By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Perisai Suku Dayak Talawang, dari Senjata hingga Benda Seni
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Perisai Suku Dayak Talawang, dari Senjata hingga Benda Seni
Warisan Budaya

Perisai Suku Dayak Talawang, dari Senjata hingga Benda Seni

Achmad Aristyan
Last updated: 06/01/2025 15:16
Achmad Aristyan
Share
Perisai khas Dayak bernama Talawang. Tangkapan Layar YouTube/Thealna Alodia
SHARE

Perisai atau Tameng khas Suku Dayak atau Talawang, salah satu benda budaya yang mencerminkan kepercayaan, seni, dan tradisi masyarakat Dayak di Kalimantan.

Seperti halnya mandau, Talawang tidak hanya berfungsi sebagai alat pertahanan dalam pertempuran, tetapi juga memiliki nilai magis dan estetika yang tinggi.  

Bahan dan Bentuk Talawang  

Dilansir dari Wikipedia, Talawang umumnya dibuat dari kayu ulin, yang juga dikenal sebagai kayu besi, atau kayu liat. Kedua jenis kayu ini dipilih karena ringan namun sangat tahan lama, bahkan mampu bertahan hingga ratusan tahun. 

Talawang memiliki bentuk persegi panjang dengan ujung atas dan bawah yang meruncing. Ukurannya bervariasi, dengan panjang sekitar 1-2 meter dan lebar maksimal 50 sentimeter.

Bagian luar dari Tameng Talawang, dihiasi dengan ukiran tradisional khas Dayak, sementara bagian dalam dilengkapi dengan pegangan agar mudah digunakan. 

Ukiran ini tidak hanya mempercantik tampilan Talawang, tetapi juga dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat membangkitkan semangat dan melindungi pemiliknya.  

Baca juga: Senjata Tradisional Kujang, Pusaka Ikon Budaya Jawa Barat

Motif Ukiran dengan Nilai Filosofis  

Motif ukiran pada Talawang mencerminkan kebudayaan dan kepercayaan masyarakat Dayak. Motif yang sering digunakan adalah burung tingang, burung yang dianggap suci Suku Dayak. 

Motif lain yang tak kalah populer adalah ukiran kamang, yang menggambarkan roh leluhur Dayak dalam bentuk seseorang memakai cawat dengan wajah berwarna merah.

Setiap sub-suku Dayak memiliki variasi motif dan warna yang berbeda, sehingga ukiran pada Talawang juga menjadi penanda identitas budaya masing-masing komunitas. 

Keindahan dan makna mendalam dari ukiran pada perisai Talawang ini menunjukkan keterampilan serta filosofi hidup masyarakat suku Dayak di Kalimantan.  

Dari Alat Perang ke Benda Seni  

Melansir dari tribunkalteng.com, pada masa lalu, Talawang menjadi pertahanan terakhir dalam pertempuran. Namun, seiring perubahan zaman, fungsi Talawang bergeser dari alat perang menjadi benda seni dan pajangan. 

Talawang bermotif indah kini memiliki nilai ekonomis tinggi, dihargai mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Meski begitu, Talawang masih berperan dalam melestarikan budaya Dayak. 

Benda ini sering digunakan sebagai properti dalam pertunjukan tari tradisional seperti tari mandau dan tari pepatay, yang menggambarkan keberanian serta kehidupan masyarakat Dayak di masa lalu.  

Warisan Budaya yang Tetap Hidup  

Talawang bukan sekadar perisai fisik, tetapi juga simbol kekuatan, semangat, dan kepercayaan masyarakat Dayak. Dalam setiap ukirannya terkandung pesan filosofi dan cerita leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Keberadaan Talawang dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Dayak menjadi bukti betapa kaya dan beragamnya warisan budaya yang mereka miliki. 

You Might Also Like

Stasiun Klaten, Bangunan Legendaris Berusia 153 Tahun

Pesona Budaya Megalitikum di Desa Wisata Tebara

Lomba Permainan Tradisional, Lestarikan Budaya Kalimantan

Lalampa, Nasi Ikan Daun Pisang Khas Pulau Sula Maluku Utara

Kain Kebat, Mahakarya Tradisional Suku Dayak Iban Kalimantan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Gunung Prau Tutup Sementara Demi Keamanan Para Pendaki
Next Article Pantai Pintu Kota, Gerbang Alami Memasuki Perairan Ambon 
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?