Masyarakat Suku Bajo memiliki tradisi unik yakni Tamuni, terkait pengasuhan keluarga.
Tradisi ini adalah ritual pencelupan bayi yang baru lahir ke dalam air laut. Namun, sebelumnya, keluarga memastikan bahwa kondisi fisik dan psikisnya dalam keadaan baik.
Tradisi ini dilakukan sebagai bagian dari proses adaptasi anak terhadap lingkungan maritim serta untuk memastikan kesehatan dan kekuatan fisik mereka sejak dini.
Di Indonesia, mayoritas Suku Bajo bermukim di Kalimantan dan Sulawesi. Suku Bajo, sebagai komunitas yang menjalani kehidupan nomaden di atas laut, sering dijuluki sebagai “gipsi laut.”
Kehidupan mereka sangat erat kaitannya dengan laut. Mulai dari pola permukiman yang dibangun di atas air, hingga tradisi yang masih dipertahankan yaitu Tamuni.
Prosesi Tradisi Tamuni
Pelaksanaan tradisi tamuni dimulai dengan mempersiapkan alat penerang yaitu suluh atau obor yang terbuat dari serabut kelapa, kulit kayu dan kemenyan.
Bahan lainnya 4 batang pinang muda, dan 4 helai daun sirih yang melambangkan penguasa laut.
Bayi yang lahir di atas perahu akan langsung mengalami prosesi ini. Sementara yang lahir di daratan, pencelupan ke air laut biasanya dilakukan pada hari ketiga setelah kelahiran. Setelah itu, bayi akan dimandikan kembali pada hari ke-40.
Prosesi dilakukan dengan dukun dan keluarga bayi menuju ketepian laut.
Kemudian ibu dan bayinya duduk diatas tikar membasuh wajah dan seluruh tubuh dengan air laut. Dilanjutkan dengan mencelupkan bayi ke laut dan menghanyutkan ari-ari ke dasar laut.
Masyarakat Suku Bajo mempunyai kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara kembar bayi.
Setiap kelahiran anak pasti bersama kembarannya yang langsung hidup di laut. Sehingga ketika salah satu menderita sakit keras, mereka percaya semangatnya telah diambil.
Semangat itu diambil saudara kembarnya dan dibawa ke laut, sebagian lagi diambil dewa dan dibawa naik di langit ke tujuh. Maka dari itu, prosesi ini dilakukan untuk meminta kembali semangat hidup yang dibawa ke laut dan ke langit.
Selain itu, menghanyutkan ari-ari bertujuan agar sang anak tumbuh sehat, dan kuat. Serta memiliki keberanian dalam menghadapi kehidupan di lingkungan maritim.
uku Bajo juga percaya bahwa ari-ari yang berada didasar laut, akan menolong bayi ketika ia besar dan saat berada dalam bahaya di tengah laut.
Tradisi Tamuni dilakukan agar di usia dini, bayi menjadi kuat, tidak cengeng, tidak mudah sakit-sakitan dan mengenal identitas dirinya sebagai masyarakat maritim.
Tradisi Tamuni bukan sekadar ritual kesehatan, tetapi juga simbol identitas budaya. Melalui warisan ini, mereka terus menjaga hubungan erat dengan laut dan melestarikan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.