Angklung Landung, salah satu jenis alat musik tradisional sejenis angklung yang berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Berbeda dari angklung pada umumnya yang selama ini di tatar Sunda, Angklung ini memiliki bentuk lebih tinggi dan panjang sekira 2,75 meter.
Awalnya, alat musik ini digunakan sebagai informasi datangnya musuh atau penjajah yang menyerang desa. Angklung Landung diambil dari bahasa Sunda. Kata “landung” berarti panjang yang berarti alat musik ini memiliki tinggi lebih panjang dari jenis angklungnya sendiri.
Dilansir dari jurnal “Angklung Landung, Kesenian Khas Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Yang Hampir Punah” oleh Rachmawati Sugiatno Putri, Angklung ini mulai dikenal pada tahun 1930 di Desa Margaluyu, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.
Pada saat itu, terdapat dua kesenian angklung yaitu badud dan landung. Namun kedua kesenian daerah itu hanya bertahan hingga tahun 1940 dan menghilang. Pada tahun 1950, angklung badud muncul lagi, namun tidak dengan angklung landung. Angklung badud lantas berganti nama menjadi angklung buncis dan modifikasinya menjadi Angklung Landung.
Kesenian hasil modifikasi ini lahir dari seniman sekaligus pemimpin Sanggar Seni Putra Pajajaran Desa Margaluyu, Manojaya Apep Suherlan pada tahun 2004.
Baca juga: Saung Angklung Udjo, Destinasi Wisata Budaya dan Edukasi
Awalnya Angklung dimainkan saat upacara ritual yang ditujukan kepada Dewi Sri atau Dewi Kesuburan. Seiring perkembang zaman, angklung ini digunakan di berbagai acara seperti hajatan, peringatan hari besar, festival kebudayaan, khitanan, dan lainnya. Dalam penyajiannya, kesenian ini menambahkan unsur tari dan musik.
Kesenian Angklung khas Tasikmalaya ini biasanya dikolaborasikan bersama alat musik lainnya seperti betot, terompet, dan dog-dog. Disamping itu juga ditambah dengan tari-tarian. Misalkan seperti tari Kuda Lumping, Tari Kipas, dan Tari Angklung.
Dari bentuknya, Angklung Landung mengalami perubahan bentuk. Hal ini dapat dilihat dari batang penyangganya tinggi/panjang. Bentuknya kini di bagian batang penyangganya disimetriskan dengan tabung yang mengeluarkan suara.
Kesenian Landung yang saat ini ada, merupakan hasil inovasi yang dimaksudkan untuk melestarikan dan mengembangkannya supaya lebih menarik. Hal ini antara lain dilakukan dengan menambah alat musik, menambah jumlah pemain musik serta tari-tarian agar lebih menarik saat mengikuti arak-arakan atau festival seni.
Sayangnya, keberadaan alat musik sekaligus kesenian tradisional Jawa Barat ini menghadapi tantangan dari kesenian modern dan juga minimnya minat generasi muda. Namun meski Angklung ini dianggap sudah redup, tapi tetap harus dijaga agar tetap hidup.(Dari berbagai sumber)