Pelopor tari kreasi Sunda ini bernama Raden Tjetje Somantri. Namanya dikenal sebagai pencipta Tari Merak, Tari Sekar Putri, Tari Sulintang, Tari Kandagan, Tari Kupu-kupu. Hingga kini tari kreasi ciptaannya masih dipelajari pecinta tari.
Memiliki nama asli Raden Rusdi Somantri yang lahir di Purwakarta, Jawa Barat, tahun 1892. Dia berasal dari keluarga ningrat. Ibunya, Nyi Raden Siti Munigar, keturunan bangsawan Bandung. Ayahnya, Raden Somantri, berasal dari keluarga terpandang.
Belajar dari Banyak Guru
Sejak usia muda, Somantri sudah menunjukkan minat besar terhadap seni tari. Ketika usia 19 tahun, dia mulai belajar tari tayub di Purwakarta dari R. Gandakusumah (Aom Doyot). Setelah itu dia banyak belajar dari guru-guru tari lainnya.
Tjetje mempelajari tari topeng Cirebon dari dua seniman topeng terkenal, Wentar dan Koncer. Dia juga belajar tari wayang wong dari Aom Menim. Di tahun 1925, Tjetje Somantri mulai berkenalan dengan kesenian Cirebon.
Ia berguru pada Pangeran Elang Oto Denda Kusumah, guna memperdalam tarian Menak Jingga, Anjasmara, dan tarian lainnya. Tidak hanya itu, Tjetje mulai menciptakan kreasi sendiri.
Dia menggabungkan unsur-unsur tradisi dengan inovasi baru yang kemudian dikenal sebagai “tari kreasi”. Pada tahun yang sama, ia mulai mengajar tari di OSVIA.
Kiprah di Dunia Tari
Pada tahun 1935 Tjetje bertemu dengan Tb. Umay Martakusumah, seorang pegawai Jawatan Kebudayaan Jawa Barat dan pemimpin Badan Kesenian Indonesia (BKI). Pertemuan ini menjadi titik penting dalam karir Tjetje.
Demi meningkatkan bakatnya, Tb. Umay memberinya ruang untuk berkreativitas di BKI.
Selain menjadi pengajar, Tjetje juga menciptakan banyak tarian baru yang terus memperkaya seni tari Sunda. Karyanya terutama dalam genre tari kreasi, sangat populer di berbagai kalangan.
Pada periode 1940-an, Tjetje Somantri fokus menciptakan tari kreasi untuk wanita. Beberapa karya besarnya yaitu Tari Anjasmara I dan II (1946), Puragabaya (1947), dan Tari Kendit Birayung (1947).
Salah satu karyanya yang paling terkenal yaitu Tari Merak. Tarian ini diciptakan pada tahun 1955 dan masih diajarkan di berbagai sanggar tari hingga kini.
Pelopor Tari Modern
Tjetje juga berperan dalam mengubah pandangan masyarakat terhadap profesi penari wanita. Pada saat itu, penari wanita sering dikaitkan dengan stereotip negatif.
Akan tetapi melalui karya-karyanya, Tjetje berhasil mengangkat citra dan imej penari wanita menjadi lebih terhormat dan dihargai di masyarakat.
Sebagai pengakuan atas dedikasi dan kontribusinya, Somantri menerima penghargaan dari pemerintah dan institusi seni. Salah satunya yaitu penghargaan Piagam Wijaya Kusumah dari pemerintah Indonesia pada tahun 1961.
Raden Tjetje Somantri meninggal dunia pada tahun 1963 di Bandung, Jawa Barat. Hingga kini, nama beliau tetap dikenang sebagai salah satu pelopor seni tari modern di Indonesia.
Melalui inovasi dan dedikasinya, tari Sunda tidak hanya bertahan tetapi juga mendapatkan tempat yang lebih luas di dunia seni pertunjukan. Karyanya menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya untuk terus mencintai dan mengembangkan seni budaya bangsa. (Dari berbagai sumber)