Naufal Abshar merupakan seniman muda asal Bandung yang karya-karyanya mendunia. Ia telah menggelar sederet pameran di Indonesia maupun luar negeri, serta berkolaborasi dengan artis Indonesia dan internasional.
Kecintaannya pada seni lukis muncul sejak ia masih kecil. Saat masih duduk di bangku taman kanak-kanak, ia telah gemar mencoret-coret kertas. Seiring bertumbuh besar, kesukaannya pada menggambar makin besar. Ia sering mengikuti lomba namun tidak pernah menjadi juara.
Gambarnya sering dinilai acak-acakan oleh juri. Alhasil, ia sempat merasa menggambar bukanlah jalannya. Suatu ketika, sang ibu memberikan piala seusai ia mengikuti lomba gambar. Naufal menganggap piala tersebut berasal dari lomba yang ia ikuti. Ketika beranjak dewasa, barulah ia tahu bahwa piala tersebut merupakan piala yang diberikan ibunya secara personal.
Tetapi, piala tersebut berhasil membuatnya berpegang pada mimpinya untuk menggeluti dunia seni sebagai seorang seniman. Saat berkuliah di Lasalle College of the Arts Singapore, ia pernah menjadi porter di Art Company Singapura. Sebelum akhirnya memilih fokus menjadi seniman dan mengadakan pameran di Venisia, Italia, dan Lithuania.
Go Tik Swan, Pelopor Batik di Indonesia
Pelukis kelahiran 13 Juli 1993 ini telah menghasilkan banyak karya. Bahkan karyanya telah dimiliki oleh kolektor dari Perancis, Spanyol, Singapura, hingga Afrika Selatan. Naufal dikenal sebagai pelukis yang menggabungkan lukisan dengan kata-kata serta mengandung unsur komedi.
Salah satu ciri khasnya dalam melukis adalah memasukkan kata ‘haha’ di setiap lukisannya. Ia menamakan lukisan-lukisannya ‘haha’ series. Menurutnya, itu adalah bagi dirinya untuk mengajak orang tertawa. Karena manusia membutuhkan humor dalam hidupnya, setelah menghadapi berbagai persoalan mumet didunia.
Namun, arti dari ‘haha’ dalam karya Naufal tak hanya sebatas humor positif belaka. Ia mengatakan ‘haha’ juga dapat berarti menertawakan diri sendiri, politik, dan lain-lain. Ciri khas lain, yaitu puzzle paintings. Jika biasanya pelukis hanya menggunakan satu kanvas berbentuk kotak atau persegi panjang. Naufal melakukan hal yang berbeda.
Melalui hal tersebut, Naufal menggabungkan beberapa kanvas dengan ukuran yang berbeda, tetapi menciptakan gambar yang utuh ketika digabungkan. Alhasil, metode ini membuatnya mudah diingat dan unik.
Naufal pernah menggelar sekitar 50 pameran kelompok dan tiga pameran tunggal. Di Indonesia sendiri, ia pernah berkolaborasi dengan Kunto Aji untuk menggarap cover album dalam album “Mantra Mantra”.
Kolaborasinya dinilai sukses dan menjadi pemenang grafis desain album terbaik di ajang Anugrah Musik Indonesia 2019. Naufal juga pernah berkolaborasi dengan penyanyi Korea Selatan-Amerika Serikat Eric Nam untuk cover singel “House on a Hill”.
Saat ini, masyarakat sudah mulai sadar pentingnya seni dalam kehidupan. Banyak bermunculan perusahaan yang berkolaborasi dengan seniman, entah untuk kampanye, promosi, dan lainnya. Naufal awalnya hanya berfokus di seni lukis, namun ia mulai berkolaborasi membuat merchandise, pakaian, dan proyek platform digital.
Menurut Naufal dalam wawancaranya yang dilansir dari kompas.com, ada tiga hal yang harus diperhatikan sebelum terjun ke dunia seni. Pertama, kita harus mengetahui visi jangka panjang. Setelah punya tujuan, susun strategi untuk mencapainya.
Ia meyakini bahwa sukses itu tidak kebetulan, sukses itu diciptakan. Kedua, jangan menyerah, ketika gagal, lakukan cara lainnya sampai berhasil. Ketiga, banyak melakukan riset untuk menambah referensi dan inspirasi. (Anisa Kurniawati-Berbagai sumber)