By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Uma Lengge, Rumah Suku Mbojo Yang Tahan Gempa
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Uma Lengge, Rumah Suku Mbojo Yang Tahan Gempa
Tradisi

Uma Lengge, Rumah Suku Mbojo Yang Tahan Gempa

Ridwan
Last updated: 15/09/2024 22:56
Ridwan
Share
3 Min Read
SHARE

Ada banyak kearifan budaya lokal di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang masih eksis hingga kini, salah satunya Uma Lengge.

Bangunan tradisional suku Mbojo ini, berada di Kecamatan Wawo. Bangunan mirip rumah ini sudah ada sejak ribuan tahun silam. Meski terlihat sederhana, bangunannya memerlukan daya artistik yang unik dan pembuatnya harus memiliki keahlian khusus.

Bahan bagunan rumah tradisional ini berupa kayu, bambu dan rumbia atau ilalang yang dipakai di bagian atap dan dinding. Di zaman dahulu, selain sebagai rumah, Uma Lengge digunakan masyarakat Wawo untuk lumbung.

Rumah tradisional ini umumnya berdiri di atas empat tiang dengan batu sebagai tumpuannya. Konstruksinya dibangun tahan gempa dan tidak mudah runtuh.

Tiang atau Ri’i Uma (bahasa Bima) umum berbentuk huruf A. Setiap Ri’i diberi Wole mirip pasak sebagai pengunci tiangnya. Ukuran fondasi biasanya bervariasi, tergantung besar tiang penyangga dan diletakkan di permukaan tanah.

Dalam Bahasa Mbojo, uma berarti “rumah”, dan lengge mengacu pada bentuk “tinggi dan mengerucut”. Jadi, uma lengge adalah rumah yang (atapnya) tinggi mengerucut.

Uma Lengge, sangat sulit dinaiki ataupun dipanjat begitu saja kecuali menggunakan tangga.  Tikus pun tidak dapat naik ke atas rumah karena terhalang Ngapi. Batu fondasinya pun konon dimantrai para sando (dukun) supaya tikus tidak bisa naik ke atas rumah.

Tradisi di Bima juga mengenal Jompa, bangunan lain di pekarangan warga yang (umumnya) tinggal di rumah panggung. Jompa khusus dijadikan lumbung atau penyimpan hasil panen dan bahan pangan.

Masyarakat tradisional suku Mbojo, menggunakan Jompa atau lumbung berbentuk rumah, selain untuk menyimpan padi ikat namun juga padi gabah dan jenis palawija.

Lumbung padi tradisional ini, dijaga petugas khusus dan berada jauh dari rumah warga mengantisipasi terjadi kebakaran.

Di masa lalu, Uma Lengge dan Jompa dibangun bersanding. Jompa harus berada di belakang karena kehidupan masyarakat Bima tak terpisahkan dengan pertanian. Hasil panen seperti padi, gandung, jagung, dan lainnya selalu disimpan di Jompa.

Uniknya, untuk mengambil padi atau hasil panen, hanya boleh dilakukan ibu-ibu. Mereka dinilai bisa mengetahui kebutuhan keluarganya. Sementara untuk naik Uma Lengge harus memakai tangga kayu atau bambu.

Bila sudah menyimpan atau mengambil padi, tangganya akan disimpan di tempat yang aman mengantisipasi aksi  pencurian.

Jompa pun dibangun di lahan kosong oleh warga Desa Maria. Ada sekitar 200 Jompa yang masih berdiri dan menjadi lumbung padi warga. Hampir setiap kepala keluarga memiliki lumbung padi.

Untuk membedakannya mereka menandai dengan nomor. Ukuran Uma Lengge dan Jompa hampir sama 2,5 meter kali 2,5 meter atau 3 kali tiga meter.  Sekarang, rumah tradisional itu menjadi keharusan bagi masyarakat Wawo. (Dari berbagai Sumber)

Liputan terkait Layang-layang Lake ini dapat Anda saksikan di Youtube: Emmanus TV

You Might Also Like

Upacara Adat Tanam Sasi Bagi Yang Sudah Tiada di Papua

Mantu Poci, Tradisi Unik Memohon Keturunan

Sejarah Hari Tari Sedunia, Merayakan Gerak sebagai Bahasa Universal

Menyelamatkan Tradisi Nyadran Dengan Pengaturan Keuangan

Menggali Tradisi Ghatib Beghanyut yang Sempat Terlupakan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Pangan Lokal Identitas dan Budaya Masyarakat Alor, NTT
Next Article Chattra Di Stupa Candi Borobudur Perlu Dorongan Politis
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Tradisi Motong Kebo Andil
Tradisi Motong Kebo Andil, Warisan Budaya Depok yang Terus Lestari
Event 17/05/2025
lebaran depok 2025
Lebaran Depok 2025, Ajang Pelestarian Tradisi dan Budaya
Event 17/05/2025
Gawe Dayak Naik Dango
Gawe Dayak Naik Dango XXV, Tradisi Syukuran Panen Kota Singkawang
Event 17/05/2025
Geopark Kaldera Toba
Kemenpar Tindaklanjuti Peringatan “Yellow Card” UNESCO untuk Geopark Kaldera Toba
Berita 17/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?