Komunitas Saras Swara Indonesia sukses menyelenggarakan Seminar Nasional dan Workshop bertema “Inovasi dan Konservasi Kesenian Tradisi” pada tanggal 8 dan 9 Januari 2025 di Pendapa Bupati Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber dari mahasiswa pascasarjana ISI Surakarta.
Mengangkat tema pelestarian seni tradisi melalui pendekatan inovatif, acara ini menarik perhatian akademisi, praktisi, produser seni, serta budayawan dari Wonosobo dan sekitarnya.
Antusiasme Tinggi dari Peserta
Ketua Saras Swara Indonesia, Miftah Alip Pambudi, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan mendorong generasi muda untuk lebih mencintai dan melestarikan kesenian tradisional.
“Ini adalah upaya kami untuk menginspirasi teman-teman muda agar lebih memahami dan menghargai warisan budaya. Kami ingin menunjukkan bahwa seni tradisi bisa relevan dan keren di masa kini,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya regenerasi dalam dunia seni tradisional,khususnya di Wonosobo.
“Masih ada stigma bahwa kesenian daerah itu kuno. Padahal, kesenian tradisi bisa menjadi medium yang menarik untuk berekspresi di era modern,” tambahnya.
Aktualisasi Musik Tradisi
Hari pertama seminar mengusung subtema “Aktualisasi Musik Tradisi: Warisan untuk Masa Depan”. Topik-topik menarik yang dibahas mencakup berbagai aspek musik tradisional.
Hadzrat Maulana M.Z., S.Hum membawakan materi tentang aspek filosofis musik tradisi serta hubungannya dengan konteks lokalitas. Nurseto Bayu Aji, S.Sn menyampaikan pandangannya mengenai resistensi “Bendhe” dan upaya aktualisasinya.
Merak Badra Waharuyung, S.Sn memaparkan teknik kompositoris dalam musik tradisi. Sementara Atmaja Dita Emhar, S.Sn menyoroti keseimbangan teori dan praktik dalam produksi musik tradisi.
Seni Pertunjukan Kerakyatan
Pada hari kedua, acara berlanjut dengan diskusi mengenai “Komodifikasi Seni Pertunjukan Kerakyatan”. Narasumber yang hadir, seperti Arum Triangnsih Himawdan, S.Sn, mengupas fenomenologi kesenian rakyat, sementara Tegar Surya Kelana membahas tantangan antara eksistensi dan patronisasi dalam seni pertunjukan.
Antusiasme peserta terlihat dari tingginya partisipasi selama sesi diskusi. Banyak peserta mengajukan pertanyaan mendalam dan relevan, mencerminkan ketertarikan mereka terhadap tema seminar
Suasana seminar juga menjadi semakin hidup dengan adanya diskusi interaktif antara pemateri dan peserta, yang memperkaya wawasan semua pihak.

Apresiasi Bupati Wonosobo
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, turut hadir dan memberikan apresiasi atas pelaksanaan acara ini.
“Saya berharap momentum seminar ini dapat menjadi motor penggerak pelestarian seni dan budaya lokal kita,” ungkapnya. Ia juga menekankan pentingnya inovasi dalam seni budaya untuk mendukung sektor pariwisata.
Afif memuji berbagai seni khas Wonosobo seperti Wayang Otok Obrol, musik Bundengan, dan Tari Topeng Lengger, yang telah menjadi identitas unik daerah ini.
“Kami akan terus menyediakan ruang pementasan, termasuk di area wisata seperti Telaga Cebong, Kalianget, dan Telaga Menjer, untuk mendukung pelaku seni,” tegasnya.
Ajakan untuk Berkontribusi
Melalui seminar ini, Saras Swara Indonesia juga mengajak pemerintah daerah, komunitas seni, dan masyarakat umum untuk berkolaborasi dalam pelestarian seni tradisi.
“Kami ingin menumbuhkan rasa kepemilikan pada generasi muda terhadap warisan budaya ini,” kata Miftah Alip Pambudi.
Seminar ini menegaskan komitmen muda-mudi Wonosobo dalam melestarikan seni budaya lokal sekaligus mengembangkan potensi pariwisata berbasis budaya.