Curug Cipendok, wisata air terjun setinggi 92 meter yang berlokasi di Desa Karangtengah. Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah. Salah satu keunikan dari wisata ini, karena kawasannya masih alami. Suasananya yang masih asri membuat banyak orang tertarik untuk berkunjung.
Keindahan alam Curug Cipendok mulai dikenali Pemerintah kabupaten Banyumas, pada tahun 1984. Pembangun beberapa fasilitas pun dimulai, seperti tempat peristirahatan dan mushola. Februari 1987, wisata alam ini dibuka untuk umum.
Berbagai upaya pemerintah meningkatkan pelayanan terus dilakukan. Misalnya menyediakan fasilitas tambahan seperti tempat bermain anak, panggung hiburan dan perbaikan jalan. Selain itu dengan menambah objek wisata Telaga Pucung, berada sekira 500 meter ke arah barat dari Curug.
Lokasi air terjun Cipendoki mudah diakses. Pengunjung bisa menuju lokasi melalui kota Purwokerto. Setelah sampai alun-alun, pengunjung bisa lurus terus hingga sampai pertigaan Losari, yang berjarak sekitar 14 km dari Purwokerto. Setelah itu, akan melihat tanda rambu lampu lintas dan belok ke kanan menuju lokasi, yang berjarak sekitar 8 km.
Perjalanan bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum Koperades. Namun di hari-hari bias angkutan umum itu tidak sampai ke lokasi curug. Bila ingin menyewa Koprades, pengunjung dapat menemukannya di pertigaan Losari.
Setelah sampai lokasi parkir, wisatawan harus berjalan menuju lokasi air terjun sekitar 15 hingga 20 menit. Selama perjalanan menuju lokasi, pengunjung akan disuguhi keindahan alam yang masih asri, warung-warung camilan maupun makanan berat, hingga sungai-sungai kecil yang airnya sejuk.
Baca juga: Curug Cantel, Air Terjun Menawan di Kaki Gunung Slamet
Dijaga Peri Hutan
Dibalik keindahan Curug Cipendok, ternyata menyimpan mitos yang mengalir dari generasi ke genarasi. Konon, kawasan Curug Cipendok dijaga peri hutan bernama Dewi Intan yang tinggal di bukit Bukit Sudem. Demi menghormati keberadaan peri hutan ini, masyarakat sekitar selalu mengadakan upacara Grebeg Suran.
Dikutip dari laman Visit Jawa Tengah, Curug Cipendok memiliki keterkaitan dengan peristiwa sejarah Perang Diponegoro (1825-1830). Perang yang dimenangkan Belanda itu membuat Banyumas, termasuk Ajibarang, yang pada saat itu dipimpin Raden Ranusentika, jatuh ke tangan Belanda.
Suatu saat, Belanda memerintahkan Raden Ranusentika membuka lahan di lereng Gunung Slamet guna dijadikan area perkebunan. Sang raden langsung melaksanakan perintah dan mulai menebangi pohon-pohon yang ada di hutan lereng Gunung Slamet.
Namun terjadi keanehan ketika Raden Ranusentika menebang pohon-pohon yang ada di hutan. Setiap pohon yang sudah ditebang, keesokan harinya akan tumbuh lagi. Akhirnya ia bertapa untuk memecahkan masalah itu, namun tak kunjung mendapatkan petunjuk.
Sang Raden pun kemudian menyudahi pertapaannya, dan sambil memikirkan jalan keluar dari permasalahan, dia memancing di dekat air terjun. Ketika itu dia mendapat ikan. Saat pancing ditarik, ternyata bukan ikan melainkan cincin warangka keris atau pendok.
Ketika didekati, ternyata pendok tersebut berisi makhluk halus yang menghuni hutan belantara. Makhluk halus itulah yang menggagalkan penebangan pohon untuk pembukaan lahan perkebunan. Air terjun tempat ditemukannya pendok itulah yang sekarang kita kenal sebagai Curug Cipendok