawa dan Tionghoa
Dirancang Arsitek Berbeda
Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap dan dirancang arsitek yang berbeda. Bangunan terdiri dari lima bangunan yang awalnya dirancang seorang arsitek asal Belanda Ir. P. de Rieu dan yang pertama kali dibuat adalah gedung C.
Bangunan ini difungsikan sebagai kantor percetakan karcis kereta api pada tahun 1900. Setela itu, pembangunan dilanjutkan Prof. J. Klinkhamer dan B. J. Oundag. Mereka mengerjakan gedung A sebagai kantor utama NIS.
Pada tahun 1916 – 1918, dibangunlah beberapa gedung pendukung, yakni gedung B, D, dan E. Gedung B masih menggunakan arsitek yang sama seperti sebelumnya. Untuk gedung D dan E arsiteknya ialah Thomas Karsten.
Bangunan milik PT Kereta Api Indonesia ini menggunakan batu bata keramik berwarna oranye. Bahan ini merupakan lambang sebuah kekayaan, kemakmuran, dan juga kasta tertinggi. Bangunannya sendiri di desain menyerupai huruf L serta dominan elemen lengkung dan sederhana.
Dirancang Sesuai Iklim
Ciri khas dari bangunan ini yaitu memiliki jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi udara. Fungsi lainnya yaitu untuk mempermudah mobilitas pegawai NIS. Gedung ini sengaja dirancang dengan menyesuaikan iklim setempat.
Lawang sewu memiliki beberapa ruangan. Diantaranya lantai pertama yang saat ini berisi dokumentasi sejarah perkeretaapian Indonesia dan sejarah gedung ini. Kemudian ada ruang bawah tanah. Di lantai kedua, terdapat aula.
Memasuki lantai tiga, pengunjung bisa menjumpai satu ruangan besar berjendela yang dulunya merupakan ruang olahraga. Di sepanjang bangunan terdapat galeri keliling yang diberi atap dengan bertumpu pada susunan bata berbentuk lengkungan.
Setelah mengalami pemugaran dan renovasi, kini Lawang Sewu difungsikan sebagai museum. Lawang sewu menyajikan ragam koleksi yang berhubungan dengan kereta api. Mulai dari seragam masinis, alat komunikasi (telepon kayu, telegraf), alat hitung friden, lemari karcis edmonson, karcis kereta kuno, mesin cetak tanggal untuk karcis kereta, dan lainnya.