Perisai atau Tameng khas Suku Dayak atau Talawang, salah satu benda budaya yang mencerminkan kepercayaan, seni, dan tradisi masyarakat Dayak di Kalimantan.
Seperti halnya mandau, Talawang tidak hanya berfungsi sebagai alat pertahanan dalam pertempuran, tetapi juga memiliki nilai magis dan estetika yang tinggi.
Bahan dan Bentuk Talawang
Dilansir dari Wikipedia, Talawang umumnya dibuat dari kayu ulin, yang juga dikenal sebagai kayu besi, atau kayu liat. Kedua jenis kayu ini dipilih karena ringan namun sangat tahan lama, bahkan mampu bertahan hingga ratusan tahun.
Talawang memiliki bentuk persegi panjang dengan ujung atas dan bawah yang meruncing. Ukurannya bervariasi, dengan panjang sekitar 1-2 meter dan lebar maksimal 50 sentimeter.
Bagian luar dari Tameng Talawang, dihiasi dengan ukiran tradisional khas Dayak, sementara bagian dalam dilengkapi dengan pegangan agar mudah digunakan.
Ukiran ini tidak hanya mempercantik tampilan Talawang, tetapi juga dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat membangkitkan semangat dan melindungi pemiliknya.
Baca juga: Senjata Tradisional Kujang, Pusaka Ikon Budaya Jawa Barat
Motif Ukiran dengan Nilai Filosofis
Motif ukiran pada Talawang mencerminkan kebudayaan dan kepercayaan masyarakat Dayak. Motif yang sering digunakan adalah burung tingang, burung yang dianggap suci Suku Dayak.
Motif lain yang tak kalah populer adalah ukiran kamang, yang menggambarkan roh leluhur Dayak dalam bentuk seseorang memakai cawat dengan wajah berwarna merah.
Setiap sub-suku Dayak memiliki variasi motif dan warna yang berbeda, sehingga ukiran pada Talawang juga menjadi penanda identitas budaya masing-masing komunitas.
Keindahan dan makna mendalam dari ukiran pada perisai Talawang ini menunjukkan keterampilan serta filosofi hidup masyarakat suku Dayak di Kalimantan.
Dari Alat Perang ke Benda Seni
Melansir dari tribunkalteng.com, pada masa lalu, Talawang menjadi pertahanan terakhir dalam pertempuran. Namun, seiring perubahan zaman, fungsi Talawang bergeser dari alat perang menjadi benda seni dan pajangan.
Talawang bermotif indah kini memiliki nilai ekonomis tinggi, dihargai mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Meski begitu, Talawang masih berperan dalam melestarikan budaya Dayak.
Benda ini sering digunakan sebagai properti dalam pertunjukan tari tradisional seperti tari mandau dan tari pepatay, yang menggambarkan keberanian serta kehidupan masyarakat Dayak di masa lalu.
Warisan Budaya yang Tetap Hidup
Talawang bukan sekadar perisai fisik, tetapi juga simbol kekuatan, semangat, dan kepercayaan masyarakat Dayak. Dalam setiap ukirannya terkandung pesan filosofi dan cerita leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Keberadaan Talawang dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Dayak menjadi bukti betapa kaya dan beragamnya warisan budaya yang mereka miliki.