Taman Putroe Phang di Banda Aceh tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah Kesultanan Aceh, tetapi juga ruang publik yang kini dimanfaatkan generasi muda untuk mencurahkan kreativitas.
Bagi masyarakat umum, taman ini menjadi tempat rekreasi keluarga yang murah meriah dan penuh kenyamanan. Namun, di balik fungsinya sebagai ruang publik modern, Taman Putroe Phang menyimpan jejak kejayaan era Kesultanan Aceh.
Taman ini merupakan bagian dari kompleks megah Istana Dalam Darud Dunya, yang dulunya berdiri megah di sepanjang Sungai Krueng Daroy.
Melansir dari maa.acehprov.go.id, kompleks ini dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda sebagai pusat pemerintahan dan simbol kejayaan Kesultanan Aceh.
Warisan Kompleks Istana
Ketika pasukan Belanda menyerang Koetaradja (kini Banda Aceh), sebagian besar kompleks istana hancur. Banyak peninggalan bersejarah yang rusak akibat serangan pasukan Belanda.
Kini, hanya sedikit yang tersisa untuk menggambarkan kemegahan istana yang dahulu mampu menampung hingga 800 pasukan gajah. K
ondisi asli kompleks ini hanya dapat dilacak melalui catatan utusan asing dan karya sastra kuno seperti “Bustanus Salatin” karya Nuruddin Ar-Raniri. Dalam catatan utusan Kerajaan Prancis, luas Istana Dalam Darud Dunya mencapai lebih dari dua kilometer persegi.
Keindahan Taman Ghairah
Melansir dari Detik, di dalam kompleks istana ini terdapat Taman Ghairah, sebuah taman megah yang dibangun Sultan Iskandar Muda sebagai hadiah untuk permaisurinya, Putroe Phang.
Taman ini memiliki luas sekitar 1,5 kilometer persegi dan dihiasi berbagai elemen seperti miniatur sungai, air terjun, pantai buatan, kolam, serta balai tempat beristirahat.
Salah satu peninggalan yang masih dapat disaksikan di taman ini adalah “Pinto Khop”, sebuah gerbang ikonik yang menjadi penghubung antara istana dengan taman.
Gerbang ini memiliki desain arsitektur khas, dengan lengkungan busur yang dihiasi ornamen sulur.
Bagian atasnya berbentuk kelopak berlapis tiga, dengan puncak menyerupai mahkota yang mirip dengan Gunongan, sebuah monumen cinta lainnya dari Sultan Iskandar Muda untuk Putroe Phang.
Jejak Sejarah yang Hilang
Dilansir dari indonesia.go.id, kini area yang mencakup Taman Putroe Phang juga meliputi Gunongan, Kandang Baginda (makam Sultan Iskandar Tsani dan Sultanah Safiatuddin), sebagian Peucot Kerkhoff, Kandang 12, Tamansari, hingga Museum Tsunami.
Banyak detail dari taman ini telah hilang seiring perjalanan waktu, seperti kolam dan balai yang pernah menjadi bagian integral dari Taman Ghairah.
Meski banyak elemen sejarahnya telah hilang, Taman Putroe Phang tetap menjadi kebanggaan masyarakat Aceh. Selain sebagai simbol kejayaan masa lalu, taman ini kini berfungsi sebagai ruang publik yang mendukung berbagai kegiatan seni dan budaya generasi muda.