Wayang kulit telah menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang unik, karena di setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing, salah satunya seperti Wayang Gagrag Banyumasan.
Wayang Gagrag dari daerah Banyumas ini, merupakan salah satu gaya pedalangan di tanah Jawa, yaitu pakeliran. Ciri utamanya adalah tokoh dan cerita dalam gaya pedalangan ini dekat dengan masyarakat Banyumas.
Tokoh paling menonjol yang hanya ada di Banyumas adalah Bawor. Gaya pedalangan khas Banyumas menampilkan lebih banyak nilai kehidupan masyarakat Banyumas.
Meski gaya pedalangannya mendapat pengaruh dari kraton Yogyakarta dan Surakarta, wayang kulit gagrag tetap mempunyai ciri khasnya sendiri. Selain adanya penokohan Bawor, dilantunkan juga lagu Kembang Lepang serta Gendhing Banyumasan.
Tiga Gaya
Dilansir dari laman spektakel.id, Gagrag Banyumas merupakan pengembangan dari Gagrag Solo dan Gagrag Mataram (Yogyakarta) atau Gagrag Wetan. Pada saat Geger Mataram terjadi, banyak penduduk di wilayah Kesultanan Yogyakarta pindah ke berbagai penjuru, termasuk ke wilayah barat.
Beberapa seniman ada yang berpindah ke daerah Gombong di Kebumen yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya Gagrag Banyumas. Wayang yang tadinya berada di wilayah dekat keraton beradaptasi dengan masyarakat Banyumas yang jauh dari penguasa.
Salah satu dalang yang berhasil dalam proses adaptasi tersebut adalah Ki Dalang Menganti. Kemudian, salah satu keturunan Ki Dalang Menganti yaitu Ki Lebdo Jiwo mengembangkan Gagrag Banyumas meluas hingga ke Cilacap dan sampai ke wilayah Banyumas.
Baca juga: Wayang Kulit Cirebon, Media Diplomasi Dakwah Religi
Di Banyumas Ki Lebdo Jiwo mengembangkan cerita, penokohan, dan juga sulukan agar mudah diterima masyarakat. Gaya pedalangannya pun dinamakan Gagrag Banyumas Gaya Kidul Gunung.
Seiring berjalannya waktu, gaya Kidul Gunung bertemu gaya yang sudah berkembang di bagian utara Pegunungan Kendeng. Gaya yang dipakai di wilayah Kendeng sendiri lebih dekat ke Gagrag Surakarta. Persinggungan ini kemudian dikenal dengan Gagrag Banyumas Lor Gunung.
Pendapat berbeda disampaikan Ki Citut Purbocarito, menurutnya Gagrag Banyumas ada tiga gaya, yaitu Kidul Gunung, Lor Gunung, dan Senawangi. Yang banyak dipakai dalang sekarang adalah gaya Senawangi. Sedangkan gaya Lor Gunung sudah punah.
Lakon dan Penokohan
Salah satu keunikan dari gagrag Banyumas adalah penokohan dan lakonnya. Beberapa dalang senior menciptakan tokoh dan cerita yang dekat dengan masyarakat Banyumas. Tokoh yang paling menonjol adalah Bawor, salah satu punakawan selain Semar, Petruk dan Gareng.
Biasanya tokoh wayang di daerah lain menggunakan Bagong, namun di Banyumas yang menggunakan Tokoh Bawor. Jika Bagong anak bungsu Semar, maka Bawor adalah anak sulung.
Bawor memiliki sifat jujur, tutur bahasanya khas, apa adanya, suka bercanda namun suka membela kebenaran. Sosok Bawor dianggap mempresentasikan karakter masyarakat Banyumas. Tokoh lainnya adalah Jaewana dan Sontoloyo, yang merupakan abdi dalem raksasa.
Baca juga: Wayang Orang Sriwedari, Kesenian Solo yang Masih Lestari
Selain tokoh, lakon atau cerita juga sering disesuaikan dengan karakter dan selera orang Banyumas. Misalkan Bawor Dadi Ratu, Petruk Krama, Srikandi Mbarang Lengger dan Srenggini Takon Rama.
Pertunjukan wayang kulit Gragag sering kali mengisahkan seperti cerita lokal atau cerita-cerita yang lebih kontemporer mengikuti perkebangan zaman. Dengan lakon dan penokohan yang mendalam, pertunjukan wayang kulit Gragag mampu memberikan hiburan sekaligus pelajaran yang berharga.Wayang Kulit Gragag Asli Banyumas adalah bagian yang tak terpisahkan dari kekayaan budaya Indonesia.