By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Pameran “Doa Kasih Rupa” Hiasi Galeri Seni Prabangkara
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Event > Pameran “Doa Kasih Rupa” Hiasi Galeri Seni Prabangkara
Event

Pameran “Doa Kasih Rupa” Hiasi Galeri Seni Prabangkara

Anisa Kurniawati
Last updated: 07/02/2025 14:56
Anisa Kurniawati
Share
Wakil Ketua Komunitas Ilustrasi Idiom, Ridwan SS (baju merah) saat menunjuk salah satu karya lukisan bertajuk 'Doa Kasih Rupa' di Galeri Prabangkara dalam Komplek Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya. Foto: infopublik.id
SHARE

Galeri Seni Prabangkara di Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya, menggelar pameran lukisan bertajuk “Doa Kasih Rupa” yang berlangsung selama enam hari dari Sabtu hingga Kamis (1-6/2/2025).

Dilansir dari infopublik.id, pameran ini menampilkan puluhan karya dari 18 perupa lokal yang tergabung dalam Komunitas Ilustrasi Idiom. Pesan yang disajikan bahwa seni tidak sekadar menyajikan keindahan visual, tetapi juga menjadi medium doa dan refleksi sosial. 

Wakil Ketua Komunitas Ilustrasi Idiom, Ridwan SS menyampaikan doa tidak selalu harus berupa bahasa verbal, namun juga dapat mengalir melalui karya dengan menggunakan kanvas, garis, dan warna, membentuk makna yang lebih dalam dari sekadar keindahan visual, melainkan menjadi refleksi dari kondisi sosial yang pelaku seni rasakan

“Kita sehari-hari berdoa, kan? Tapi di sini, kami mencoba memanjatkan doa dalam bentuk lukisan. Selama gambar itu tidak luntur, selama itu pula doa kami terus mengalun,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa para seniman dalam pameran ini mengangkat berbagai keresahan sosial, lingkungan, dan politik dengan pendekatan yang lebih tenang dan sopan.

Namun, kritik yang tersirat tetap menjadi elemen utama dalam karya-karya yang dipamerkan.

Baca juga: Galeri Nasional Gelar Pameran Tribut Untuk Hardi (1951-2023)

Salah satu contoh kritik tersebut terlihat dalam karya Ridwan sendiri yang berjudul “Lembah Baliem”. Lukisan ini merupakan bentuk refleksi atas isu-isu lingkungan yang kembali mencuat sejak akhir 2024. Seperti eksploitasi sumber daya alam dan kontroversi pembangunan pagar laut di pesisir Tangerang. 

“Isu deforestasi dan eksploitasi sumber daya makin mengkhawatirkan. Saya memilih tema alam sebagai subjek doa saya, berharap kita kembali ke keseimbangan lingkungan lebih baik,” imbuhnya.

Selain pameran lukisan, acara ini juga diisi dengan kegiatan melukis “On The Spot” (OTS) dan sarasehan yang menjadi ruang diskusi bagi para perupa dalam mendalami makna “Doa Kasih Rupa.”

Kritik Terselubung dalam Seni

Wakil Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), Taufik Hidayat atau yang akrab disapa Cak Monyong, menilai bahwa pameran ini merupakan bentuk perlawanan yang halus namun tetap tajam. Menurutnya, seni selalu memiliki cara untuk menyuarakan kritik, bahkan tanpa perlu bersikap frontal.

“Kalau saya lihat lukisannya, ini semuanya sebenarnya berontak. Cuma caranya halus, tidak frontal. Tapi tetap tajam,” ujar Cak Monyong.

Ia menyoroti seni sering kali menjadi refleksi dari kondisi sosial yang terjadi. Menurutnya, seniman adalah kelompok yang tidak bisa dipisahkan dari perlawanan terhadap sistem yang menekan.

“Seniman selalu siap di garda depan untuk memberontak atas sistem, karena seniman tidak mau bodoh. Karena itulah, mereka sering ditekan, dijauhkan, bahkan ‘dibully’ secara ekonomi,” imbuhnya. 

Lebih lanjut, Cak Monyong mengkritik bahwa dunia seni rupa kerap menjadi arena permainan ekonomi bagi pihak-pihak berkepentingan.

“Di setiap sektor pasti ada mafioso, termasuk di seni rupa. Siapa yang bermain di wilayah ini, dia kaya. Bukan rahasia lagi sebenarnya bahwa banyak pencucian uang yang dilakukan melalui dunia seni, entah itu dari lukisan maupun barang antik,” katanya. 

Ia juga menyoroti media sering kali membungkam kritik dengan alasan kepentingan bisnis. 

“Banyak wartawan lapangan menulis, tapi kalau redaksi sudah disogok iklan, tulisan mereka yang pedas-pedas juga tidak akan naik, atau kalau direktur medianya sudah punya kepentingan, kritik sekeras apa pun tetap akan tenggelam,” paparnya.

Kondisi ini semakin mempersempit ruang bagi seniman dan intelektual yang ingin menyuarakan kegelisahan mereka. Namun, justru dalam keterbatasan inilah seni menemukan jalannya sendiri, melebur dalam kanvas, menyelinap dalam warna, dan tetap berbicara meski dalam diam.

You Might Also Like

Lukisan Raden Saleh Laku Puluhan Miliar di Sotheby’s Singapura

Pertamina Eco RunFest 2024 Hadirkan Musisi Dunia

Galeri Nasional Gelar Pameran Tribut Untuk Hardi (1951-2023)

Lokovasia 2024, Generasi Muda Kembangkan Musik Tradisi

Festival Jajanan Bengen Digelar Demi Dongkrak Wisatawan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Mengenal Tamuni, Tradisi Celup Bayi Suku Bajo ke Air Laut
Next Article Monumen Gong Perdamaian Dunia, Simbol Perdamaian di Ambon
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?