Keluarga Pemuda Pemudi Sambora Dusun Sanggrahan, menggelar pentas seni Jathilan Turonggo Cokroseto, Senin, 21 Oktober 2024. Pertunjukan seni tradisional digelar dalam rangka Menyambut Hari Sumpah Pemuda ke-96 dan diharapkan dapat menghidupkan kembali nilai-nilai kebinekaan dan semangat gotong-royong para pemuda Indonesia.
Lurah Banyuraden, Sudarisman menuturkan bahwa tujuan utama dari pertunjukan ini adalah untuk mengenang dan menghormati semangat para pemuda Indonesia yang telah menyatukan diri dalam Sumpah Pemuda.
Disamping itu, pertunjukan ini juga merupakan bentuk pelestarian warisan budaya lokal. Terlebih lagi, kesenian tradisional ini mulai jarang ditampilkan di tengah masyarakat modern. Jathilan sendiri memiliki makna filosofis yang mendalam, antara lain keberanian, ketangkasan, dan semangat persatuan.
Dengan adanya pentas seni ini dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda, para penyelenggara ingin menunjukkan bahwa budaya tradisional tetap relevan dan penting untuk dipelihara oleh generasi muda.
Baca Juga: Wayang Orang Sriwedari, Kesenian Solo yang Masih Lestari
“Jathilan merupakan kesenian yang telah lama dikenal oleh masyarakat Sleman, dan jathilan adalah kesenian yang turun temurun dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, saya berharap kesenian jathilan tetap dipertahankan dan bisa dikembangkan,” tutur Sudarisman.
Pertunjukan jathilan juga menjadi ajang edukasi disamping sebagai bentuk pelestarian budaya. Gerakan-gerakan dinamis dan penuh energi mengandung banyak pesan moral yang sejalan dengan Sumpah Pemuda. Gerakan tersebut memiliki makna pentingnya kerja sama, disiplin, dan keberanian dalam menghadapi tantangan.
Sementara itu, Subiyatna salah satu penggiat seni di daerah tersebut mengungkapkan, pertunjukan jathilan untuk memberikan hiburan kepada masyarakat. Di tengah rutinitas kehidupan modern yang serba cepat, momen ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk sejenak menikmati keindahan seni tradisional.
Ia pun berharap jathilan tidak hanya dianggap sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai sarana edukasi untuk generasi muda supaya dapat memahami makna dan filosofi di balik tarian dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Semoga pemerintah memberikan lebih banyak ruang dan kesempatan bagi pentas seni jathilan agar dapat ditampilkan di berbagai acara. Dukungan ini sangat penting untuk menjaga supaya kesenian jathilan tetap hidup dan berkembang,” jelas Subiyatna.
Selain Lurah Banyuraden, Sudarisman, gelaran seni tersebut turut dihadiri oleh Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kelurahan Banyuraden, Kwintartiningsih Pospoputri, pelaku seni Kelurahan Banyuraden, Subiyatna, Dukuh Padukuhan III, Amin Achmadi, Ketua RW dan RT Dusun Sanggrahan, serta tokoh masyarakat setempat. (Anisa Kurniawati-Sumber: infopublik.id)