By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Menyibak Kisah dan Keindahan Curug Cipendok Banyumas
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Pariwisata > Menyibak Kisah dan Keindahan Curug Cipendok Banyumas
Pariwisata

Menyibak Kisah dan Keindahan Curug Cipendok Banyumas

Anisa Kurniawati
Last updated: 16/11/2024 00:58
Anisa Kurniawati
Share
Air terjun Cipendok, setinggi 92 meter di Banyumas. Foto: visit Jawa Tengah
SHARE

Curug Cipendok, wisata air terjun setinggi 92 meter yang berlokasi di Desa Karangtengah. Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah.  Salah satu keunikan dari wisata ini, karena kawasannya masih alami. Suasananya yang masih asri membuat banyak orang tertarik untuk berkunjung.

Keindahan alam Curug Cipendok mulai dikenali Pemerintah kabupaten Banyumas, pada tahun 1984. Pembangun beberapa fasilitas pun dimulai, seperti tempat peristirahatan dan mushola. Februari 1987, wisata alam ini dibuka untuk umum.

Berbagai upaya pemerintah meningkatkan pelayanan terus dilakukan. Misalnya menyediakan fasilitas tambahan seperti tempat bermain anak, panggung hiburan dan perbaikan jalan. Selain itu dengan menambah objek wisata Telaga Pucung, berada sekira 500 meter ke arah barat dari Curug.

Lokasi air terjun Cipendoki mudah diakses. Pengunjung bisa menuju lokasi melalui kota Purwokerto. Setelah sampai alun-alun, pengunjung bisa lurus terus hingga sampai pertigaan Losari, yang berjarak sekitar 14 km dari Purwokerto. Setelah itu, akan melihat tanda rambu lampu lintas dan belok ke kanan menuju lokasi, yang berjarak sekitar 8 km.

Perjalanan bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum Koperades. Namun di hari-hari bias angkutan umum itu tidak sampai ke lokasi curug. Bila ingin menyewa Koprades, pengunjung dapat menemukannya di pertigaan Losari.

Setelah sampai lokasi parkir, wisatawan harus berjalan menuju lokasi air terjun sekitar 15 hingga 20 menit.  Selama perjalanan menuju lokasi, pengunjung akan disuguhi keindahan alam yang masih asri, warung-warung camilan maupun makanan berat, hingga sungai-sungai kecil yang airnya sejuk.

Baca juga: Curug Cantel, Air Terjun Menawan di Kaki Gunung Slamet

Dijaga Peri Hutan

Dibalik keindahan Curug Cipendok, ternyata menyimpan mitos yang mengalir dari generasi ke genarasi. Konon, kawasan Curug Cipendok dijaga peri hutan bernama Dewi Intan yang tinggal di bukit Bukit Sudem. Demi menghormati keberadaan peri hutan ini, masyarakat sekitar selalu mengadakan upacara Grebeg Suran.

Dikutip dari laman Visit Jawa Tengah, Curug Cipendok memiliki keterkaitan dengan peristiwa sejarah Perang Diponegoro (1825-1830). Perang yang dimenangkan Belanda itu membuat Banyumas, termasuk Ajibarang, yang pada saat itu dipimpin Raden Ranusentika, jatuh ke tangan Belanda.

Suatu saat, Belanda memerintahkan Raden Ranusentika membuka lahan di lereng Gunung Slamet guna dijadikan area perkebunan. Sang raden langsung melaksanakan perintah dan mulai menebangi pohon-pohon yang ada di hutan lereng Gunung Slamet.

Namun terjadi keanehan ketika Raden Ranusentika menebang pohon-pohon yang ada di hutan. Setiap pohon yang sudah ditebang, keesokan harinya akan tumbuh lagi. Akhirnya ia bertapa untuk memecahkan masalah itu, namun tak kunjung mendapatkan petunjuk.

Sang Raden pun kemudian menyudahi pertapaannya, dan sambil memikirkan jalan keluar dari permasalahan, dia memancing di dekat air terjun. Ketika itu dia mendapat ikan. Saat pancing ditarik, ternyata bukan ikan melainkan cincin warangka keris atau pendok.

Ketika didekati, ternyata pendok tersebut berisi makhluk halus yang menghuni hutan belantara. Makhluk halus itulah yang menggagalkan penebangan pohon untuk pembukaan lahan perkebunan. Air terjun tempat ditemukannya pendok itulah yang sekarang kita kenal sebagai Curug Cipendok

You Might Also Like

Liburan Seru di Tasya Eco Waterpark Pacitan dengan Mandi Busa

Istana Basa Pagaruyung, Wisata Ikonik Budaya Minangkabau 

The Moby Park Hadirkan Glamping Eksklusif dan Panorama Alam

Kahyangan Wonogiri, Tempat Bersemedi Panembahan Senopati

Jelajah Ekowisata Hutan Lindung Sungai Wain

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Ahmad Tohari, Penulis Fenomenal Ronggeng Dukuh Paruk
Next Article Melihat Tradisi Mandi Bersama Di Kampung Adat Miduana
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?