Eksistensi suku Dayak di Kalimantan, tak hanya menghadirkan budaya unik namun juga musik etnik yang dihasilkan alat musik Sape. Alat musik tradisional ini berasal dari Kalimantan Timur, khususnya dari Suku Dayak. Meskipun bentuknya sekilas mirip dengan gitar, sape memiliki ciri khas yang membedakannya sebagai instrumen yang kaya nilai budaya.
Cara memainkannya pun serupa dengan gitar, yaitu dipetik dengan tangan. Namun, sape memiliki peranan yang lebih mendalam dalam kehidupan masyarakat Dayak, terutama dalam berbagai upacara adat dan perayaan budaya.
Alat Musik Dawai
Dilansir dari indonesiakaya.com, Sape umumnya terbuat dari kayu adau dan kayu kita, yang dikenal tahan lama dan mampu menghasilkan suara yang khas. Alat musik ini dilengkapi dengan dawai yang bervariasi, mulai dari empat hingga enam utas.
Bahkan, ada jenis sape yang hanya memiliki dua dawai yang disebut dengan “sape karaang”. Sape karaang ini sering digunakan untuk mengiringi tari-tarian yang memiliki gerakan menghentak dan penuh energi, memberikan kesan ritmis yang kuat dalam setiap penampilannya.
Baca juga: Tradisi Unik Perkawinan Dayak Meratus Masih Lestari
Pengobatan Tradisional
Di kalangan masyarakat Dayak, sape bukan hanya sekadar alat musik. Alat musik ini memiliki makna yang lebih mendalam, terutama dalam ritual-ritual tradisional.
Sape sering digunakan untuk mengiringi berbagai tarian khas Dayak yang penuh dengan kegembiraan, terutama dalam perayaan kesenian seperti festival adat dan acara hajatan. Tarian-tarian ini biasanya melibatkan gerakan yang energik dan mengandalkan irama yang dihasilkan sape, menambah semangat dan kekuatan pada setiap gerakan.
Selain itu, sape juga memiliki peran penting dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak. Konon, suara yang dihasilkan sape dapat membantu proses penyembuhan bagi mereka yang sedang sakit.
Baca juga: Dayak Wehea Penjaga Hutan Tropis Kalimantan
Simbol Budaya
Sape menghasilkan dua jenis nada utama yang dikenal sebagai “tubunsitun” dan “sakpakok”. Nada tubunsitun memiliki tempo yang lebih lambat dan menghasilkan nada yang tenang serta mendalam, sementara sakpakok memiliki tempo yang lebih cepat dan dinamis, memberikan kesan yang lebih bersemangat dan penuh gairah.
Sape banyak dijumpai di beberapa daerah di Kalimantan Timur, terutama di wilayah Samarinda, Malinau, dan Kutai Barat. Di wilayah-wilayah ini, sape masih dipelihara dengan baik sebagai bagian integral dari tradisi budaya Dayak.
Tidak hanya sebagai alat musik pengiring tari, sape juga menjadi simbol identitas budaya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Dayak hingga saat ini. (Diolah dari berbagai sumber)