By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Legenda Gunung Slamet, Mitos atau Kisah Nyata?
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Legenda Gunung Slamet, Mitos atau Kisah Nyata?
Cerita Rakyat

Legenda Gunung Slamet, Mitos atau Kisah Nyata?

Ridwan
Last updated: 18/10/2024 23:37
Ridwan
Share
3 Min Read
Gunung Slamet dilihat dari Karangnanas, Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah
Foto: Wikimedia Commons/Tyo Satriany
SHARE

Legenda Gunung Slamet telah menjadi bagian dari cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun. Gunung ini, yang berada di perbatasan Kabupaten Tegal, Pemalang, Brebes, Banyumas, dan Purbalingga, Jawa Tengah, telah kembali aktif setelah lama tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sejak Mei 2009. Dengan ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut, Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Semeru. Statusnya pun baru-baru ini meningkat dari Normal menjadi Waspada, dan warga di sekitar radius dua kilometer diminta untuk tidak beraktivitas.

Seperti banyak gunung lainnya, Gunung Slamet juga memiliki mitos dan cerita rakyat yang menarik perhatian. Salah satu cerita yang berkembang di masyarakat mengaitkan asal-usul nama atau legenda Gunung Slamet dengan sosok Syeh Maulana Maghribi, seorang ulama yang berasal dari negeri Rum (Turki). Ia dikenal sebagai seorang pangeran yang suatu ketika, setelah menjalankan ibadah salat Subuh, melihat cahaya misterius di langit. Tertarik dengan cahaya tersebut, Syeh Maulana memutuskan untuk mencari sumbernya sambil menyebarkan agama Islam, ditemani oleh pengikut setianya, Haji Datuk, dan ratusan pengawal kerajaan.

Baca Juga: Gunung Genthong, Legenda Prabu Brawijaya dan Raden Patah

Perjalanan mereka membawa mereka berlayar ke pantai Gresik, Jawa Timur, tetapi cahaya tersebut kemudian tampak di sebelah barat. Syeh Maulana pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke barat hingga tiba di pantai Pemalang, Jawa Tengah. Di Pemalang, ia menyuruh para pengawalnya kembali ke Turki, sementara ia dan Haji Datuk melanjutkan perjalanan ke selatan dengan berjalan kaki.

Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di daerah Banjar, Syeh Maulana terserang penyakit gatal yang sulit disembuhkan. Suatu malam, setelah melaksanakan salat tahajjud, ia mendapatkan petunjuk bahwa ia harus pergi ke Gunung Gora. Sesampainya di lereng gunung itu, ia meminta Haji Datuk untuk menunggunya di tempat yang mengeluarkan asap. Ternyata, tempat itu adalah sumber air panas dengan tujuh pancuran. Syeh Maulana memutuskan untuk mandi di sana secara teratur, dan berkat khasiat air panas tersebut, penyakitnya akhirnya sembuh total.

Baca Juga: Legenda Gunung Slamet, Mitos atau Kisah Nyata?

Sebagai ungkapan rasa syukur, Syeh Maulana menamai tempat itu Pancuran Tujuh. Masyarakat setempat kemudian mengenalnya dengan sebutan Mbah Atas Angin karena beliau berasal dari negeri yang jauh. Haji Datuk, pengikut setianya, diberi gelar Rusuludi, yang berarti “Abdi yang setia” dalam bahasa Jawa. Desa di sekitar tempat tersebut pun dinamai Baturadi, yang kemudian berubah menjadi Baturaden.

Karena kesembuhan dan keselamatan yang diperoleh di lereng Gunung Gora, Syeh Maulana memutuskan untuk mengganti nama gunung tersebut menjadi Gunung Slamet, yang hingga kini masih menjadi salah satu gunung yang dihormati dan dikaitkan dengan berbagai mitos oleh masyarakat sekitar. (Achmad Aristyan – YouTube BERBAGI TAHU)

You Might Also Like

Kisah Aji Bonar Sang Anak Raja yang Mahir Bermain Gasing 

Asal Usul Nama Kota Sawahlunto dari Kerajaan Sitambago

Kisah Sipiso Somalim dan Tipu Daya Sipakpakhumal

Kisah Tete: Asal-usul Penyebaran Suku di Merauke Papua

Kisah Banta Berensyah dan Sayembara Putri Terus Mata di Aceh

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Mengapa Sandal Upanat Wajib di Candi Borobudur?
Next Article Komponis Legendaris Indonesia dan Warisan Karyanya
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

perdagangan karbon
Indonesia Pastikan Target Perdagangan Karbon USD 65 Miliar Bukan Sekadar Angka
Video 12/05/2025
Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia
Tradisi 12/05/2025
Fadli Zon Ajak HIPIIS Berperan dalam Kebijakan Publik
Berita 12/05/2025
Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Warisan Budaya 12/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?