By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Seni Bela Diri Langga, Di Antara Tradisi dan Mistis
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Seni Bela Diri Langga, Di Antara Tradisi dan Mistis
Tradisi

Seni Bela Diri Langga, Di Antara Tradisi dan Mistis

Anisa Kurniawati
Last updated: 24/12/2024 04:07
Anisa Kurniawati
Share
Foto: budaya-indonesia.org
SHARE

Nama seni bela diri Langga bisa jadi kurang bergema di khasanah budaya Nusantara, dibanding Pencak Silat misalnya. Namun, gerakan bela diri ini terkenal dengan kekuatan dan kecepatannya, melebihi seni bela diri lain seperti Karate atau Taekwondo.

Di sisi lain, seni bela diri dari Gorontalo ini, bertujuan mencari persaudaraan dan perdamaian, bukan menciptakan jarak antara sesama manusia. Ironisnya, Langga kini diambang kepunahan. 

Bela Diri Prajurit

Langga adalah seni bela diri rakyat yang merupakan refleksi dari cara hidup sehari- hari. Biasanya bersumber pada mitos, sejarah atau cerita rakyat. Mulanya, Langga dipersiapkan untuk perang dan pertahanan pengawal kerajaan Hulonthalangi, kerajaan pertama di Gorontalo.

Menurut sejarah, Lagga diperkenalkan Ju Panggola pada abad ke 16. Saat itu, Ju sambil memperluas agama Islam di Gorontalo juga mengajarkan ilmu beladiri kepada kerajaan. 

Demi Perdamaian

Langga diciptakan untuk tidak menghabisi musuh, melainkan menjaga diri dan melumpuhkan lawan. Salah satu teknik dalam seni bela diri adalah “Totame MaUi Tolo PopaI”, di mana tenaga lawan tidak dihindari atau dilawan, melainkan dimanfaatkan untuk menyerang balik.

Tujuan penciptaan Langga bukan untuk menghentikan semua bentuk perseteruan. Akan tetapi bela diri ini untuk mengayomi. Tujuan utamanya adalah mencari persaudaraan dan perdamaian. Langga diartikan sebagai alternatif terakhir untuk mencapai kedamaian ketika semua jalan lain telah tertutup. 

Prosesi Langga

Berbeda dengan bela diri lainnya, Langga merupakan sebuah tradisi berupa bela diri yang di dalamnya terdapat sebuah ritual. Dikutip dari jurnal Bela Diri Tradisional Langga, Prosesi ritual bela diri Langga mencangkup beberapa tahapan. 

  1. Prosesi Pitodu yang dilakukan dengan meneteskan cairan ke mata muridnya masing-masing. Secara otomatis mereka sudah mampu melakukan teknik-teknik bela diri.
  2. Prosesi Mopopasi, yaitu diharuskan mengusai beberapa teknik dasar terlebih dahulu.
  3. Prosesi Media Penghubung  antara Rati (syetan) dengan pelangga. Media penghubungnya adalah seekor ayam jantan yang di potong saat prosesi pitodu. Karena dipercaya sebagai sebuah ritual, beladiri ini diawali disertai perlengkapan.

Bahan perlengkapannya yaitu, polutube, kemenyan, uang koin, dan pisau dengan gagang terlilit kain merah. Kemudian menggunakan ayam, dan tiga helai kain berwarna hitam, putih dan merah.

Bagi sebagian masyarakat Gorontalo, ada yang menganggap prosesi ritual adat Langga tidak sepenuhnya dibenarkan dalam ajaran Islam. Hal ini dikarenakan dikaitkan dengan hal mistis seperti proses pemanggilan roh-roh halus. 

Akan tetapi, sebagian masyarakat lainya menganggap bahwa seni bela diri Langga merupakan suatu tradisi yang perlu dilestarikan. Mereka menganggap sebagai salah satu tradisi lama yang diwariskan leluhur untuk generasi muda. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Pacuan Kuda Gayo yang Tetap Lestari di Takengon, Aceh

Upacara Belian Tradisi Pengobatan Suku Petalangan

Ritual Sedekah Kue, Simbol Guyub Rukun Masyarakat Sunda

Tradisi Berbalas Pantun Batombe, Warisan Budaya Minangkabau

Prosesi Pernikahan Suku Baduy Luar yang Sederhana dan Sakral

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Filosofi di Balik Lotek, Kuliner Khas Sunda Kaya Nutrisi
Next Article Taman Nasional Baluran, Pesona Afrika di Ujung Timur Pulau Jawa
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?