Dandang tradisional menjadi salah satu alat rumah tangga di Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah yang memiliki nilai budaya dan sejarah.
Sayangnya, keberadaan perajin dandang tradisional kini berada di ambang kepunahan. Seperti halnya yang terjadi di Dusun Cawet, Desa Surengede, Kecamatan Kertek, Wonosobo.
Dahulu, Dusun Cawet dikenal sebagai salah satu pusat kerajinan dandang tradisional. Sebagian besar mata pencaharian warga Dusun Cawet membuat Dandang tembaga. Kini beberapa saja yang masih bertahan. Salah satunya yaitu Suparno.
Menurunnya Peminat Dandang Wonosobo
Menurut Suparno, sebagian besar perajin dandang tradisional telah beralih profesi karena menurunnya permintaan. Faktor utamanya adalah perubahan preferensi masyarakat yang lebih memilih dandang berbahan aluminium.
“Orang dusun Cawet kebanyakan bekerja sebagai perajin dandang, dulu satu kampung buat seperti ini semua. Namun, sekarang kebanyakan sudah pakai alumunium,” kata Suparno, salah satu perajin dandang di Dusun Cawet.
Padahal, di masa kejayaannya, hampir seluruh warga kampung Cawet menjadi perajin dandang tembaga. Tak terkecuali Suparno. Dirinya sendiri mengaku keahliannya dalam membuat dandang diturunkan orang tuanya.
Sejak tahun 1979, Suparno mulai membuat kerajinan dari tembaga. Menurut penuturannya,masa keemasan penggunaan dandang tembaga terjadi tahun 80-an hingga 90-an. Kala itu Suparno bisa setiap hari membuat dandang.
Namun saat ini dalam satu bulan hanya menjual beberapa buah saja. Itupun tidak membuat dari awal menggunakan bahan tembaga. Namun, saat ini Suparno hanya melakukan jual beli dandang bekas.
Dandang yang rusak dia perbaiki dan dijual kembali. Selain itu, dia hanya membuat dandang pesanan saja. Harganya sendiri dihitung berdasarkan berat. Untuk perkilonya Rp 200.000 ribu.
“Kalau dulu ya lumayan, soalnya kalau bawa berapa kilo, misal setengah kwuintal, bisa dibagi dua penjual, kadang kurang. Kalau saat ini bawa sepuluh kilo, itu sudah dibawa dua penjual, dan juga tidak mesti pulang bawa uang,” kata Suparno.
Teknologi dan Proses Pembuatan
Dandang tradisional basanya digunakan untuk menanak nasi. Alat masak ini memiliki keunggulan, yaitu daya tahan hingga puluhan tahun. Sebaliknya, dandang aluminium cenderung lebih cepat rusak.
Namun saat ini, pemintanya turun. Selain harganya yang relatif tinggi, juga alatnya juga berat.
Saat ini sudah jarang pembuatannya karena bahan baku yaitu tembaga juga sudah mulai langka. Sehingga banyak perajin dandang beralih profesi ke yang lainnya.
Meski demikian, Suparno, masih semangat menekuni pekerjaan ini. Tidak hanya membuat dandang, dia juga membuat kenceng, tutup kenceng, ceret, kendi dan lainnya.