Perayaan Tahun Baru Imlek selalu diiringi sukacita bagi masyarakat Tionghoa. Tak hanya sekadar momen berkumpul bersama keluarga, Imlek juga dipenuhi tradisi unik yang dipercaya dapat membawa keberuntungan.
Di balik euforia perayaan itu, terdapat sejumlah larangan yang dihindari demi memastikan rezeki tetap lancar sepanjang tahun.
Meskipun sering dianggap sebagai mitos, aturan-aturan ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Imlek.
Berikut adalah sembilan larangan yang sering dihindari saat Imlek karena diyakini bisa membawa kesialan dilansir dari travel.detik.com.
- Pantang Potong dan Mencuci Rambut
Tradisi Imlek melarang memotong rambut karena diyakini dapat “memotong” keberuntungan.
Hal yang sama berlaku untuk mencuci rambut, yang dianggap bisa menghapus rezeki. Untuk menghindarinya, orang biasanya memotong dan mencuci rambut sebelum pergantian tahun.
- Tidak Menyapu dan Mencuci Baju
Menyapu rumah di hari pertama dipercaya membuang kekayaan. Selain itu, mencuci pakaian juga tabu karena hari pertama dan kedua dipersembahkan untuk menghormati Dewa Air.
Maka, semua pekerjaan rumah tangga dilakukan sebelum Imlek tiba.
- Larangan Bekerja
Hari pertama Imlek adalah waktu untuk bersantai dan berkumpul dengan keluarga. Bekerja pada hari ini diyakini membawa rasa lelah sepanjang tahun.
Tak heran banyak toko milik etnis Tionghoa memilih tutup selama perayaan ini, meski hanya sehari.
- Pantang Minum Obat
Mengonsumsi obat pada hari pertama Imlek dianggap membawa sial, karena dipercaya akan membuat seseorang terus-menerus sakit sepanjang tahun. Karena itu, meskipun sedang kurang sehat, masyarakat Tionghoa tetap berusaha menjalani hari dengan ceria.
- Tidak Menghabiskan Ikan
Dalam tradisi Tionghoa, ikan melambangkan kelimpahan. Karena itu, menyisakan sebagian ikan saat makan di hari perayaan menjadi simbol keberuntungan.
Kebiasaan ini berdasar ungkapan “nián nián yǒuyú,” artinya selalu ada kelebihan setiap tahun.
- Hindari Makan Bubur
Bubur sering dikaitkan dengan kemiskinan dalam budaya Tionghoa, karena di masa lalu makanan ini hanya dikonsumsi masyarakat kelas bawah. Menyajikan bubur saat Imlek dianggap membawa nasib buruk dan kemunduran ekonomi.
Baca juga: Klenteng Tek Hay Kiong, Simbol Sejarah Kerukunan
- Pantang Membeli atau Memberi Buku
Kata “buku” dalam bahasa Mandarin memiliki pelafalan yang mirip dengan kata “kehilangan,” sehingga membeli atau memberi buku saat Imlek dianggap bisa mengundang kesialan.
Bahkan, aktivitas ini dihindari hingga Cap Go Meh, atau 15 hari setelah Imlek.
- Jangan Menjahit
Jarum dianggap sebagai simbol ketidakberuntungan karena bisa “menusuk” kemakmuran. Karena itu, aktivitas menjahit atau pekerjaan lain yang menggunakan jarum sangat dihindari selama Imlek.
- Hindari Ucapan Kasar
Tahun Baru Imlek adalah momen penuh kebahagiaan. Ucapan kasar atau makian dianggap bisa mendatangkan energi negatif yang memengaruhi suasana sepanjang tahun.
Karenanya, menjaga tutur kata tetap santun adalah bagian penting dari tradisi ini.
Menghormati Tradisi Demi Keberuntungan
Meskipun larangan-larangan ini mungkin tidak sepenuhnya masuk akal di era modern, banyak masyarakat Tionghoa yang tetap menjunjungnya sebagai bentuk penghormatan tradisi leluhur.
Larangan ini juga menjadi pengingat untuk memulai tahun dengan hal-hal positif, yang diyakini akan membawa keberuntungan dan keberkahan sepanjang tahun. (Diolah dari berbagai sumber)