Yos Suprapto, seorang seniman senior asal Yogyakarta, kembali menjadi sorotan setelah lima dari 30 karyanya dalam pameran tunggal bertajuk “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” diminta untuk diturunkan pihak penyelenggara di Galeri Nasional Indonesia (GNI).
Pameran yang rencananya digelar Desember 2024 itu akhirnya ditunda, batal digelar. Hal itu akibat Yos Suprapto enggan menurunkan lukisan yang dinilai tidak layak oleh kurator Suwarno Wisetrotomo yang kemudian mengundurkan diri dari pameran tunggal Yos Suprapto.
Pembatalan pameran Yos ini kemudian menjadi menjadi kontroversi dan viral di media sosial.
Siapa sebenarnya Yos Suprapto, dan bagaimana perjalanan kariernya di dunia seni? Berikut adalah profil serta fakta menarik tentang seniman yang dikenal dengan karya-karyanya yang penuh kritik sosial dan provokatif ini.
- Aktif Sejak 1970-an
Melansir dari Tempo, Yos Suprapto memulai karier seni rupa pada era 1970-an. Pameran tunggalnya yang pertama, bertajuk “Bersatu dengan Alam”, diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada tahun 1994.
Pameran ini menjadi titik awal pengakuan atas bakatnya, dengan karya-karya yang mulai mendapat perhatian luas dari publik dan pengamat seni.
- Ciri Khas Karya Seni
Melansir dari Kompas, lukisan-lukisan Yos Suprapto dikenal memiliki ciri khas dari kekuatan visual.
Ia dikenal memadukan garis dan warna dengan cara yang mencolok dan provokatif. Warna-warna seperti hitam, merah, biru, hijau, cokelat, kuning, ungu, jingga, hingga putih dipadukan dalam komposisi yang tidak lazim.
Ketegangan antara elemen-elemen ini menciptakan nuansa yang keras, kontras, dan penuh emosi, membuat karyanya meninggalkan kesan mendalam bagi para penikmat seni.
- Kritik Sosial dalam Karya Seni
Dalam setiap karyanya, Yos kerap menyuarakan kritik terhadap isu sosial, budaya, dan politik. Pada 2001, ia menggelar pameran “Barbarisme: Perjalanan Anak Bangsa” di Galeri Nasional Indonesia.
Pameran ini menggambarkan refleksi atas budaya kekerasan yang merasuk dalam kehidupan kebangsaan Indonesia. Pada 2005, melalui pameran “Republik Udang” di Tembi Gallery, Yogyakarta, Yos mengkritik korupsi di kalangan elit birokrasi.
Pada 2017, pameran “Arus Balik Cakrawala” di GNI Jakarta mengevaluasi perjalanan budaya bangsa, terutama dalam konteks budaya maritim yang selama ini dianggap kurang tereksplorasi.
Kontroversi Terbaru
Dalam pameran di Galeri Nasional Indonesia bertema “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan”, lima karyanya dianggap terlalu provokatif sehingga memicu perdebatan.
Yos tetap bersikukuh mempertahankan tiga lukisan yang dipersoalkan, menyatakan bahwa karya seni adalah medium ekspresi dan kebebasan berpikir.
Seniman Vokal
Yos Suprapto telah menerima berbagai penghargaan dalam dunia seni, baik nasional maupun internasional. Ia juga menjadi mentor bagi seniman muda di Yogyakarta, menginspirasi mereka berani mengangkat isu kritis melalui seni rupa.
Sebagai seorang seniman yang vokal dan kontroversial, Yos Suprapto terus menunjukkan bahwa seni bukan hanya soal estetika, tetapi juga medium untuk menyuarakan kebenaran.