By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Menjaga Angklung Landung Yang Redup Tetap Hidup
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Menjaga Angklung Landung Yang Redup Tetap Hidup
Warisan Budaya

Menjaga Angklung Landung Yang Redup Tetap Hidup

Anisa Kurniawati
Last updated: 19/11/2024 15:45
Anisa Kurniawati
Share
SHARE

Angklung Landung, salah satu jenis alat musik tradisional sejenis angklung yang berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Berbeda dari angklung pada umumnya yang selama ini di tatar Sunda, Angklung ini memiliki bentuk lebih tinggi dan panjang sekira 2,75 meter.

Awalnya, alat musik ini digunakan sebagai informasi datangnya musuh atau penjajah yang menyerang desa. Angklung Landung diambil dari bahasa Sunda.  Kata “landung” berarti panjang yang berarti alat musik ini memiliki tinggi lebih panjang dari jenis angklungnya sendiri. 

Dilansir dari jurnal “Angklung Landung, Kesenian Khas Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Yang Hampir Punah” oleh  Rachmawati Sugiatno Putri, Angklung ini mulai dikenal pada tahun 1930 di Desa Margaluyu, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. 

Pada saat itu, terdapat dua kesenian angklung yaitu badud dan landung. Namun kedua kesenian daerah itu hanya bertahan hingga tahun 1940 dan menghilang. Pada tahun 1950, angklung badud muncul lagi, namun tidak dengan angklung landung. Angklung badud lantas berganti nama menjadi angklung buncis dan modifikasinya menjadi Angklung Landung. 

Kesenian hasil modifikasi ini lahir dari seniman sekaligus pemimpin Sanggar Seni Putra Pajajaran Desa Margaluyu, Manojaya Apep Suherlan pada tahun 2004.

Baca juga: Saung Angklung Udjo, Destinasi Wisata Budaya dan Edukasi

Awalnya Angklung dimainkan saat upacara ritual yang ditujukan kepada Dewi Sri atau Dewi Kesuburan. Seiring perkembang zaman, angklung ini digunakan di berbagai acara seperti hajatan, peringatan hari besar, festival kebudayaan, khitanan, dan lainnya. Dalam penyajiannya, kesenian ini menambahkan unsur tari dan musik. 

Kesenian Angklung khas Tasikmalaya ini biasanya dikolaborasikan bersama alat musik lainnya seperti betot, terompet, dan dog-dog. Disamping itu juga ditambah dengan tari-tarian. Misalkan seperti tari Kuda Lumping, Tari Kipas, dan Tari Angklung. 

Dari bentuknya, Angklung Landung mengalami perubahan bentuk. Hal ini dapat dilihat dari batang penyangganya tinggi/panjang. Bentuknya kini di bagian batang penyangganya disimetriskan dengan tabung yang mengeluarkan suara. 

Kesenian Landung yang saat ini ada, merupakan hasil inovasi yang dimaksudkan untuk melestarikan dan mengembangkannya supaya lebih menarik. Hal ini antara lain dilakukan dengan menambah alat musik, menambah jumlah pemain musik serta tari-tarian agar lebih menarik saat mengikuti arak-arakan atau festival seni.

Sayangnya, keberadaan alat musik sekaligus kesenian tradisional Jawa Barat ini menghadapi tantangan dari kesenian modern dan juga minimnya minat generasi muda. Namun meski Angklung ini dianggap sudah redup, tapi tetap harus dijaga agar tetap hidup.(Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Tabuhan Ketipung dalam Musik Tradisional Indonesia

Sajian Kue Bingka, Si Manis Lembut Khas Kalimantan Selatan

Tari Suling Dewa, Tarian Pemanggil Hujan dari Lombok Utara

Lenong Betawi, Seni Pertunjukan Teater Penuh Makna

Warak Ngendog, Makhluk Mitologi Perayaan Dugderan Semarang

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Festival Jajanan Bengen Digelar Demi Dongkrak Wisatawan
Next Article Pembangunan Kapal Fregat Merah Putih ke-2 Dimulai
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?