By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mengenal Sape Alat Musik Tradiisional Suku Dayak
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Mengenal Sape Alat Musik Tradiisional Suku Dayak
Warisan Budaya

Mengenal Sape Alat Musik Tradiisional Suku Dayak

Achmad Aristyan
Last updated: 01/12/2024 12:53
Achmad Aristyan
Share
Alat musik Sape
Alat musik Sape khas Suku Dayak di Kalimantan. Foto: diskominfo.kaltimprov.go.id
SHARE

Eksistensi suku Dayak di Kalimantan, tak hanya menghadirkan budaya unik namun juga musik etnik yang dihasilkan alat musik Sape. Alat musik tradisional ini berasal dari Kalimantan Timur, khususnya dari Suku Dayak. Meskipun bentuknya sekilas mirip dengan gitar, sape memiliki ciri khas yang membedakannya sebagai instrumen yang kaya nilai budaya. 

Cara memainkannya pun serupa dengan gitar, yaitu dipetik dengan tangan. Namun, sape memiliki peranan yang lebih mendalam dalam kehidupan masyarakat Dayak, terutama dalam berbagai upacara adat dan perayaan budaya.

Alat Musik Dawai

Dilansir dari indonesiakaya.com, Sape umumnya terbuat dari kayu adau dan kayu kita, yang dikenal tahan lama dan mampu menghasilkan suara yang khas. Alat musik ini dilengkapi dengan dawai yang bervariasi, mulai dari empat hingga enam utas. 

Bahkan, ada jenis sape yang hanya memiliki dua dawai yang disebut dengan “sape karaang”. Sape karaang ini sering digunakan untuk mengiringi tari-tarian yang memiliki gerakan menghentak dan penuh energi, memberikan kesan ritmis yang kuat dalam setiap penampilannya.

Baca juga: Tradisi Unik Perkawinan Dayak Meratus Masih Lestari

Pengobatan Tradisional

Di kalangan masyarakat Dayak, sape bukan hanya sekadar alat musik. Alat musik ini memiliki makna yang lebih mendalam, terutama dalam ritual-ritual tradisional. 

Sape sering digunakan untuk mengiringi berbagai tarian khas Dayak yang penuh dengan kegembiraan, terutama dalam perayaan kesenian seperti festival adat dan acara hajatan. Tarian-tarian ini biasanya melibatkan gerakan yang energik dan mengandalkan irama yang dihasilkan sape, menambah semangat dan kekuatan pada setiap gerakan.

Selain itu, sape juga memiliki peran penting dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak. Konon, suara yang dihasilkan sape dapat membantu proses penyembuhan bagi mereka yang sedang sakit. 

Baca juga: Dayak Wehea Penjaga Hutan Tropis Kalimantan

Simbol Budaya

Sape menghasilkan dua jenis nada utama yang dikenal sebagai “tubunsitun” dan “sakpakok”. Nada tubunsitun memiliki tempo yang lebih lambat dan menghasilkan nada yang tenang serta mendalam, sementara sakpakok memiliki tempo yang lebih cepat dan dinamis, memberikan kesan yang lebih bersemangat dan penuh gairah. 

Sape banyak dijumpai di beberapa daerah di Kalimantan Timur, terutama di wilayah Samarinda, Malinau, dan Kutai Barat. Di wilayah-wilayah ini, sape masih dipelihara dengan baik sebagai bagian integral dari tradisi budaya Dayak. 

Tidak hanya sebagai alat musik pengiring tari, sape juga menjadi simbol identitas budaya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Dayak hingga saat ini. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Kisah Sang Ibu Menghibur Si Gadis dalam Tarian Nek Pung 

Makna Keindahan Tari Pakarena dalam Budaya Sulawesi Selatan

Ini Alasan Menyantap Mi Aceh Selalu Bikin Ketagihan

Bandeng Colo Lamongan, Kuliner Otentik Rasa Nano-Nano

Tari Baksa Kembang, Tarian Penyambut Tamu Kerajaan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Kemenpar Dukung GATF 2024 Majukan Pariwisata Indonesia
Next Article Kerupuk Melarat Bukan Sekedar Makanan Rakyat Jawa Barat
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?