By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Seni Kriya Tumang Boyolali, Warisan Budaya yang Mendunia
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Seni Kriya Tumang Boyolali, Warisan Budaya yang Mendunia
Warisan Budaya

Seni Kriya Tumang Boyolali, Warisan Budaya yang Mendunia

Anisa Kurniawati
Last updated: 21/01/2025 07:16
Anisa Kurniawati
Share
Replika Lampu Nabawi yang terbuat dari bahan tembaga kuningan asli berkualitas dari Boyolali. Foto: restuartconcept.com
SHARE

Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dikenal memiliki kekayaan seni yang terkenal dan dipasarkan hingga mancanegara, salah satunya adalah seni kriya logam tumang.

Berasal dari Dusun Tumang, Kecamatan Cepogo, seni kriya ini telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) pada 7 Desember 2021. 

Seni kriya logam dari Tumang merupakan bagian integral dari budaya Kabupaten Boyolali. Dengan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda menegaskan pentingnya pelestarian seni kriya ini sebagai identitas budaya nasional.

Maka dari itu, diperlukan upaya perlindungan, pengembangan, pembinaan, dan pemanfaatan seni kriya ini. Salah satu langkah penting adalah regenerasi pengrajin seni kriya Tumang melalui keterlibatan generasi muda.

Sejarah Sen Berkembang Sejak Abad 16

Seni kriya logam Tumang memiliki sejarah yang berakar sejak berdirinya Kerajaan Mataram Islam abad ke-16. Seni ini awalnya dikembangkan Kyai Rogosasi, keturunan Keraton Mataram yang menetap di Dukuh Tumang, Desa Cepogo. 

Kyai Rogosasi memilih Tumang karena wilayah ini sudah dikenal sebagai pusat pengolahan logam. Setelah Kyai Rogosasi menetap, Keraton Mataram mengirimkan tiga empu untuk mendampingi pengembangan seni kriya logam di Tumang. 

Ketiga empu ini memiliki keahlian dalam penatahan, desain, dan administrasi. Mereka membantu memperluas pengetahuan logam yang diwariskan hingga kini. Keahlian ini terus berkembang, namun meredup tahun 1980-an. 

Hal ini dikarenakan peralihan dari pembuatan peralatan rumah tangga ke kerajinan logam yang lebih artistik. Perkembangan ini dipicu kompetisi dengan peralatan rumah tangga berbahan aluminium yang lebih murah dan praktis.

Agar industri tidak mati, warga pun mencoba mengembangkan logam yang bernilai estetika. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah membuat berbagai benda hiasan. Seperti lampu gantung, jam dinding, ukiran gambar, dan kaligrafi.

Mayoritas Dipasarkan Ke Luar Negeri

Kualitas dari kerajinan logam tumang ini terus berkembang, bahkan hingga mencapai mancanegara.

Dilansir dari serambibisnis.com, sebanyak 53% kerajinan logam warga Tumang dipasarkan ke luar negeri. Sementara sisanya adalah untuk pasar lokal.

Kerajinan bernilai tinggi ini, salah satunya diproduksi Restu Art Gallery Boyolali. Perusahaan karajinan tembaga yang berdiri 5 tahun lalu itu, memiliki kualitas produksi yang diakui pasar Internasional.

Kini, seni kriya logam ini terus berkembang sebagai simbol budaya dan kreativitas masyarakat Boyolali. Baik warga dan pemerintah senantiasa berusaha mempertahankan kerajinan ini.

Hingga akhirnya Seni Kriya Logam ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda. 

You Might Also Like

Pakaian Adat Suku Asmat Papua, Dari Alam untuk Manusia

Lestarikan Budaya Leluhur Pemkab Blora Gelar Tari Tayub Massal

Bundengan, Alat Musik Tradisional Wonosobo

Sensasi Kesegaran Sajian Es Kolak Durian Khas Medan

Keunikan Arsitektur Gedung Sate di Kantor Gubernur Jawa Barat

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Tari Badui, Simbol Persatuan dan Dakwah Islam di Sleman
Next Article Pelajaran Hidup Dari Kisah Bawang Merah Bawang Putih
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?