Rumah Limas, rumah adat yang menjadi kebanggaan masyarakat Palembang, Sumatera Selatan. Rumah tradisional ini, yang seluruh bagiannya terbuat dari kayu, menggambarkan simbol prestise dan kedudukan tinggi pemiliknya.
Dengan desain yang khas dan filosofi mendalam, Rumah Limas tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pencerminan status sosial dan budaya yang kuat.
Arsitektur Memesona
Melansir dari Wikipedia, Rumah Limas memiliki bentuk limasan yang identik dengan gaya panggung, di mana bagian bawahnya terangkat untuk memberi ruang di bawah rumah.
Pondasi rumah ini terbuat dari kayu ulen, yang dikenal memiliki struktur kuat dan tahan air, menjadikannya pilihan yang tepat untuk konstruksi rumah yang kokoh.
Tidak hanya pondasi, bagian lain dari rumah seperti pintu, pagar, dan lantai juga terbuat dari kayu trambesi, yang diolah dengan sangat teliti tanpa menggunakan paku, menambah kesan estetis dan keunikan pada rumah ini.
Makna Filosofi
Dilansir dari indonesia.go.id, Rumah Limas sarat dengan filosofi yang mendalam yang mencerminkan hierarki sosial dalam budaya Palembang, Sumatera Selatan.
Konsep filosofi iNI, istilahAnya kekijing, yang mengatur pembagian ruangan berdasarkan lima tingkatan, yang mencerminkan usia, jenis kelamin, bakat, pangkat, dan martabat penghuninya.
Tingkatan pertama adalah Trenggalung, ruang untuk menerima tamu dalam acara tertentu. Uniknya, pagar trenggalung dirancang agar pengunjung tidak dapat melihat ke dalam, sementara penghuni di dalam ruangan dapat melihat keluar.
Pada ruangan ini terdapat lawang kipas, pintu yang saat dibuka membentuk langit-langit ruangan, tetapi ketika ditutup, pintu membentuk dinding yang menyatu dengan selasar trenggalung
Tingkatan kedua adalah Jogan, yang diperuntukkan bagi anggota keluarga laki-laki pemilik rumah. Ruangan ini lebih pribadi dan lebih dalam dibandingkan dengan trenggalung, dengan penataan ruangan yang lebih tertutup.
Tingkatan ketiga merupakan ruang tamu undangan khusus pada acara-acara tertentu.
Tingkatan keempat adalah ruang yang sangat terhormat dan hanya boleh digunakan mereka yang memiliki hubungan darah yang sangat dekat dengan pemilik rumah.
Tingkatan kelima atau ruang Gegajah, adalah yang paling istimewa dan hanya boleh dimasuki orang-orang dengan kedudukan sangat tinggi dalam keluarga dan masyarakat. Di dalam ruang ini terdapat amben, undakan lantai tempat musyawarah dilaksanakan, serta kamar pengantin yang hanya digunakan pada acara pernikahan.
Simbol Prestise dan Status Sosial
Rumah Limas, dengan segala keunikan dan keindahannya, menjadi simbol status sosial dan prestise pemiliknya. Dulu, di zaman Kesultanan Palembang, hanya bangsawan dan orang-orang dengan kedudukan sosial dan ekonomi yang tinggi yang mampu membangun rumah Limas.
Keterbatasan lahan dan biaya pembangunan yang tinggi menjadikan rumah ini lebih eksklusif dan jarang dimiliki masyarakat biasa. Namun, meski kini rumah Limas jarang digunakan sebagai hunian masyarakat, rumah adat ini tetap memiliki nilai sejarah yang sangat penting.
Salah satu rumah Limas peninggalan Pangeran Syarif Abdurrahman Al Habsi, yang dibangun tahun 1830, kini dapat ditemukan di Museum Balaputera Dewa, di Jalan Srijaya Negara I, Palembang.
Rumah ini dipindahkan ke halaman belakang museum setelah berpindah kepemilikan, dan kini menjadi koleksi terbesar yang melambangkan kekayaan budaya Palembang.
Pemerintah pun menunjukkan komitmennya dalam melestarikan Rumah Limas sebagai warisan budaya yang sangat berharga. Salah satu langkah pelestarian yang menarik adalah dengan mengeluarkan pecahan mata uang 10.000 rupiah yang bergambar Rumah Limas. (Diolah dari berbagai sumber)