Wonosobo memiliki banyak bangunan bersejarah yang memiliki nilai penting, salah satunya adalah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Wonosobo. Bangunan ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda hingga sampai saat ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya.
Awal Berdirinya GKI Wonosobo
Menurut buku pengantar sejarah GKI Wonosobo dimulai sejak tahun 1905 (4 Januari 1905- 8 Februari 1918). Pada saat itu seorang pendeta sekaligus dokter bernama Netelenbos, yang merupakan utusan dari Zending Gereformeerd Friesland, datang ke Wonosobo.
Dia tidak hanya melayani kebutuhan rohani masyarakat, tetapi juga membantu dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Pelayanan pekabaran Injil ini dilakukan dengan didirikan Rumah Sakit Pembantu dan Sekolah Kristen Zending berbahasa Jawa di Wonosobo dan Bendungan.
Rumah sakit dan sekolah ini didirikan pada tahun 1907 yang lokasinya deka dengan Gereja Kristen Jawa (GKJ) sekarang. Kemudian di tahun 1920, rumah sakit dipindahkan menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) Wonosobo saat ini.
Pada tahun 1918, Pendeta Netelenbos pindah ke Purworejo. Sekolahan di Wonosobo kemudian diteruskan M.Yonathan Arun dan gua uru bernama Idris dan Akhaz. Tahun 1931, Zending mendirikan sekolah Kristen berbahasa Belanda HCS (Christelijke Hollandsche Chineesche School) dengan Pdt. K. van Djik sebagai guru agama dan J.Berger sebagai guru pertama.
Sekolah Kristen ini awalnya berlokasi di Jalan Pemuda, kemudian pindah ke jalan RSU (gang cemara), lalu ke jalan Angkatan 45 (Gereja Panekosta sekarang) dan terakhir ke jalan Bhayangkara.

Pembentukan GKI Wonosobo
Pada tahun 1942, pelayanan gereja dilanjutkan oleh Kho Im Liong (Imam Kosasih). Ia adalah guru Injil pertama, dimana berperan dalam membantu pelayanan dalam bahasa Indonesia. Saat itu, tempat kebaktiannya masih menumpang di gedung GKJ.
“Jadi kalau dari awal sampai sekarang itu kurang lebih ada sembilan. Tapi yang ditahbiskan, sebagai pendeta itu ada lima. Nah yang sebelumnya, dulu itu sebutannya belum pendeta tapi Guru Injil.” kata Pdt. Obaja Nathanael saat ditemui (13/03/2025).
Tanggal 1 Agustus 1943, diadakan Kebaktian Sekolah Minggu oleh jemaat-jemaat pertama bersama pemuda-pemuda luar kota. Adanya Sekolah Minggu ini mempercepat pertumbuhan jemaat.
Hingga akhirnya pada tanggal 6 Desember 1943, menjadi cabang dari jemaat Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) cabang Purwokerto. Selama masa Agresi Militer Belanda I dan II, pelayanan gereja mengalami kekosongan.
Tahun 1951, Siem Tjien Ling (J. S. Probosukmono) bersama Go Ing Liem (Guru Injil II) dari Banjarnegara kembali mengembangkan pelayanan gereja di Wonosobo. Sejak tahun 1952, gereja ini berada di bawah pengasuhan HKKTKH Magelang sebelum akhirnya menerima Djie Poen Hian (Jahja Dwidjosoetopo) sebagai pemimpin jemaat.
Pada 12 November 1959, jemaat GKI Wonosobo secara resmi didewasakan. Tahun 1961, Djie Poen Hian digantikan Loe Hok San (Pdt. Girihardjo Loekita) yang kemudian ditahbiskan sebagai pendeta pertama GKI Wonosobo.

Bangunan Gereja
Bangunan GKI Wonosobo sendiri awalnya merupakan gedung gereja Protestantche Kerk yang berlokasi di Jalan Kartini. Gedung ini diresmikan pada tanggal 14 Mei 1933. Sebagai bangunan peninggalan Belanda gedung ini dikelola GPIB (Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat).
“Nah lalu setelah dari GPIB, tahun 1947 itu sempat digunakan untuk asrama, karena pada saat itu jumlah orang Kristen juga belum terlalu banyak di Wonosobo ini. Setelah 1950, gedung gereja ini difungsikan kembali menjadi gereja.” jelas Pdt. Obaja Nathanael.
Hingga saat ini, gereja ini masih difungsikan sebagai kebaktian. Pelayanan juga semakin meluas hingga ke desa-desa seperti Tanjunganom, Winongsari, dan lainnya