Museum Situs Kota Cina, menyimpan sejarah penting yang menggambarkan peran Medan pada abad XI. Pada saat itu Medan merupakan kota pelabuhan besar yang terhubung jalur perdagangan dunia, khususnya melalui Selat Malaka.
Lokasinya berada di Jalan Kota Cina, Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan. Pada masa itu, Kota Cina menjadi dermaga utama yang sejajar dengan keberadaan Kerajaan Aru sebelum berdirinya Kesultanan Langkat, Deli, Serdang, dan Asahan.
Sejarah Museum Situs Kota Cina
Museum Situs Kota Cina didirikan Ichwan Azhari tahun 2008. Dia adalah seorang sejarawan sekaligus dosen di jurusan sejarah Universitas Negeri Medan. Setahun kemudian, museum ini secara resmi dibuka pemerintah.
Tujuan pendiriannya untuk menjaga dan melestarikan sejarah peradaban di Medan. Museum ini berada di Situs Kota Cina Medan, sebuah kawasan arkeologi yang ditemukan tahun 1986.
Hingga saat ini, penelitian mengenai sejarah Kota Cina terus berlangsung.
Koleksi Museum yang Sarat Sejarah
Museum Kota Cina memamerkan beragam artefak yang ditemukan melalui eskavasi di situs ini. Koleksi meliputi keramik dari abad XI hingga XIV dari Dinasti Song dan Yuan di Tiongkok.
Selain keramik, berbagai benda lain seperti alat pertukangan, barang perdagangan, dan perlengkapan peribadatan juga ditemukan, termasuk kapur barus, kemenyan, manik-manik batu, koin emas, dan arca batu Hindu-Buddha.
Hal terpenting, diperkirakan selama 400 tahun (Abad XI-XIV) Kota Cina tumbuh sebagai bandar dermaga internasional. Keramik-keramik yang ditemukan mencerminkan luasnya jaringan perdagangan Kota Cina.
Selain keramik Tiongkok, terdapat pula keramik asal Gujarat (India), Muangthai (Thailand), dan Eropa.
Analisis Edward McKinnon tahun 1974 mengungkap bahwa emas aluvial yang ditemukan di kawasan ini berasal dari Sungai Wampu, menunjukkan potensi kekayaan sumber daya alam di sana.
Bukti Peradaban Internasional
Jejak peradaban internasional semakin jelas dengan ditemukannya koin-koin kuno dari Kerajaan Polonnaruwa di Sri Lanka yang berusia ratusan tahun. Koin ini dikeluarkan Raja Sahasa Malla dan Ratu Lilavati pada abad ke-13.
Koin ini dihiasi simbolisme dewa serta aksara Sinhala. Temuan ini diperkuat penelitian Daniel Perret, seorang arkeolog asal Prancis, pada tahun 2012.
Penelitian McKinnon juga mencatat kehadiran komunitas Tamil di Kota Cina, terbukti dari arca berlanggam Chola dan istilah “Kota Cina”. Istilah ini berasal dari bahasa Tamil, Cinna Kotta, yang berarti permukiman kecil berbenteng.
Hal ini berbeda dari pemahaman masyarakat setempat yang menganggap Kota Cina sebagai permukiman orang Tionghoa. Hingga kini, penelitian artefak dan sejarah Kota Cina terus dilakukan.
Museum Situs Kota Cina tidak hanya menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu, tetapi juga pintu gerbang mempelajari lebih dalam peradaban yang pernah berkembang di Pantai Timur Sumatera. Museum Situs Kota Cina buka setiap hari.