Bambu Rengkol merupakan salah satu peninggalan bersejarah dari Ki Ageng Empu Supo. Bambu ini memiliki bentuk yang unik, yaitu berkelok-kelok seperti keris. Uniknya lagi, jika ditanam di daerah lain atau bukan kawasan dekat tumbuhnya bambu maka tetap akan tumbuh lurus.
Letak Bambu Rengkol sendiri tidak jauh dari makam Ki Ageng Empu Supo, yaitu di Sedayu, Sapuran, Wonosobo. Baik makam maupun lokasi bambu rengkol sering dikunjungi orang-orang yang berziarah baik dari Wonosobo ataupun luar daerah.
Jejak Ki Ageng Empu Supo
Ki Ageng Empu Supo dikenal sebagai seorang empu yang memiliki keahlian luar biasa dalam pembuatan keris yang berasal dari zaman Kerajaan Majapahit. Menurut keterangan dari juru kunci Makam Ki Ageng Empu Supo, ia juga memiliki kedekatan spiritual yang tinggi dengan Allah.
Ki Ageng Empu Supo dikenal sebagai salah satu penyebar agama Islam khususnya di daerah Wonosobo. Meskipun peran dan kiprahnya dalam masyarakat tidak banyak diketahui secara rinci.
“Dari semua versi yang kami tahu, dari beberapa sumber itu memang dari kerajaan Majapahit. Kalau versi dari Trowulan mengatakan barangkali yang disini itu keturunannya Empu Supo. Kalau yang disini versinya dari Demak itu Mbah Supo bin Mbah Supo Drio.” jelas Nuryasin.
Baca juga: Makam Ki Ageng Empu Supo, Warisan Spiritual dan Sejarah di Sedayu Sapuran
Asal-Usul Bambu Rengkol
Berdasarkan keterangan juru kunci, Nuryasin, ada beberapa versi mengenai asal-usul Bambu Rengkol yang berhubungan dengan Ki Ageng Empu Supo. Dalam satu versi, dikatakan bahwa setelah Mbah Supo meninggal, pusaka atau keris yang dibuatnya tertimbun tanah. Dari situlah lalu tumbuh Bambu Rengkol di atasnya.
Versi lain menyebutkan bahwa dalam proses pembuatan keris, Empu Supo mencelupkannya ke dalam bambu. Tetapi sebelum selesai, beliau wafat, dan kemudian tertimbun tanah yang akhirnya tempat itu menjadi lokasi tumbuhnya bambu berkelok-kelok ini.
Keunikan Ki Ageng Empu Supo tidak hanya berhenti pada kisah Bambu Rengkol. Konon, dia memiliki cara unik dalam membuat keris, yaitu tanpa menggunakan alat bantu, melainkan langsung dengan tangannya.
“Terus ada yang lebih takjub lagi, yaitu ada salah satu karya beliau, keris yang dibuat dari buih di laut, dikumpulkan terus dibuatnya menggunakan tangannya beliau langsung. Tapi entah namanya itu keris apa, saya kurang tahu” kata Nuryasin.

Larangan dan Keyakinan Masyarakat
Masyarakat percaya bahwa ada larangan tertentu terkait dengan Bambu Rengkol. Misalnya seperti menebang bambu itu tanpa izin juru kunci hingga mengkultuskannya.
“Hal-hal mistis salah satunya yang biasa terjadi kalau orang yang menebang Bambu itu tidak izin, biasanya paling 1 hingga 3 hari sudah dikembalikan. Konon orang katanya di rumah ada ular, ada apa-apa gitu.” ujar Nuryasin.
Selain itu, dalam konteks keagamaan, masyarakat diingatkan untuk tidak mengultuskan (memuja-muja secara berlebihan) Empu Supo atau Bambu Rengkol. Peziarah disarankan untuk hanya menjadikannya sebagai wasilah atau perantara dalam berdoa, tanpa melampaui batas keyakinan Islam.
“Silahkan kalau mau berdoa wasilah dengan Mbah Empu Supo, nggak apa-apa. Hajatnya apa mudah-mudahan dikabulkan, tapi jangan sampai mengkultuskan apalagi sampai syirik.” pesan Nuryasin, Juru Kunci Makam Ki Ageng Empu Supo.