Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah melaksanakan program Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL).
Siaran Pers Kemendikbudristek (13/9/2024) menyatakan, Program bertujuan menginventarisasi dan mendokumentasikan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) di Alor, NTT. Melalui program SLKL ini, 10 OPK tercatat keberadaannya dan telah dikurasi. Hasil temukenali mencatat total 582 data OPK di Kabupaten Alor.
Data mencakup berbagai aspek kebudayaan, di antaranya manuskrip sejarah, tradisi lisan, pengetahuan tradisional, pangan lokal, permainan tradisional, teknologi tradisional, bahasa, dan pengetahuan tradisional terkait sistem pangan lokal.
Berdasarkan hasil program temukenali SLKL, disimpulkan pangan lokal adalah identitas sekaligus budaya masyarakat di Kabupaten Alor.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menekankan kebudayaan berperan penting mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan. “Pangan lokal bukan hanya soal pemenuhan kebutuhan, tetapi juga soal identitas dan kebanggaan. Dengan memahami dan memanfaatkan bahan pangan lokal, kita sebenarnya sedang memperkuat kedaulatan pangan kita,” ujar Hilmar.
Teekait rangkaian program ini, diselenggarakan diskusi terpumpun (Terpusat-Red) yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk orang tua, perangkat sekolah, perangkat desa, dan para ahli pangan.
Diskusi ini membahas pemanfaatan bahan pangan lokal agar dapat dioptimalkan serta mengembangkan strategi meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat dan pengolahan pangan lokal.
Dalam sesi yang dipandu oleh fasilitator dari Komunitas Finbargo—sebuah komunitas yang selama ini berfokus pada isu pangan sehat di NTT—para peserta diajak memahami pentingnya mengonsumsi pangan lokal.
Peserta diskusi juga diperkenalkan modul yang memuat informasi tentang kebutuhan konsumsi keluarga, menu sehat, serta keragaman bahan pangan lokal.
Selain menyasar masyarakat umum, rangkaian program SLKL ini juga menargetkan generasi muda, salah satunya siswa-siswi sekolah dasar. Siswa kelas 5 dan 6 SDN Hombol, Kabupaten Alor, mendapat pengenalan dan pembelajaran tentang makanan sehat berbasis pangan lokal melalui kegiatan makan sehat pangan lokal.
Kegiatan makan sehat pangan lokal ini juga dihadiri Pj Gubernur Nusa Tenggara Timur, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Pj Bupati Alor, dan serta kepala dinas terkait.
Para siswa mengikuti makan bersama dengan berbagai sajian makanan lokal, yang diharapkan dapat membangkitkan kebanggaan mereka terhadap kekayaan pangan lokal. Hal ini penting bagi generasi muda untuk memahami kedaulatan pangan bukan hanya tentang produksi dan konsumsi, tetapi juga tentang menjaga identitas.
“Ketika mereka bangga dengan kekayaan pangan lokal dan mampu memanfaatkannya dengan bijak, kita bukan hanya menjaga ekosistem, tetapi juga membangun kemandirian yang berkelanjutan untuk masa depan,” ungkap Hilmar.