Sebuah tradisi unik bernama Tubo, sejak lama eksis di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tradisi ini dilakukan setiap dua tahun sekali di Desa Ngombak dan Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati.
Ribuan warga dari kedua desa itu berburu ikan menggunakan metode tradisional.
Tradisi Tubo tidak hanya berburu ikan, tetapi juga memiliki latar belakang mitologis yang dipercayai masyarakat setempat. Menurut cerita rakyat, tradisi ini berakar dari kisah Kedhana dan Kedhini, dua bersaudara yang terpisah sejak kecil.
Kedhana menetap di Desa Karanglangu, sementara Kedhini tinggal di Desa Ngombak. Tanpa mengetahui hubungan darah mereka, keduanya hampir menikah hingga akhirnya terungkap bahwa mereka adalah saudara kandung.
Sebagai bentuk perayaan atas pertemuan mereka, masyarakat mengadakan syukuran yang berkembang menjadi Tradisi Tubo. Hingga kini, tradisi ini tetap dipertahankan sebagai simbol persatuan dan toleransi antara kedua desa.
Ritual Awal Tradisi Tubo
Sebelum acara perburuan ikan dimulai, para tokoh masyarakat mengadakan ritual doa sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan untuk memohon keselamatan. Mereka juga menyiapkan racun alami yang disebut “Racun Tubo”.
Racun ini berasal dari tumbuhan tuba (Derris elliptica), yang akarnya mengandung rotenone, zat yang efektif untuk melumpuhkan ikan tanpa mencemari air secara permanen.
Akar tuba dicampur dengan ketela pohon dan bahan alami lainnya sebelum direndam dalam air.
Setelah ritual doa selesai, ramuan ini dituangkan ke dalam beberapa gentong dan galon, lalu dipecahkan di tengah sungai agar racun tersebar merata.
Dalam beberapa jam, ikan yang berada di sungai muncul ke permukaan akibat efek racun alami itu. Begitu ikan mulai mengapung, ribuan warga langsung menceburkan diri untuk menangkap ikan.
Baik anak-anak, remaja, hingga orang tua, semuanya ikut serta dalam tradisi ini. Mereka menggunakan berbagai alat seperti jaring, keranjang, dan bahkan tangan kosong untuk mengumpulkan ikan sebanyak mungkin.
Tradisi digelar di Sungai Tuntang. Sepanjang kurang lebih tiga kilometer, mereka berdesakan dalam perburuan ikan. Ikan hasil tangkapan kemudian dibawa pulang untuk dimasak dan dinikmati bersama keluarga dan tetangga.
Baca juga: Mengenal Lasmi Sulastri Penari Tayub Legendaris Grobogan
Menarik Wisatawan
Selain menjadi bagian dari budaya lokal, Tradisi Tubo juga menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah. Banyak orang yang datang untuk menyaksikan secara langsung bagaimana ribuan warga berpartisipasi dalam tradisi ini.
Meskipun Tradisi Tubo memiliki nilai budaya tinggi, penggunaan racun tuba dalam perburuan ikan menjadi polemik terkait dampak terhadap lingkungan. Karena jika digunakan dalam skala besar berpotensi mengganggu ekosistem sungai.
Oleh karena itu, beberapa pihak mengusulkan agar tradisi ini dapat tetap dilestarikan dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Harapannya, tradisi ini tetap bisa dipertahankan tanpa mengorbankan keseimbangan alam. (Dari berbagai sumber)