By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Sejarah Lamongan, Dari Kisah Mbah Lamong Hingga Buku Wasiat
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Sejarah Lamongan, Dari Kisah Mbah Lamong Hingga Buku Wasiat
Cerita Rakyat

Sejarah Lamongan, Dari Kisah Mbah Lamong Hingga Buku Wasiat

Achmad Aristyan
Last updated: 17/12/2024 04:11
Achmad Aristyan
Share
Kota Lamongan di masa lalu. Foto: jdih.lamongankab.go.id
SHARE

Nama daerah Lamongan di Jawa Timur, memiliki sejarah panjang yang terkait dengan seorang tokoh penting pada masa lampau. Legenda menyebutkan, dahulu ada seorang pemuda bernama Hadi.

Setelah mendapat pangkat Rangga, ia dikenal sebagai Ranggahadi, dan selanjutnya dipanggil dengan nama Mbah Lamong. Sebutan ini muncul karena Ranggahadi terkenal dengan kemampuannya dalam “ngemong” atau membimbing.

Selain membimbing masyarakat, mengelola wilayah, juga menyebarkan ajaran Islam. Sehingga ia dicintai seluruh rakyatnya. Dari nama Mbah Lamong inilah, kemudian lahir sebutan “Lamongan.”

Proses penobatan Tumenggung Surajaya sebagai Adipati Lamongan pertama dilakukan Kanjeng Sunan Giri IV, yang dikenal dengan gelar Sunan Prapen.

Prosesi berlangsung di Puri Kasunanan Giri di Gresik, bertepatan dengan pasamuan agung yang dihadiri para pembesar kerajaan dan sentana agung Kasunanan Giri. Acara ini dihelat bertepatan dengan perayaan Idul Adha, tanggal 10 Dzulhijjah.

Buku Wasiat

Berbeda dari kabupaten lain di Jawa Timur yang umumnya mengambil dasar sejarah dari prasasti atau candi, asal usul hari jadi Lamongan bersumber dari sebuah buku wasiat yang ditulis tangan dalam aksara Jawa kuno. 

Buku itu disimpan juru kunci makam Giri, almarhum Bapak Muhammad Baddawi. Di dalamnya disebutkan bahwa Tumenggung Surajaya diangkat menjadi Adipati dalam sebuah pasamuan agung pada tahun 976 H.

Karena dalam buku wasiat hanya tercantum tahunnya, Panitia Penggali Hari Jadi Lamongan melakukan penelitian lebih lanjut. Dengan menggali sumber sejarah, terutama terkait Kasunanan Giri dan tradisi yang berlaku, diketahui bahwa pasamuan agung dilaksanakan pada 10 Dzulhijjah, yang disebut Garebeg Besar atau Idul Adha. 

Berdasarkan konversi kalender Hijriyah ke kalender Masehi, tanggal tersebut jatuh pada Kamis Pahing, 26 Mei 1569 M. Rangga Hadi, yang berasal dari Dusun Cancing di Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang, Lamongan, dikenal sebagai santri yang setia dan berbakat di Kasunanan Giri. 

Alun-alun Kota Lamongan di masa kini. Foto: GoogleMaps/rofeq khoirulhuda

Warisan Sejarah Penting

Kanjeng Sunan Giri IV mempercayainya untuk memimpin dan menyebarkan Islam di wilayah barat Kasunanan Giri yang disebut Kenduruan. Dengan pengikutnya, ia melakukan perjalanan melalui Kali Lamong dan berhasil mencapainya. 

Hingga kini, kawasan Kenduruan tetap eksis sebagai kampung di Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan Lamongan. Kepemimpinan Rangga Hadi berhasil membawa perubahan signifikan di Kenduruan, baik dalam penyebaran agama Islam, tata kelola pemerintahan, maupun kehidupan sosial masyarakat. 

Bahkan, pesantren yang ia dirikan masih berdiri dan menjadi warisan sejarah penting di Lamongan. Sejarah Lamongan menunjukkan bahwa kota ini berkembang di bawah pengaruh keislaman yang kuat, di masa Kasultanan Pajang. 

Namun, pengangkatannya menjadi kabupaten dan pemimpin pertama justru dilakukan Kanjeng Sunan Giri IV, bukan Sultan Pajang, sebagai respons atas situasi politik dan ancaman asing di masa itu. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya peran agama dan kepemimpinan lokal dalam membentuk sejarah Lamongan yang kita kenal sekarang. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Lebai Malang, Kisah Jenaka dan Inspiratif dari Sumatera Barat

Asal Usul (Kota) Batang Dan Kisah Ki Ageng Bahurekso

Legenda Batu Bagga, Kisah Kutukan Anak Durhaka

Ki Gede Sebayu dan Sejarah Asal-usul Berdirinya Kota Tegal

Kisah Heroik Biwar Sang Penakluk Naga di Mimika, Papua

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Sunan Drajat, Jejak Dakwah Kehidupan Sosial di Lamongan
Next Article Direct Train Rute Jakarta-Yogyakarta Selesai Diujicobakan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?