Salah satu tradisi yang masih dijaga sampai saat ini adalah Ngangkat Jungkat di desa pengadangan kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Jungkat dalam bahasa Sasak berarti angkat atau junjung, menjadi pusaka peninggalan Sri Ketip Menggala dan mengganti, menyimbolkan ajaran tunggal dan ketuhanan.
Prosesi ngangkat jungkat mencerminkan kesatuan tekad tokoh dan masyarakat dalam menegakkan perintah agama, menciptakan masyarakat yang harmonis.
Baca juga: Perayaan Syukur Petani Lombok Melalui Tradisi Malean Sampi
Jungkat ini dipercaya memiliki kesaktian oleh warga Pengadangan.
Saat dibawa dan ditaruh, tidak boleh miring. Ketika miring ke selatan maka warga di sebelah selatan Pengadangan akan banyak sakit. Begitu sebaliknya. Hingga jungkat harus berdiri tegak lurus.
Benda warisan ini merupakan simbol dari niat dan tekad kuat warga Pengadangan menjunjung tinggi nilai-nilai hukum, adat dan agama. Jungkat merupakan salah pusaka leluhur warga Pengadangan yang digunakan Khatib saat solat Jumat, idul Fitri dan idul adha.
Ritual ini dilakukan sebagai simbol hukum pemerintahan, agama dan adat, yang dihadiri oleh Kiai, Kepala Wilayah, dan tokoh masyarakat. Meski demikian, prosesi ini sekarang telah menjadi atraksi wisata yang mendapat atensi para turis.
Keturunan khatib menjadi pemimpin prosesi dengan mengangkat jungkat, kelok berisi jubah, sajadah, dan selendang Sri Ketip Menggala, serta gegaman sebagai simbol kepemimpinan.
Selain pesona alamnya yang menakjubkan Lombok, Nusa Tenggara Barat, memang dikenal juga memiliki kekayaan budaya dan tradisi waisan leluhurnya yang unik dan eksotik.
Berikut laporan khusus tim emmanus tv dari Lombok Nusa Tenggara Barat :