Salah satu tradisi yang masih lestari di Kabupaten Nganjuk, khususnya di Desa Ngliman adalah Ritual Siraman Air Terjun Sedudo. Tradisi dari simbol penghormatan kepada leluhur dan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Nama “Sedudo” sendiri berasal dari kata “sido” yang berarti berhasil dan “udo” yang berarti mandi. Secara harfiah bisa diartikan sebagai “mandi untuk keberhasilan”.
Sejarah dan Legenda Air Terjun Sedudo
Air Terjun Sedudo sendiri memiliki ketinggian sekitar 105 meter dan terletak di kawasan kaki Gunung Wilis. Airnya yang mengalir deras dipercaya membawa manfaat bagi kesehatan dan keberuntungan.
Sejarah Air Terjun Sedudo berkaitan erat dengan masa Kerajaan Majapahit. Konon, para raja dan bangsawan Majapahit sering melakukan ritual mandi di air terjun ini untuk memperoleh kesehatan dan kekuatan spiritual.
Selain itu, terdapat kisah Ki Ageng Ngliman, tokoh spiritual yang diyakini sebagai pelopor tradisi ini. Ki Ageng Ngliman dipercaya sebagai ulama yang pernah bertapa di sekitar air terjun, yang temoatnya dianggap sakral masyarakat setempat.
Air dari Sedudo juga diyakini memiliki khasiat untuk menjaga kebugaran dan memberikan umur panjang bagi siapa saja yang melakukan ritual mandi di sana.
Prosesi Upacara Siraman Sedudo
Rangkaian upacara ini diawali tarian Amek Tirto yang dibawakan enam penari gadis dan diikuti sembilan gadis berambut panjang yang masih suci. Selanjutnya, seorang pemimpin ritual (cucuk lampah) akan menjemput Bupati Nganjuk.
Setelah itu, Bupati menyerahkan jun (wadah air) kepada gadis yang akan mengambil air dari air terjun. Sebelum prosesi utama, juru kunci membacakan mantra yang keterkaitan dengan ritual.
Mantranya meliputi, Wirangrong untuk memohon rezeki dan keselamatan, Dhandhanggula Rahayu sebagai pengingat kefanaan hidup dan pentingnya rendah hati.
Terakhir, Pangkur Singgah-singgah untuk mengusir roh-roh halus agar upacara berjalan lancar.
Setelah pembacaan mantra, berbagai bunga tujuh rupa ditebarkan ke dalam air terjun, dan makanan sesaji dilarung ke aliran sungai. Kemudian, air yang jatuh dari air terjun diambil ke dalam jun dan disimpan di pendopo Kabupaten Nganjuk.
Larangan dalam Ritual Siraman Sedudo
Ritual Siraman Sedudo memiliki beberapa tujuan utama. Beberapa diantaranya untuk syukuran satu suro, peringatan hari jadi nganjuk, dan promosi budaya dan pariwisata.
Dalam pelaksanaan ritual siraman sedudo ada pantangan yang harus dipatuhi. Beberapa diantaranya yaitu, peserta tidak diperbolehkan mengenakan pakaian berwarna hijau atau putih polos. Bunga mawar tidak boleh digunakan dalam upacara.
Karena prosesi ini harus dilakukan dalam keadaan suci, maka wanita yang sedang datang bulana atau haid tidak diperbolehkan mengikuti ritual.
Upacara Siraman Sedudo kini menjadi bagian dari kalender wisata budaya di Nganjuk. Air Terjun Sedudo selain menawarkan keindahan alam, juga pengalaman budaya unik bagi wisatawan.