By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Melihat Warisan Leluhur Alor di Museum 1000 Moko Kalabahi
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Pariwisata > Melihat Warisan Leluhur Alor di Museum 1000 Moko Kalabahi
Pariwisata

Melihat Warisan Leluhur Alor di Museum 1000 Moko Kalabahi

Anisa Kurniawati
Last updated: 26/12/2024 06:37
Anisa Kurniawati
Share
Drum perunggu atau Moko di Museum 1.000 Moko Karabahi, NTT yang dipercaya berasal dari era prasejarah. Foto: GoogleMaps/Fani Serangmo
SHARE

Museum 1000 Moko adalah salah satu destinasi budaya yang terletak di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Museum ini menjadi saksi kekayaan warisan budaya dan sejarah masyarakat Alor.

Museum ini berada di Jln. Diponegoro, Kota Kalabahi, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Koleksi unik di museum ini antara lain Moko, sebuah alat musik tradisional sekaligus benda bernilai sejarah yang sangat penting di wilayah NTT. 

Moko adalah drum perunggu yang dipercaya berasal dari era prasejarah. Alor dikenal sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki koleksi moko terbanyak. Secara historis, moko diduga berasal dari Tiongkok dan Vietnam melalui perdagangan zaman dahulu. 

Konon, sebuah kapal layar dari Tiongkok membawa ribuan moko terdampar di Kalabahi sekitar abad ke 14. Warga kemudian beramai-ramai mengambil barang yang dibawa kapal itu untuk dibawa pulang, termasuk moko.

Museum 1.000 Moko di Jln. Diponegoro, Kota Kalabahi, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur.Foto: GoogleMaps/Daniel Leatemia

Perlakuan Khusus

Di masyarakat Alor, moko memiliki fungsi yang sangat unik. Selain digunakan dalam upacara adat dan kegiatan ritual, moko juga digunakan sebagai alat pembayaran, mas kawin, dan simbol status sosial. Di beberapa daerah, Moko digunakan sebagai gendang untuk mengiringi tarian. 

Dilansir dari laman goodnewsfromindonesia.id, kolektor moko, Elia Tapaha mengatakan moko yang ditemukan warga di dalam tanah, gua, dan sebagian diyakini sebagai jelmaan dari leluhur. Maka dari itu, moko mendapatkan perlakukan khusus dari masyarakat. 

Setiap akhir Mei, Agustus, Desember, dan Februari. Elia memberi sesajen kepada moko koleksinya. Dia menyembelih satu ayam jantan merah untuk sesaji.

Museum 1.000 Moko di Jln. Diponegoro, Kota Kalabahi, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Foto: GoogleMaps/Daniel Leatemia

Museum 1000 Moko

Museum 1000 Moko terletak di Jln, Diponegoro, Kota Kalabahi, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Museum ini didirikan atas inisiatif Pemda Kabupaten Alor yang dimulai pada 2003. Museum ini diresmikan Piet A. Tallo, Gubernur Nusa Tenggara Timur pada 4 Mei 2004. 

Dinamakan Museum 1000 Moko karena Alor memiliki banyak Moko dan merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan generasi selanjutnya.

Selain itu angka 1000 menunjukkan pada keanekaragaman potensi yang dimiliki Kabupaten Alor. Baik itu dari aspek sumber daya alam maupun kebudayaan yang masih terus dilestarikan masyarakat Alor.

Beberapa koleksi bahkan memiliki ornamen dan ukiran yang rumit, mencerminkan keterampilan seni perunggu luar biasa. Museum ini juga memiliki artefak lainnya seperti perhiasan dan pakaian tradisional, kain tenun ikat khas Alor, dan alat-alat tradisional masyarakat setempat.

Simbol Alor

Museum 1000 Moko dibuka dari Senin-Jumat mulai pukul 8.00 am hingga 3.00 pm. Museum ini adalah salah satu simbol kebanggaan masyarakat Alor. Melalui museum ini, nilai-nilai sejarah, budaya, dan seni yang terkandung dalam moko dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang. 

Selain itu, keberadaan museum ini juga berkontribusi pada pengembangan pariwisata Alor,  NTT yang dikenal dengan keindahan alamnya memukai di kawasan Timur Indonesia seperti pantai, laut, dan wisata bawah laut.

You Might Also Like

Durian Fantasi, Sulap Kebun Durian Jadi Agrowisata Modern

Sensasi Camping Mewah di Hutan Pinus DeLoano Glamping

Wisata Sejarah Bernuansa Klasik di Kampung Legenda Surabaya

Berpetualang di Waduk Manggar, Dari Memancing hingga Piknik

Curug Cantel, Air Terjun Menawan di Kaki Gunung Slamet

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Gunongan, Bukti Cinta Sultan Iskandar Muda kepada Putri Pahang
Next Article Mandok Hata, Tradisi Suku Batak Rayakan Malam Tahun Baru
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?