By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Upacara Mamat, Ritual Penyucian Diri Prajurit Suku Dayak Kenyah
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Upacara Mamat, Ritual Penyucian Diri Prajurit Suku Dayak Kenyah
Tradisi

Upacara Mamat, Ritual Penyucian Diri Prajurit Suku Dayak Kenyah

Anisa Kurniawati
Last updated: 08/02/2025 06:34
Anisa Kurniawati
Share
Foto: infopublik.id
SHARE

Sebuah ritual sakral Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Utara yakni Upacara Mamat, memiliki makna mendalam sebagai bentuk rasa syukur atas kemenangan dalam peperangan. Selain itu juga sebagai ajang penyucian diri bagi para prajurit.

Dahulu, tradisi Mamat digelar menyambut para prajurit yang kembali dari perburuan dan berhasil mengalahkan musuh. Upacara ini melambangkan kemenangan, kejayaan, dan keberanian prajurit perang, dan untuk menolak roh-roh jahat. 

Dalam bahasa kiasan PUHEQ, mamat memiliki arti penyucian diri. Tidak hanya sekadar selebrasi, Upacara Mamat juga berfungsi sebagai media penyucian diri dan permohonan pengampunan dosa. 

Rangkaian Prosesi Upacara Mamat

Upacara Mamat berlangsung selama 1 hingga 6 hari, tergantung situasi dan kondisi yang ada.

Pelaksanaannya dipimpin seorang pemuka adat dan hanya diikuti kaum pria. Namun, dalam beberapa bagian prosesi, dua gadis suci turut serta menjalankan tugas tertentu.

Prosesi utama Upacara Mamat adalah penyembelihan babi. Darah hewan kurban ini lalu dijadikan persembahan kepada dewa dan roh leluhur sebagai tanda penghormatan dan rasa syukur.

Seluruh rangkaian utama Upacara Mamat dilaksanakan di bawah Tugu Beliwang.

Tugu ini merupakan tugu berhala berbentuk tiang kayu dengan ukiran khas. Pada bagian puncaknya terdapat patung Burung Enggang yang melambangkan kedamaian dan kemenangan.

Setelah prosesi utama selesai, para prajurit kembali ke kampung. Mereka disambut seorang gadis suci yang bertugas mengoleskan darah hewan kurban ke lengan kanan setiap prajurit.

Baca juga: Perisai Suku Dayak Talawang, dari Senjata hingga Benda Seni

Ritual ini diyakini sebagai bentuk penyucian diri sebelum kembali berbaur dengan masyarakat.

Disamping ritual utama, terdapat juga prosesi Pelubit Batu Tului, rosesi menggulingkan Batu Tului di beranda rumah panjang. Tujuannya adalah untuk menangkal hal-hal buruk serta melindungi kampung dari musibah dan bencana.

Ada juga tahapan Punan Bawe. Setiap pria yang berhasil mendapatkan bawe dipercaya akan memperoleh keberuntungan dalam kehidupannya. Pada malam harinya, digelar acara Pedahu, perayaan ramah tamah seluruh masyarakat.

Perayaan diawali tarian dan menjelang tengah malam, orang yang diyakini memiliki roh penjaga mengambil alih. Mereka menari dengan gemetaran sambil mengacungkan parang, seolah sedang memanggil dan mengambil sesuatu dari alam gaib.

Upaya Pelestarian Upacara Mamat

Seiring berjalannya waktu, meskipun tradisi berperang tidak lagi dilakukan uku Dayak Kenya Upacara Mamat masih tetap lestari. Tradisi ini sering ditampilkan dalam berbagai pagelaran budaya dan acara-acara penting lainnya.

Tahun 2019, Upacara Mamat telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Mengapa Melukat Penting dalam Tradisi Hindu Bali? Ini Alasannya

Festival Babukung, Tradisi Budaya Suku Dayak Tomun

Maelo Jalur, Tradisi Gotong Royong Menyeret Kayu dari Hutan

Tradisi Konsumsi Singkong di Kampung Adat Cireundeu

Batapung Tawar, Tradisi Perayaan Kebahagiaan Keluarga Banjar

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Akses Wisata ke Nepal van Java di Magelang Kini Lebih Nyaman
Next Article Kisah Satisa dan Lahirnya Tari Kain Kromong Mandiangin Jambi
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Tradisi Motong Kebo Andil
Tradisi Motong Kebo Andil, Warisan Budaya Depok yang Terus Lestari
Event 17/05/2025
lebaran depok 2025
Lebaran Depok 2025, Ajang Pelestarian Tradisi dan Budaya
Event 17/05/2025
Gawe Dayak Naik Dango
Gawe Dayak Naik Dango XXV, Tradisi Syukuran Panen Kota Singkawang
Event 17/05/2025
Geopark Kaldera Toba
Kemenpar Tindaklanjuti Peringatan “Yellow Card” UNESCO untuk Geopark Kaldera Toba
Berita 17/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?